Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Analisis Dominasi Penggunaan Lahan Kekotaan dan Kedesaan di Kecamatan Kembaran Sakinah Fathrunnadi Shalihati; Sutomo Sutomo; Suwarno Suwarno
JSSH (Jurnal Sains Sosial dan Humaniora) JSSH (Jurnal Sains Sosial dan Humaniora) Vol. 1 No. 2 September 2017
Publisher : Lembaga Publikasi Ilmiah dan Penerbitan (LPIP)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1534.804 KB) | DOI: 10.30595/jssh.v1i2.1879

Abstract

Kecamatan Kembaran merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Banyumas yang sedang mengalami perkembangan wilayah yang cukup pesat. Seperti yang telah ditemukan dalam penelitian Sutomo dan Shalihati Tahun 2014 menunjukkan bahwa Desa Dukuh Waluh salah satu desa di Kecamatan Kembaran mengalami transformasi wilayah yang tinggi nampak dari terjadinya perubahan jumlah infrastruktur yang semakin meningkat selama 10 tahun terakhir. Jumlah infrastruktur yang semakin meningkat tentu memberikan dampak terjadinya penambahan lahan terbangun diwilayah tersebut. Untuk itu penelitian yang diusulkan saat ini merupakan tindak lanjut dari penelitian tersebut, yang diharapkan untuk mengetahui sejauh mana dominasi penggunaan lahan kekotaan dan kedesaan serta termasuk apa saja desa-desa di Kecamatan Kembaran dalam ketentuan subzone Urban/Ural/Rural menurut Yunus (2000). Metode dalam penelitian ini adalah analisis data primer dan sekunder dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG). Menggunakan teknik analisis kualitatif untuk Menggunakan teknik analisis kualitatif untuk: 1. Analisis dominasi penggunaan lahan kekotaan dan kedesaan di Kecamatan Kembaran, 2. Analisis kategori desa-desa di Kecamatan Kembaran dalam ketentuan subzone Urban/Ural/Rural menurut Yunus (2000). Hasil penelitian menunjukkan dominasi penggunaan lahan kekotaan dan kedesaan di Kecamatan Kembaran menunjukkan bahwa terdapat desa dengan dominasi penggunaan lahan kekotaan mencapai 48.06% dari luas wilayah desanya,, yaitu Desa Dukuh Waluh, namun ada pula desa dengan penggunaan lahan kekotaan 16.29% dari luas wilayah desanya yaitu Desa Sambeng Kulon. Sedangkan dari hasil meninjau persentase penggunaan lahan kekotaan dan kedesaan sekaligus persentase jarak dari daerah Kota Purwokerto ke desa-desa di Kecamatan Kembaran, maka menurut Model Segitiga Penggunaan Lahan Desa-Kota masuk pada subzone Urban Fringe.
Arahan Pemanfaatan Lahan di Daerah Aliran Sungai Pemali dan Cikabuyutan Kabupaten Brebes Suwarsito Suwarsito; Suwarno Suwarno; Sakinah Fathrunnadi Shalihati
Sainteks Vol 19, No 1 (2022): April
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30595/sainteks.v19i1.13551

Abstract

Arahan fungsi pemanfaatan lahan bertujuan untuk mencapai keseimbangan antara kemampuan lahan dengan jenis pemanfaatan dan teknologi yang digunakan sebagai upaya untuk melindungi kelangsungan fungsi dan manfaat sumber daya alam di suatu wilayah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui arahan pemanfaatan lahan di hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali dan Cikabuyutan, Kabupaten Brebes. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif berjenjang berdasarkan skor yang sudah ditetapkan. Setiap unsur pada tiap variabel diberi skor berjenjang sesuai dengan besarnya kontribusi tiap unsur. Variabel yang digunakan adalah kemiringan lereng, jenis tanah, dan curah hujan. Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode observasi lapangan. Analisis arahan pemanfaatan lahan dilakukan secara kualitatif berdasarkan interpretasi Peta Arahan Pemanfaatan Lahan. Peta tersebut diperoleh melalui langkah pembobotan dan skoring berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/1980 pada masing-masing variabel. Selanjutnya, beberapa variabel tersebut diintegrasikan menggunakan teknik overlay dengan bantuan Sistem Informasi Geografi (SIG). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan lahan yang sesuai dengan arahan pemanfaatan lahan di Kabupaten Brebes sebesar 1.511.614.608,17 m2 (85,98%). Sedangkan lahan yang tidak sesuai dengan arahan pemanfaatan lahan sebesar 246.428.936,25 m2 (14,02%). Lahan tersebut seharusnya dimanfaatkan untuk Kawasan Lindung dan Kawasan Penyangga, namun telah beralih fungsi menjadi lahan perkebunan, persawahan, dan padang rumput. Beberapa daerah yang mengalami alih fungsi lahan yang tidak sesuai dengan arahan pemanfaatan lahan, yaitu Desa Buara Kecamatan Ketanggungan, Desa Kedungoleng Kecamatan Paguyangan, Desa Cinanas Kecamatan Bantarkawung, Desa Pengarasan Kecamatan Bantarkawung, Desa Kebandungan Kecamatan Bantarkawung, dan Desa Dawuhan Kecamatan Sirampog.
Analisis Persebaran Luapan Air Pasang Dengan Permodelan Hidrotopografi Di Desa Losari Lor Kecamatan Losari Kabupaten Brebes Rendy Prayogi; Suwarno; Sakinah Fathrunnadi Shalihati
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 5 No. 2 (2021): Volume 5, No. 2 (2021)
Publisher : Pendidikan Geografi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/jgel.v5i2.6729

