I Gusti Putu Sudarta
Institut Seni Indonesia Denpasar

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Penerapan Pembelajaran Inovatif Dalam Pelatihan Dharmagita Pada Seka Santi Segara Widya di Banjar Mukti, Singapadu I Komang Sudirga; I Gusti Putu Sudarta; I Ketut Sudhana
Segara Widya : Jurnal Penelitian Seni Vol. 10 No. 1 (2022): Maret
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (300.512 KB) | DOI: 10.31091/sw.v10i1.1933

Abstract

Dharmagita sebagai nyanyian (tembang) berkaitan dengan upacara agama Hindu di Bali tergerus oleh seni-seni modern. Generasi muda kurang berminat terhadap seni yang dianggap arkais ini. Fenomena ini juga terjadi di Br. Mukti, Desa Singapadu, Sukawati, Gianyar. Banyak seniman senior yang telah meninggal menjadi salah satu faktor timbulnya kesenjangan antar generasi. Kehadiran Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ini diharapkan menjadi solusi pemecahan masalah yag dihadapi masyarakat Banjar Mukti. Metode yang diterapkan adalah pembelajaran inovatif berbasis Struktur Analisis Sintesis dengan pendekatan wiraga, wirama, wirasadan wiguna. Metode ini juga menerapkan pembelajaran blendid antara metode membaca notasi dingdong, maguru kuping(mendengarkan), nuutin (imitasi), dengan memanfaatkan media teknologi informasi untuk merekam, membagikan di media sosial seperti WAG, instagram sebagai upaya mempercepat proses pembelajaran. Hasil dari kegiatan PKM telah menghasilkan konstruksi baru tentang Seka Kidung dengan peserta Ibu-Ibu PKK berumur antara 25-45 tahun. Para peserta disamping memiliki pemahaman teks dan konteks juga telah berhasil menguasai Kidung Bremara Ngisep Sari, Bremara Sangupati, Kawitan Wargasari, Pangawak Wargasari, Jerum, Aji kembang dan Wargasirang. Selain itu peserta juga memahami tentang teknik olah vokal, teknik penyajian, dan makna kidung sesuai dengan konteks upacara. Adapun luaran dari kegiatan PKM ini adalah Teaser Kidung, Video, Draft Buku Ajar, Artikel pada Prosiding Seminar Nasional Ber-ISBN, dan Draft HKI.
DEVELOPMENT OF GENDING GENDER WAYANG BANASPATI TENGANAN PEGRINGSINGAN KARANGASEM STYLE IN BANJAR LUMINTANG, DAUH PURI KAJA VILLAGE, DENPASAR UTARA DISTRICT, KODYA. DENPASAR I Gusti Putu Sudarta; I Bagus Wijna Bratanatyam; Ni Putu Hartini
Abdi Seni Vol 12, No 2 (2021)
Publisher : Institut Seni Indonesia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33153/abdiseni.v12i2.3912

