Lucas Partanda Koestoro
Unknown Affiliation

Published : 21 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

Situs Kota Rebah Di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau: Pertapakan Istana Atau Bangunan Lain Lucas Partanda Koestoro
Berkala Arkeologi Sangkhakala Vol 18 No 2 (2015)
Publisher : Balai Arkeologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1069.816 KB) | DOI: 10.24832/sba.v18i2.13

Abstract

An excavation at the site of Kota Rebah (also known as Kota Lama) in the city of Tanjung Pinang, Kepulauan Riau (Riau Islands) Province in October 2014, which was carried out by the Cultural Office of Kepulauan Riau Province, in cooperation with the Medan Archaeological Centre and the Cultural Heritage Conservation Office of Batusangkar, is an attempt to explore remains of the cultural history of Kepulauan Riau community, including to understand about their types and functions. This is in relation to the site and remains of a building that is believed by some local inhabitants to be a site and remains of the palace of the Melayu kings in the past. The data collected using survey and excavation method indicate that the site and building remains are more likely to be remains of a loji (fort with warehouses) than the site and remains of a palace.
Geologi Situs Bawömataluö, Kecamatan Fanayama, Kabupaten Nias Selatan, Provinsi Sumatera Utara Lucas Partanda Koestoro; Muhammad Fadlan S Intan
Berkala Arkeologi Sangkhakala Vol 19 No 1 (2016)
Publisher : Balai Arkeologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/bas.v19i1.22

Abstract

AbstractThe Megalithic tradition of Nias is a living Megalithic tradition as a result of the cultural development that has been going on since the prehistoric period. The Megalithic tradition was introduced during a period between the Neolithic and Palaeometalic. Research on Nias Island was carried out at Bawömataluö Site, which is administratively located at Bawömataluö Village, Fanayama District, South Nias Regency, North Sumatra Province. The problems discussed here are the morphological unit that formed the site, stratigraphical sequence, geological structure, and the source of raw material to make Megalithic objects. The aim of the research is to understand the geological condition of the natural environment of Bawömataluö Site and its surroundings. Geological survey, petrology analyses, and interpretation of geological map are the methods used. The results show that Bawömataluö Site is situated on the slightly wavy morphological unit, which was shaped by Lelematua Formation.  Observation on the geological structure reveals that Bawömataluö Site stands on the uplifted part (block-hanging wall) of a thrust fault. Regarding the source of raw material to make Megalithic objects, observation reveals that the stones were taken from Batubuaya River, which is 1.5 kilometers to the southwest of Bawömataluö.AbstrakTradisi megalitik Nias merupakan tradisi megalitik berlanjut sebagai hasil pertumbuhan dan perkembangan budaya yang terjadi sejak masa prasejarah, yang berkembang di Nusantara antara masa neolitik dan paleometalik. Penelitian di Pulau Nias dilaksanakan di Situs Bawömataluö di wilayah administratif Desa Bawömataluö, Kecamatan Fanayama, Kabupaten Nias Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Permasalahan yang dibahas adalah berapa satuan morfologi yang menyusun situs, urutan stratigafi, struktur geologi, dan lokasi sumber bahan batuan. Tujuan  penelitian adalah untuk mengetahui kondisi lingkungan geologi Situs Bawömataluö dan sekitarnya. Metode yang digunakan adalah survei geologi, analisis petrologi, dan interpretasi peta. Hasil yang diperoleh bahwa Situs Bawömataluö terletak pada satuan morfologi bergelombang lemah, yang tersusun oleh Formasi Lelematua. Aspek struktur geologi menghasilkan data bahwa Situs Bawömataluö terletak pada bagian yang naik (blok hanging wall) dari suatu sesar naik (thrust fault). Adapun lokasi pengambilan bahan batuan untuk pembuatan bangunan megalitik berada pada Sungai Batubuaya yang berjarak 1,5 km di arah baratdaya SitusBawömataluöa.
Gampong Pande, Situs Penting di Ujung Utara Pulau Sumatera Lucas Partanda Koestoro
Berkala Arkeologi Sangkhakala Vol 19 No 2 (2016)
Publisher : Balai Arkeologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1708.419 KB) | DOI: 10.24832/sba.v19i2.27

