Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

KERUSAKAN EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI DESA DONGKO KECAMATAN DAMPAL SELATAN KABUPATEN TOLITOLI TAHUN 2007 – 2012 Aziz Budianta, Rahman,
Geotadulako Vol 2, No 4 (2014): Juli-Desember
Publisher : Geotadulako

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini menggambarkan  kondisi fisik kerusakan ekosistem hutan mangrove oleh penduduk yang bermukim di sekitar kawasan hutan mangrove, jenis-jenis aktivitas sosial-ekonomi penduduk yang berpengaruh terhadap kerusakan ekosistem hutan mangrove, serta merumuskan berbagai upaya pemulihan kerusakan ekosistem hutan mangrove akibat aktivitas sosial-ekonomi penduduk di Desa Dongko Kecamatan Dampal Selatan Kabupaten Tolitoli. Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk yang bermukim di sekitar kawasan ekosistem hutan mangrove yaitu dusun 1 Dongko dan dusun 3 Silumba dengan jumlah 465 KK. Besar sampel penelitian adalah 211 KK yang ditentukan dengan teknik sampling acak sederhana (simple ramdom sampling) dan dihitung menggunakan formulasi Krijcie dan Morgan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survei, pengamatan (observasi), wawancara, dan pemetaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerusakan ekosistem hutan mangrove di Desa Dongko dengan Sistem Informasi Geografi (SIG), hasil pemetaan dan analisis peta penggunaan lahan tahun 2007-2012 diketahui luas kerusakan 40,21 Ha (50,36%) dari luas seluruh hutan mangrove seluas 79,83 Ha, yang pada saat ini hanya tinggal tersisa 39,62 Ha, hal ini disebabkan oleh aktivitas sosial ekonomi penduduk seperti pengalih fungsian lahan hutan mangrove menjadi lahan pertambakan, pemukiman, dan fasilitas umum. Berdasarkan hasil analis SWOT  perlu dilakukan pengembangan kawasan hutan mangrove di Desa Dongko sebagai hutan lindung yang berpedoman pada kebijakan pemerintah Kabupaten Tolitoli terkait pengelolaan mangrove, meningkatkan prasarana dan sarana guna menunjang pembangunan dan penanggulangan kerusakan kawasan ekosistem hutan mangrove, meningkatkan sumberdaya manusia, merumuskan kebijakan pengelolaan dan pembangunan yang tepat di sekitar hutan mangrove serta melakukan penaman kembali terhadap ekosistem hutan mangrove yang rusak
PENGEMBANGAN WILAYAH PERBATASAN SEBAGAI UPAYA PEMERATAAN PEMBANGUNAN WILAYAH DI INDONESIA Budianta, Aziz
SMARTek Vol 8, No 1 (2010)
Publisher : SMARTek

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (81.477 KB)

Abstract

Pembangunan Nasional Negara Indonesia yang tujuan umumnya adalah untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat dan pemerataannya di seluruh wilayahnya, sampai dengan saat ini masih banyak timbul masalah. Salah satu masalah yang masih dijumpai adalah belum berkembangnya wilayah perbatasan antar wilayah administrasi dalam Negara Indonesia. Wilayah perbatasan selama ini identik dengan wilayah perdesaan, wilayah pertanian, wilayah miskin, dll. Untuk pengembangannya diperlukan kebijaksanaan yang sesuai secara lokalita, yang disusun berdasarkan hasil identifikasi potensi dan hambatan pengembangan di wilayah perbatasan tersebut
Analisis Perubahan Penggunaan Lahan dan Evaluasi Kekritisan DAS Kawasan Das Blongkeng Jawa Tengah Tahun 1993 - 2000 Budianta, Aziz
SMARTek Vol 4, No 3 (2006)
Publisher : SMARTek

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (556.045 KB)