Abstract

AbstrakPenelitian ini mengenai pembinaan atau pelatihan gending Banaspati dari Desa Tenganan Pegringsingan. Komposisi gending Banaspati ini merupakan gending gender terpanjang setelah gending Bimaniu yang terdiri dari 11 palet (bagian). Saat sekarang ini Gending Banaspati di Desa Tenganan Pegringsingan tidak lagi ada yang mempelajarinya karena generasi muda di sana tidak ada yang tertarik dan berminat untuk belajar menabuh gender wayang. Metode pelaksanaan dalam pembinaan ini yaitu metode demonstrasi dengan cara menceritakan dan memperagakan bagian-bagian dari Gending Banaspati. Tujuan penelitian ini adalah menyelamatkan atau merekontruksi gending Banaspati sehingga tidak mengalami kepunahan. Hasil dari pembinaan ini menunjukkan Gending Banaspati dapat dikuasai dengan baik oleh peserta pelatihan di Sanggar Seni Pasraman Prabha Budaya Denpasar. Keberhasilan penguasaan gending yang tergolong panjang ini karena diterapkannya metode pelaksanaan penuangan gending yang tepat dan efektif, seperti membagi gending yang panjang menjadi phrase-phrase dan pattern-pattern. Phrase-phrase dan pattern-pattern yang menjadi vokabuler pembelajaran untuk menguasai keseluruhan lagu dan secara otomatis juga meningkatkan kemampuan teknik permainan menabuh gender wayang. Kata Kunci: Pembinaan, Gending Banaspati, Gender Wayang AbstractThis research is about the couching or training of song or gending Banaspati from Tenganan Pegringsingan Village. Gending Banaspati's composition is the longest gending gender wayang after Bimaniu consisting of 11 pallets (parts). Currently Gending Banaspati in Tenganan Pegringsingan Village is almost gone since the interest in learning of gender wayang decreasing especially for the younger generation. The method of implementation in this training is a method of demonstration by demonstrating parts of Gending Banaspati. The purpose of this study was to preserve or reconstruct gending Banaspati so that it would not be extinct.. The results of this training has shown Gending Banaspati could be mastered well by trainees in Sanggar Seni Pasraman Prabha Budaya Denpasar. The successful in mastering of this relatively long gending or song because of the appropriate application and effective methods of presenting gending, such as dividing long gending into phrases and patterns. Phrases and patterns that became learning vocabuler to master the entire gending and automatically also improved the ability of playing techniques in gender wayang . Keywords: Construction, Gending Banaspati, Gender Wayang 
Pembinaan Gending Gender Wayang Banaspati Gaya Tenganan Pegringsingan di Sanggar Seni Pasraman Prabha Budaya Denpasar I Gusti Putu Sudarta
Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara Vol. 1 (2021): Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasionar Republik Seni Nusantara
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Banaspati adalah nama gending atau tabuh gender wayang yang ada di daerah Karangasem, menyebar di desa-desa yang menjadi basis penabuh gender wayang seperti di Desa Ababi, Desa tenganan Pegringsingan, Desa Selat Duda, dan desa-desa yang ada di daerah Abang. Gending Banaspati merupakan salah satu gending gender wayang yang termasuk dalam salah satu gending petegak atau gending pangguran. Gending petegak atau gending pangguran dimainkan pada awal pertunjukan wayang kulit sebelum dalang membuka gedog atau membuka kotak wayang seperti prelude atau introduction.  Gending Banaspati ini menjadi unik dan spesial karena struktur, melodi, motif, dan patern kotakan sangat unik dan berbeda dengan tabuh petegak yang ada. Gending Banaspati gaya Tenganan Pegringsingan ini terdiri dari tujuh palet atau bagian, sedangkan gending gender wayang pada umumnya terdiri dari tiga sampai empat palet atau bagian. Tempo lagu pada palet pertama sampai palet ke tiga dimainkan dalam tempo lambat dan mengalir (wilambit laya), pada palet ke empat dan palet ke lima dimainkan dalam tempo sedang (madhyama laya), sedangkan pada palet ke enam dan ke tujuh dimainkan dalam tempo cepat (druta laya), oleh karenanya lagu Banaspati ini mengalir dari tempo lambat, sedang, dan cepat. Komposisi gending Banaspati ini merupakan gending gender wayang terpanjang ke dua setelah gending Bimaniu yang terdiri dari 11 palet atau bagian. Kalau dimainkan dua kali pengulangan dalam setiap palet atau bagiannya durasi waktunya mendekati 20 menit. Saat sekarang ini gending Banaspati di Desa Tenganan Pegringsingan tidak lagi ada yang mempelajarinya karena generasi muda di sana tidak banyak yang begitu tertarik