Abstract

ABSTRAK Banjir akibat air laut pasang terjadi pada lahan pertanian dan merusak saluran-saluran pembawa air di Desa Losari Lor Kabupaten Brebes. Tujuan artikel ini untuk menganalisis tipe dan waku pasang surut, menganalisis kedudukan elevasi muka air laut, dan menganalisis persebaran luapan air pasang pada lokasi tersebut dengan permodelan hidrotopografi. Menggunakan pendekatan kuantitatif dengan pengumpulan data meliputi observasi, interpetasi citra dan analisis dokumen kejadian pasang surut. Data diolah dengan software Matlab 2008a compailer 8.0 dan ArcGIS 10.4. Analisis hidrotopografi dilakukan melalui perbandingan nilai muka air saat terjadi pasang dengan DEM ketinggian tempat, kemudian di overlay dengan peta penggunaan lahan untuk mengidentifikasi lokasi persebaran luapan. Hasil penelitian menunjukan bahwa tipe pasang surut di Desa Losari Lor termasuk kedalam tipe Mixed tide prevailing semidiurnal. Pasang tertinggi HHWL terjadi di bulan Februari dengan nilai 0,470 m dan pasang terrendah LLWL terjadi pada bulan April dengan nilai -0,440 m. Kondisi topografi di lokasi penelitian berada pada ketinggian 0-2,5 m pada titik terendah dan tertinggi >2,5 m atau mencapai 10,8 mdpl. Analisis permodelan hidrotopografi juga menunjukkan area luapan air pasang tersebar di 124,18 Ha, meliputi penggunaan lahan berupa tambak, sawah irigasi, area terbuka atau tanah kosong, kebun campuran, pemukiman, sarana pendidikan dan olahraga serta bangunaan perdagangan dan jasa.
Analisis Persebaran Luapan Air Pasang Dengan Permodelan Hidrotopografi Di Desa Losari Lor Kecamatan Losari Kabupaten Brebes Rendy Prayogi; Suwarno; Sakinah Fathrunnadi Shalihati
Jurnal Geografi, Edukasi dan Lingkungan (JGEL) Vol. 5 No. 2 (2021): Edisi Bulan Juli
Publisher : Pendidikan Geografi Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/jgel.v5i2.6729

Abstract

ABSTRAK Banjir akibat air laut pasang terjadi pada lahan pertanian dan merusak saluran-saluran pembawa air di Desa Losari Lor Kabupaten Brebes. Tujuan artikel ini untuk menganalisis tipe dan waku pasang surut, menganalisis kedudukan elevasi muka air laut, dan menganalisis persebaran luapan air pasang pada lokasi tersebut dengan permodelan hidrotopografi. Menggunakan pendekatan kuantitatif dengan pengumpulan data meliputi observasi, interpetasi citra dan analisis dokumen kejadian pasang surut. Data diolah dengan software Matlab 2008a compailer 8.0 dan ArcGIS 10.4. Analisis hidrotopografi dilakukan melalui perbandingan nilai muka air saat terjadi pasang dengan DEM ketinggian tempat, kemudian di overlay dengan peta penggunaan lahan untuk mengidentifikasi lokasi persebaran luapan. Hasil penelitian menunjukan bahwa tipe pasang surut di Desa Losari Lor termasuk kedalam tipe Mixed tide prevailing semidiurnal. Pasang tertinggi HHWL terjadi di bulan Februari dengan nilai 0,470 m dan pasang terrendah LLWL terjadi pada bulan April dengan nilai -0,440 m. Kondisi topografi di lokasi penelitian berada pada ketinggian 0-2,5 m pada titik terendah dan tertinggi >2,5 m atau mencapai 10,8 mdpl. Analisis permodelan hidrotopografi juga menunjukkan area luapan air pasang tersebar di 124,18 Ha, meliputi penggunaan lahan berupa tambak, sawah irigasi, area terbuka atau tanah kosong, kebun campuran, pemukiman, sarana pendidikan dan olahraga serta bangunaan perdagangan dan jasa.