Abstract

AbstractAceh is rich a variation of objects - intact or fragmentary - containing material history and worth studying. Gampong Pande in Banda Aceh, The historical-archaeological data of Gampong Pande hasn't been read and used as a historical source. The site is vital for an introduction the Aceh role related entry and development of Islam in Indonesia, also related with harbor at the estuary of Aceh River. Lately, archaeological-historical research has done there. Results of activity are information about a variety objects of archaeology and history such as tomb/tombstones, fragments ceramic/pottery, currency dirham, and the remaining structures and shaft. Related results of the survey and excavation, it can be suspected since the 14th century Gampong Pande was a part of the trading port, a place of exchange. Grave and tombstones partially show the style of tomb and Aceh tombstone until the 16th century to the 17th century. The dirham findings validate the historical record that the kingdom of Aceh using it as a means of payment. Activities were noisy at least until the 17th century. Then Gampong Pande left, do not be a place before. Later in the 19th century, Gampong Pande back reuse for activities. Old shaft excavation result shows a high level of life. Making shaft with ring pottery/clay show quality people who are not arbitrary.AbstrakAceh kaya dengan beragam objek artificial - utuh maupun fragmentaris - yang mengandung bahan sejarah dan layak diteliti. Di Gampong Pande di Kota Banda Aceh, data arkeologis-historis di sana banyak belum terbaca dan dimanfaatkan sebagai data/sumber sejarah. Situs dimaksud penting bagi upaya pengenalan peran Aceh terkait masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia, juga berkenaan dengan bandar di muara Sungai Aceh. Belakangan ini penelitian arkeologis-historis telah dilakukan di sana. Hasil kegiatannya berupa keterangan tentang beragam objek arkeologis-historis seperti makam/nisan, fragmen keramik/tembikar, mata uang dirham, dan sisa struktur bangunan serta sumur. Terkait temuan survei dan hasil ekskavasi, dapat di duga bahwa sejak abad ke-14 Gampong Pande telah merupakan bagian sebuah bandar, tempat pertukaran barang dari berbagai tempat di dunia. Makam dan nisan yang di sana sebagian menunjukkan gaya jirat dan nisan Aceh abad ke-16 hingga abad ke-17. Adapun temuan dirham membuktikan kebenaran catatan sejarah bahwa kerajaan Aceh dahulu memakainya sebagai alat pembayaran. Aktivitas cukup ramai berlangsung setidaknya hingga abad ke-17. Kemudian ada saat Gampong Pande ditinggalkan, tidak menjadi tempat seperti sebelumnya. Kelak di abad ke-19 Gampong Pande kembali menjadi tempat yang diwarnai aktivitas kehidupan yang cukup baik. Sumur tua hasil ekskavasi menunjukkan tingkat kehidupan yang cukup tinggi. Pembuatan sumur dengan cincin gerabah/tanah liat bakar memperlihatkan kualitas masyarakat yang tidak sembarangan.
Dinamika Aktivitas Kemaritiman Di Pulau Kampai, Kota Cina, Dan Kota Rantang, Sumatera Utara Lucas Partanda Koestoro; Stanov Purnawibowo; Repelita Wahyu Oetomo
Berkala Arkeologi Sangkhakala Vol 19 No 2 (2016)
Publisher : Balai Arkeologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/sba.v19i2.28

Abstract

AbstractMaritime activities in coastal area north Sumatera does not only appear in one location and a certain period of time as not as can be stand-alone. Indications of dynamics, interrelation, and utilization continuity of coastal area north Sumatera in maritime activities and interaction between the nation and the culture that occur in the past is big enough. Study of Archeology which sufficient intensive has done in sites Pulau Kampai, Kota Cina, and Kota Rantang in a certain period of time resulted from the data which quite interesting. The information gets by the data is tended to show the existence of voyage activities and trade, also the introduction of few aspect of life, with a quite valid of chronology. All of them are showing the past activities in that area fulfilled with diverse activities that show its power as an economic world track which connected of east and west cultures. There is the continue of the activity is revolve in VIII to XVI centuries. Even the discovery of archeology Pulau Kampai shows the existence of continuity activities in XVI to XX centuries. AbstrakAktivitas kemaritiman di pesisir timur Sumatera Utara tidak hanya memunculkan satu lokasi dan satu kurun waktu tertentu sebagai simpul yang berdiri sendiri. Indikasi adanya dinamika, keterkaitan, dan kesinambungan pemanfaatan pesisir timur Sumatera Utara dalam aktivitas kemaritiman dan interaksi antar bangsa dan budaya yang terjadi di masa lalu cukup besar. Penelitian arkeologis yang cukup intensif telah dilakukan di situs-situs Pulau Kampai, Kota Cina, dan Kota Rantang beberapa waktu berselang menghasilkan data yang cukup menarik. Informasi yang diperoleh melalui data dimaksud menunjukkan keberadaan kegiatan pelayaran dan perdagangan, juga pengenalan akan beberapa aspek kehidupan, serta kronologi yang cukup sahih. Semua memperlihatkan masa lalu di kawasan itu dipenuhi dengan beragam aktivitas yang menunjukkan kekuatannya sebagai jalur perekonomian dunia yang menghubungkan peradaban di dunia bagian barat dan timur. Adapun berlangsungnya aktivitas itu berkisar antara abad VIII hingga abad XVI. Bahkan temuan arkeologis di Pulau Kampai memperlihatkan adanya aktivitas lanjutan pada abad XVI hingga abad XX.
Artefak Dalam Konteks Pemanfaatan Gua Sebagai Dapur Gambir di Ngalau Datuk Marajo Ali, Lembah Harau, Sumatera Barat Nenggih Susilowati; Taufiqurrahman Setiawan; Dyah Hidayati; Lucas Partanda Koestoro
Berkala Arkeologi Sangkhakala Vol 19 No 2 (2016)
Publisher : Balai Arkeologi Sumatera Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1441.957 KB) | DOI: 10.24832/sba.v19i2.30