Abstract

DAS Blongkeng merupakan Sub DAS Progo, terletak di Kabupaten Magelang dan Boyolali Propinsi Jawa Tengah, dan merupakan daerah tangkapan hujan yang cukup potensial secara lokal dan regional. Berdasarkan PP 47/1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, lereng tengah-atas DAS diklasifikasikan sebagai kawasan konservasi tanah dan air. Peningkatan jumlah penduduk serta aktivitas pembangunan selama tahun 1993 – 2000 telah mendorong terjadinya konversi lahan menjadi lahan terbangun. Hal ini akan mengganggu fungsi kawasan sebagai kawasan lindung dan konservasi. Tujuan penelitian adalah mengetahui luasan konversi lahan yang sudah terjadi, serta evaluasi kekritisan DAS yang dilakukan dengan pendekatan Model Indeks Konservasi (IK). Metode analisis meliputi: pembobotan dan analisis peta dengan SIG. Penelitian menunjukkan terjadi konversi lahan sebesar 10,94%, terutama untuk permukiman, lahan kosong, dan kebun. Lahan yang mengalami penyusutan adalah sawah, hutan, dan tegalan/ladang. Meskipun hasil evaluasi kondisi DAS menunjukkan kondisi DAS masih normal, akan tetapi ditemukan lahan kritis sebesar 1,51% yang perlu segera diatasi dengan metode konservasi lahan yang sesuai dengan kondisi fisik dan sosial-budaya setempat
REVITALISASI PERTANIAN PENGGERAK UTAMA PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DI INDONESIA Budianta, Aziz
MEKTEK Vol 12, No 1 (2010)
Publisher : MEKTEK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (72.347 KB)

Abstract

At the implementation of the national development in reformation era, agriculture sectors becomes dominantsector that contributes national income and they are still the major occupation of Indonesian. These sectorsare mainly done in rural areas, therefore, the study of agriculture sectors is dealt with the study of thedevelopment rural areas. The development rural areas is in many aspects, until now, it is relatively less thanit is in the development in urban areas. In developing these sectors, it needs the strategies of therevitalization of agriculture sectors though the application of agro-industry systems, agribusiness, and theintegrated agropolitan concept with the supporting infrastructure
ANALISIS HIDROLOGI KAWASAN DAS BLONGKENG PROPINSI JAWA TENGAH TAHUN 1993 - 2000 Budianta, Aziz
MEKTEK Vol 7, No 2 (2005)
Publisher : MEKTEK

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (693.086 KB)

Abstract

Blongkeng watershed area is a sub watershed of Progo, located in Magelang District, Center Java Province. Blongkeng watershed is potential catchment area and it contributes on availability of water surface as well as ground water, either locally and regionally. In accordance with Government Act No. 47/1997 which covers National Planning on Regional Space Arrangement, the middle slope to the up-zone of the watershed has been classified as a conservation region especially on water and soil reserve. This study was conducted so as to determine of hydrology characteristics and watershed critical evaluation. Analytical study covered trend analysis and statistical analysis. The results showed that trend of increasing either maximum and maximum-minimum ratio of stream flow, or trend of declining annually average and minimum stream flow. The evaluation of watershed condition with run-off coefficient (C) analysis showed that the watershed was still normal
The Role of The Community and The Efforts to Preserve The Potential of Cultural Heritage of The Rawa Bayu Tourism Alfian Nur Muzaki; Iwan Alim Saputra; Aziz Budianta
Media Wisata Vol. 20 No. 2 (2022): Media Wisata
Publisher : Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36276/mws.v20i2.332

Abstract

Rawa Bayu is a water tourism area and religion can be felt as well as the indigenous people around the tourism area and the immigrants who visit the place who have all the necessities related to the benefit of humans, namely as a support for learning materials at the high school or MA level as well as at the lecture level. The purpose of this study was to determine the collaborative management of the surrounding community with the Banyuwangi Regency Tourism Office and how big the role of the surrounding community in maintaining and preserving several vital objects of cultural heritage in the Rawa Bayu tourism area. The use of the method is to use a qualitative approach by observing directly and documenting activities. Authors use literature studies to support a more definite understanding that comes from valid data. The data analysis technique used componential and descriptive analysis. The results of the study include an overview of the study area, the potential for the existence of ecotourism, and the role of the community in preserving historical objects around the ecotourism area.