Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Pengaruh Etika Marketing Terhadap Keputusan Nasabah Menggunakan Produk Murabahah Perspektif Hukum Islam Di BPRS Tulen Amanah H. Zainal Arifin Haji Munir; Selamat Muliadi
Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam Vol 7, No 3 (2021): JIEI : Vol. 7, No. 3, 2021
Publisher : ITB AAS INDONESIA Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (253.362 KB) | DOI: 10.29040/jiei.v7i3.3597

Abstract

This study aims to determine the influence of Islamic Marketing ethics on customer decisions in financing murabahah at BPRS Tulen Amanah Paok Motong, East Lombok. The Number of Samples used in this study amounted to 93 respondents. The research used the quantitative with correlation method. The data source was observations, questionnaires and documentations. The analyzing of the data used IBM SPSS Statistics version 25. Analysis was carried out by several tests, sucs as validity test, realibility test, normality test, heteroscedasticity test, linearity test, linear regression analysis and coefficient of determination test. The results showed that the imfluence of Islamic marketing ethics on customer decisions are evidenced by a significance value of 0.021 < 0.05 and tcount of 2.357 > 1.986 (ttable), Ha is accepted and Ho is rejected. Which means that the Islamic marketing ethics significantly influences customer decisions in financing murabah at BPRS Tulen Amanah Paok Motong, East Lombok. The value of R2 (R Square) 0.058 or equal to 5.8%. The value means that the Islamic Marketing ethics variable has a tendency of the percentage of influence or correlation to the dependent variable in customer decisions of 5.8% from 100%. While the rest (100% - 5.8% =94.2%) is influenced by other variables outside of this refression.
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN NILAI MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL ANAK SUKU SASAK DI MI NW LOANG SAWAK LOMBOK TENGAH Zainal Arifin Munir; Awiria Awiria
Taman Cendekia: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an Vol 4 No 1 (2020)
Publisher : Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (290.589 KB) | DOI: 10.30738/tc.v4i1.5764

Abstract

Traditional games of a tribe had often not been known well in the last few decades, traditional games had been shifted to the digital ones that were imported from around the world. This study aimed at finding out how to implement educational values through the traditional game of the Sasak tribe in MI NW Loangawak, Mataram was. The method used was descriptive qualitative analysis. The subjects of this study were students, teachers, and school principals. Data collection techniques used were interviews, observation, and documentation. To check the validity of the data, researchers used data triangulation techniques. The results showed that the implementation of educational values through traditional games was excellent, because traditional games substantially contained and were closely related to natural elements, both in terms of playgrounds, as well as playing tools used in traditional games, such as wooden sticks as raw material for gasing. It played an essential role in bringing people closer to their natural world and bringing a deeper understanding of the place, which they had made for dwellings, as ecological knowledge that was not only considered as a science and harmony of fellow human beings, but also as the soul of life.
REVITALISASI PERAN DAN FUNGSI PENYULUH AGAMA ISLAM DALAM PEMBIMBINGAN TERHADAP MASYARAKAT DI KOTA MATARAM FAHRURROZI FAHRURROZI; ZAINAL ARIFIN BIN HAJI MUNIR
Al-Tazkiah : Jurnal Bimbingan dan Konseling Islam Vol. 10 No. 2 (2021): EKSISTENSI BIMBINGAN KONSELING DI MASA PANDEMI COVID 19
Publisher : Universitas Islam Negeri Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20414/altazkiah.v10i2.4309