Abstract

AbstractNgalau (Cave) Datuk Marajo Ali is located at Jorong Koto Nan Gadang, Kenagarian (State) of Pilubang, Harau District, Lima Puluh Kota Regency. Ngalau Datuk Marajo Ali is facing southwest (2100) with an opening of 10 m wide. The depth of its front space is 9.5 m, while behind it is a passage 10 m long with a sloping front slope. The ngalau has wide enough room with low cave roof at the back. The problems are: how are the relations between artifacts, space utility, and the forms of activities that took place at Ngalau Datuk Marajo Ali? How are they compared to the artifacts found at other cave around Harau Valley? The method employed during data collection phase was explorative using inductive reasoning, while the writing method was qualitative-descriptive. In general Ngalau Datuk Marajo Ali has wide enough space without stalactite or stalagmite, and is divided into southwest and northeast sections. The southwest section has lower surface than the northeast section. The rock surface of the northeast section is relatively flat so that it was comfortable to sit or stand there, except in the innermost part. Results of the excavation show that the activities in the southwest section were varied, based on the artifacts, artifactual context, and stratigraphy. It shows that the cave was used several times for different purposes. It is assumed that the activities were related to the Paderi War (1821 – 1838) as a hiding place, a hiding place during Indonesian independence war (before 1945), and gambir processing activities (gambir kitchen) in around 1945sAbstrakNgalau Datuk Marajo Ali terletak di Jorong Koto Nan Gadang, Kenagarian Pilubang, Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota. Ngalau Datuk Marajo Ali menghadap ke baratdaya (2100) dengan lebar pintu gua 10 m dan kedalaman ruangan depan 9,5 m dan dibelakangnya terdapat lorong sedalam 10 m dengan lereng di depannya melandai. Ngalau tersebut memiliki dimensi ruang cukup lebar dengan atap gua rendah pada bagian belakang. Adapun permasalahannya adalah bagaimana kaitan antara artefak, pemanfaatan ruang, serta bentuk aktivitas yang berlangsung di Ngalau Datuk Marajo Ali? Bagaimana perbandingan dengan artefak di ngalau-ngalau lain di sekitar Lembah Harau? Metode yang digunakan dalam pengumpulan data bertipe eksploratif menggunakan alur penalaran induktif. Metode penulisannya adalah kualitatifdeskriptif. Secara umum Ngalau Datuk Marajo Ali memilki ruangan yang cukup lapang, tanpa stalagtit dan stalagmit, terbagi menjadi dua yaitu di baratdaya dan timurlaut. Di bagian baratdaya kondisi permukaannya lebih rendah dibandingkan dengan timurlaut. Permukaan bebatuan di timurlaut relatif rata, sehingga nyaman untuk duduk atau berdiri, kecuali di bagian paling dalam. Hasil ekskavasi menggambarkan bahwa di bagian baratdaya pemanfaatanya cukup beragam berdasarkan analisa terhadap temuan, konteks temuan, dan stratigrafinya. Hasilnya adalah gua ini dimanfaatkan berulang kali untuk kebutuhan yang berbeda. Diperkirakan aktivitas yang berlangsung berkaitan dengan persembunyian pada masa perang Paderi (1821--1838), persembunyian pada masa perang kemerdekaan (sebelum 1945), serta aktivitas pengolahan gambir dengan dapur gambir sekitar tahun 1945 -an.
CATATAN SINGKAT MENGENAI UNSUR PERKOTAAN DI BLEGA Lucas Partanda Koestoro
Berkala Arkeologi Vol 6 No 1 (1985)
Publisher : Balai Arkeologi Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1894.331 KB) | DOI: 10.30883/jba.v6i1.437