dan berminat untuk belajar menabuh gender wayang. Sedangkan guru gender wayang yang masih ada dan menguasai gending Banaspati ini hanya satu orang saja yaitu Bapak Mudita Adnyana yang sudah sangat sepuh. Kalau tidak diselamatkan atau direkonstruksi kemungkinan besar gending Banaspati ini akan hilang. Beranjak dari fenomena ini peneliti berupaya memberikan pembinaan atau pelatihan gending Banaspati ini kepada generasi muda. Pada awalnya rencana pembinaan ini akan dilakukan di Desa Tenganan Pegringsingan, namun karena di Desa Tenganan Pegringsingan tidak begitu ada peminat yang tertarik untuk mempelajari gending Banaspati ini, peneliti mencoba mencari sanggar atau kelompok juru gender wayang di luar Desa Tenganan Pegringsingan dan di luar Kabupaten Karangasem. Hal ini dilakukan semata sebagai upaya untuk menyelamatkan keberadaan gending gender wayang Banaspati ini, dimana nantinya gending ini akan tetap ada dalam proses pengajaran dan alih generasi di masa mendatang. Setelah menghubungi beberapa sanggar dan penabuh gender wayang akhirnya peneliti memutuskan untuk bekerja sama dengan Sanggar Seni Pasraman Prabha Budaya yang berada di Banjar Lumintang, Desa Dauh Puri Kaja, Kecamatan Denpasar Utara, Kodya. Denpasar. Dipilihnya Sanggar Seni Pasraman Prabha Budaya ini dengan pertimbangan sanggar ini sangat diminati oleh anak-anak dan pelajar dari tingkat Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas, bahkan juga seniman dan mahasiswa asing. Pembinaan ini perlu diupayakan dan dilakukan untuk menjaga agar gending Banaspati ini tetap ada dan bisa diwarisi oleh generasi berikutnya, dan semoga bisa kembali lagi ke tempat asalnya di Desa Tenganan Pegringsingan saat generasi muda di sana sudah siap dan berminat mempelajarinya. Dalam proses pembinaan ini peneliti dibantu oleh dua orang dosen dan dua orang mahasiswa Program Seni Pedalangan dan Program Seni Karawitan yang mempunyai keahlian dan kompetensi dalam bidang gender wayang.
TEATER PAKELIRAN TUTUR CANDRA BHERAWA: PROSES PENCIPTAAN BERTOLAK DARI PENJELAJAHAN TEATER TRADISI I Gusti Putu Sudarta; I Gusti Made Darma Putra
Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara Vol. 2 (2022): Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasionar Republik Seni Nusantara
Publisher : UPT Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Teater Pakeliran Tutur Candra Bherawa merupakan garapan total teater yaitu menggali dan memanfaatkan semaksimal mungkin unsur-unsur seni yang terdapat dalam teater tradisi Bali secara total. Karya ini menggunakan sajin nyanyian sebagai penekanan dalam penyampaian cerita sehingga menjadi sajian musik teater. Penjelajahan melodi dan olah vokal tidak hanya pada tradisi Bali dan Jawa tapi juga mengadaptasi dan mentransformasi gaya lagu qawwali music dan kidung spiritual seperti santi suara, laras madya, kirtan, bajan, dan gregorian chant. Karya Teater Pakeliran Tutur Candra Bherawa ini disajikan dalam bentuk Sangita di mana tembang menjadi elemen pokok disertai dengan musik dan tari.Konsep yang menjadi dasar karya ini adalah ngarcana sarining lango yang dijabarkan sebagai bukti-mukti-jiwan mukti. Metode penciptaan yang digunakan dalam penggarapan karya ini adalah Gandha Sesa yang berarti kegiatan kreativitas yang berkaitan dengan menyusun lagu, gending, pemilihan laras atau patutan, metrum komposisi tembang, dan suara vokal. Sedangkan Bhasma Sesa adalah membangun kerangka lakon, alur dramatic, naskah lakon, dan bentuk penyajian serta artistic design.
Tutur Candra Bherawa Pakeliran Theater: A New Process of Creation For Traditional Theater I Gusti Putu Sudarta; Dru Hendro
Lekesan: Interdisciplinary Journal of Asia Pacific Arts Vol. 6 No. 2 (2023)
Publisher : Institut Seni Indonesia Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31091/lekesan.v6i2.2362

Abstract

Tutur Candra Bherawa Pakeliran Theatre is a total theatre work that explores and uses the elements of the art in Balinese Traditional theatre. This work uses a song as a means for storytelling, becoming a theatrical music presentation. The melodies and vocals are not only based on Balinese and Javanese traditions but also adapt and transform the styles of qawwali music (Sufi songs) and other spiritual songs. It is presented in the Sangita song form, accompanied by instrumental music and dance. The concept of this work is ngarcana sarining lango, described as bukti-mukti-jiwan mukti. The method of creation utilizes the Gandha Sesa composition technique. Bhasma Sesa is the framework for the play, dramatic plot, play script, and form of presentation.