Abstract

Kajian ini mempertegas peran dan fungsi Penyuluh Agama Islam sebagai informator, edukator, advokat dan konselor masyarakat. Penegasan peran ini dibuktikan dengan signifikansinya peran dan fungsi Penyuluh Agama Islam di Kota Mataram sebagai Double Function (Fungsi Ganda); Realitas aktivitas penyuluh agama Islam (PAI) dalam memberikan pelayanan dan pembimbingan terhadap masyarakat di Kota Mataram terlihat pada dua sisi: 1).Fungsional sebagai pegawai negeri dengan menjalankan rutinitas sebagai Penyuluh Agama Islam bersifat konvensional, berbasis laporan kinerja, berbasis angka kredit Penyuluh. 2).Komponen masyarakat, Penyuluh Agama Islam sebagai tokoh agama non-formal yang melalukan aktivitas keagamaan di mejelis pengajian yang diasuhnya. Secara de facto, Penyuluh Agama Islam sejauh ini masih dihadapkan pada sejumlah problem seperti: budaya kerja lemah, pengetahuan dan kesadaran terhadap tugas dan misi institusi masih kurang, sikap amanah dan saling percaya (trust) lemah, budaya pamrih berlebihan, orientasi pada pencapaian hasil dalam pelaksanaan tugas masih kurang, kurang orientasi pada kepuasan jama’ah sasaran/binaan (customer) dan minat untuk meningkatkan SDM Penyuluh melalui studi lanjut, tetapi belum diikuti kebijakan pemerintah untuk memberikan beasiswa, dan pemanfaatan informasi baru dalam pelaksanaan tugas masih rendah dan Penyuluh Agama Islam tidak memiliki induk yang jelas sehingga harus bernaung di KUA Kecamatan. Upaya strategis untuk memperkuat tugas dan fungsi Penyuluh Agama dengan menggunakan pendekatan sosio kultural, psikologis, psycho religio dan politis. Realitas ini membuktikan bahwa peran Penyuluh agama Islam (PAI) sangat strategis sehingga perlu ada affirmative action pemerintah dalam hal ini Kanwil kementerian agama untuk memberikan peran dan support yang progresif kepada Penyuluh Agama Islam.
EXCHANGING MASLAHAH BETWEEN LANDOWNERS AND LAND TENANTS: The Practice of Sandak-Tanggep in Pringgasela District H. Zainal Arifin Haji Munir
Jurisdictie: Jurnal Hukum dan Syariah Vol 13, No 1 (2022): Jurisdictie
Publisher : Fakultas Syariah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18860/j.v13i1.15027

Abstract

Sandak-tanggep is an agreement between penyandak (landowner/Rahin) by binding himself to hand over the benefits of the land to the penanggep (land tenant/Murtahin) for certain period followed by cash payment as a reward. Penyandak still has the right to redeem the land from the Penanggep. Sandak-tanggep does not always work smoothly. One party could transfer the lease to another within contract period. This study presents the practice of sandak-tanggep that is commonly done in managing the rice fields and gardens in Pringgasela District, which is not implemented on any other items. The study employs qualitative descriptive method by directly interviewing the people who do sandak-tanggep and doing observation. The secondary data are from the documents and writings related to the current topic. Both are in the form of books and articles. The results show, many people practice this tradition using verbal agreements, that often causes violations of rights and obligations from both parties. This practice is significantly similar with pawn and customary law. The difference lies in the economic conditions between penyandak and penanggep that are inversely proportional to the pawn. This article is very useful in formulating legal policy, especially its application to muamalah practice.Sandak-tanggep adalah suatu perjanjian antara Penyandak (Rahin) dengan mengikatkan dirinya untuk menyerahkan manfaat tanah kepada Penanggep (Murtahin) selama waktu tertentu diikuti pembayaran tunai sebagai imbalannya. Penyandak tetap berhak untuk menebus kembali tanah tersebut dari pihak Penanggep. Praktik sandak-tanggep yang terjadi tidak selalu berjalan sebagaimana mestinya, bisa saja salah satu pihak mengalihkan hak guna sewa kepada pihak lain ketika akad masih berlangsung. Penelitian ini bertujuan menyajikan model praktik yang umum sering dilakukan di Kecamatan Pringgasela terhadap tanah sawah maupun kebun ialah praktik sandak-tanggep bahkan tidak dilakukan pada barang lainnya. Metode deskriptif kualitatif dilakukan melalui wawancara dan observasi secara langsung kepada masyarakat yang melakukan praktik sandak-tanggep. Data sekunder berasal dari dokumen maupun tulisan berkaitan dengan topik penelitian, baik berupa buku maupun artikel. Hasil penelitian menunjukkan jika masih banyak masyarakat yang melaksanakan praktik ini dengan perjanjian secara lisan, sehingga menyebabkan pelanggaran hak dan kewajiban dari kedua belah pihak. Praktik ini mempunyai kemiripan signifikan dengan gadai dan hukum adat, perbedaannya terletak pada kondisi ekonomi antara penanggep dan penyandak berbanding terbalik dengan gadai. Article ini sangat bermanfaat dalam merumuskan kebijakan hukum, terutama pengaplikasiannya pada praktik muamalah.