Abstract

Suatu obyek menarik dalam penulisan sejarah Indonesia kuna berkaitan dengan masalah pemukiman. Pemukiman merupakan lingkungan tempat manusia hidup serta melakukan berbagai macam aktifitas. Atau lebih lengkap lagi, pemukiman dapat berarti sebagai tempat, ruang atau daerah tempat manusia berkumpul dan hidup bersama dengan memanfaatkan lingkungannya dalam mempertahankan, melangsungkan, dan mengembangkan hidupnya (Geertz, 1981: 53). Peninjauan arkeologi di Blega, Madura telah dilakukan oleh Balai Arkeologi Yogyakarta pada tahun 1982 berdasarkan informasi yang diberikan oleh Naroedji Achmad dan Basori, Staf Unit Pemugaran Makam Aermata.
SANGHIANG TARAJE, TINGGALAN TRADISI MEGALITIK DI GUNUNG TAMPOMAS Lucas Partanda Koestoro
Berkala Arkeologi Vol 8 No 2 (1987)
Publisher : Balai Arkeologi Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2965.721 KB) | DOI: 10.30883/jba.v8i2.491

Abstract

Ketika kekacauan melanda Pakwan Pajajaran akibat adanya gempuran pasukan Banten yang sedang mengibarkan panji-panji Islam, Prabu Siliwangi sebagai penguasa Sunda kala itu segera mendatangi salah satu vasalnya yakni Sumedang Larang. Empat orang patihnya, di antaranya Sayang Hawu atau lebih dikenal dengan sebutan Embah Jayaperkosa, diperintahkan untuk menyerahkan sebuah pusaka kraton berupa mahkota emas kepada Prabu Geusan Ulun, penguasa Sumedang Larang. Kejadian yang dapat diartikan sebagai penyerahan tahta kerajaan Sunda itu diikuti dengan keberangkatan Prabu Siliwangi menuju puncak gunung Tampomas .
Unsur Logam Pembentuk Mata Uang Kepeng Dinasti Song Dari Bali Dan Trowulan Sudarti Prijono; Lucas Partanda Koestoro
Berkala Arkeologi Vol 10 No 1 (1989)
Publisher : Balai Arkeologi Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1141.699 KB) | DOI: 10.30883/jba.v10i1.535

Abstract

Salah satu jenis temuan yang cukup penting karena memiliki kandungan bermacam informasi yang sering dijumpai dalam berbagai peneilitian di situs-situs arkeologi adalah mata uang logam. Selain informasi seperti nilai nominal, tahun penerbitan, atau liputan peredarannya, dari jenis temuan ini dapat pula diketahui material yang digunakan untuk membentuknya. Dari hal yantJ terakhir ini diperoleh pula keterangan akan nilai intrinsiknya (Prio Widiyono, 1986: 330-332).
Bangkai Perahu Situs Ujung Plancu, Jambi Lucas Partanda Koestoro; Rusmeijani Setyorini; Charunia Arni LD
Berkala Arkeologi Vol 15 No 1 (1995)
Publisher : Balai Arkeologi Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1113.89 KB) | DOI: 10.30883/jba.v15i1.652

Abstract

During the rescue excavation at the Ujung Plancu site in August 1994, the remains of an old boat were successfully recovered. Only two of the six planks were still visible in 1984. In accordance with the objectives of the activity, these remains are now in the conservation basin of the Jambi SPSP office in Jambi. This will be conveyed in this paper regarding the placement of these remains in the history of Indonesian boat building techniques. The following artilce is describing about this.
Sejarah Dan Arkeologi Madura·Barat Abad XIV-XVIII: Sebuah Pengenalan Tentang Penguasanya Lucas Partanda Koestoro
Berkala Arkeologi Vol 15 No 2 (1995)
Publisher : Balai Arkeologi Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1366.381 KB) | DOI: 10.30883/jba.v15i2.660

Abstract

One interesting aspect related to the archaeological remains on the island of Madura is the relationship of the characters behind them with the historical journey that colored them. By regulating the views on the existence of various "legacies" of the past in West Madura, it is hoped that incentives will emerge to better recognize the various things they contain, namely the relationship between Madura and Java.