Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Objektivikasi Perempuan Tua dalam Fotografi Jurnalistik Analisis Semiotika pada Foto-Foto Pameran Jalan Menuju Media Kreatif #8 Sigit Surahman
Rekam : Jurnal Fotografi, Televisi, Animasi Vol 14, No 1 (2018): April 2018
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/rekam.v14i1.2136

Abstract

Penelitian ini berfokus pada objektivitas perempuan tua dalam fotografi jurnalistik. Objektivikasi perempuan adalah objek yang menarik karena menjadi sebuah fenomena dalam kehidupan masyarakat. Hampir di setiap media massa, perempuan diposisikan sebagai pelengkap dunia laki-laki. Paras cantik dan keindahan lekuk tubuh perempuan dijadikan sebagai objek seksual. Lain halnya dalam karya fotografi pada pameran “Jalan Menuju Media Kreatif #8”. Dengan analisis deskriptif interpretif berparadigma kritis, penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan menginterpretasikan data yang bersangkutan dengan objektivikasi dan mitos dalam karya fotografi jurnalistik. Variabel penelitian ini adalah fotografi jurnalistik, perempuan, dan komunikasi visual. Terdapat tiga objektivikasi perempuan dalam karya foto jurnalistik ini: pertama, objektivikasi perempuan terletak pada inner beauty; kedua,; perempuan menikmati pekerjaannya sebagai ibu rumah; dan ketiga, perempuan tampil tanpa make up tebal. Mitos kecantikan perempuan terletak pada inner beauty, dalam foto-foto ini disajikan melalui keaslian wajah, profesi, dan ketaatannya. Mitos lain adalah penempatan perempuan yang selalu di wilayah domestik. Dengan demikian, perempuan tidak lagi hanya menghabiskan waktunya untuk berdandan dan bergaya. AbstractObjectification of Elderly Women in Photojournalism: Analysys of Semiotics on the Photographs of ‘Jalan Menuju Media Kreatif #8’. This study focused on elderly women objectivity in photojournalism. The objectification of women is an interesting object because it has become a phenomenon in the society. Almost in every mass media, women are positioned as the complement of men’s worlds. Pretty faces and the beauty of women’s curves are made as sexual objects. There was a difference in the photography exhibition in the event of “Jalan Menuju Media Kreatif #8”. By using interpretative descriptive analysis with critical paradigm, this research aims to describe and to interpret the data related to the objectification and myths in the photography works of photojournalism. The variables of this research are photojournalism, women, and visual communication. There are three objectifications of women in those works of photojournalism; first, objectification of women on their inner beauty; second, women enjoying their work as homemakers; and three, women without thick make-up. The myth of female beauty lies in the inner beauty,therefore in the photographs they were represented through the authenticity of their faces, professions, and obediences. Another myth is the position of women in the domestic sphere. Thus, women did not just spend their time to dress up and to be stylish.
Cross Culture Generasi Milenial dalam Film “My Generation” Sigit Surahman; Meliana Pratiwi; Annisarizki Annisarizki
Rekam : Jurnal Fotografi, Televisi, Animasi Vol 15, No 1 (2019): April 2019
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/rekam.v15i1.2576

Abstract

This research aims to explore the signs that represent the millennial generation cross culture in the film My Generation (2017) by Upi Avianto. This film, shows the dynamics of life for generations of millennials in the era of technological development. Unlike teen films in general, this film dares to portray the reality of a teenager's life from the results of two years of director research through social media. So that the film portrays the cross-culture of the millennial generation with what is positive and negative. With Roland Barthes's semiotic analysis method and qualitative descriptive approach and constructivist paradigm. The theory used by researchers is the Representation theory of Stuart Hall. From this research shows the millennial cross culture is represented by various scenes that describe habits and characters that are different from the previous generation. Millennial generation's cross culture is shown in differences in social norms which do not care about politeness values, millennial generation stereotypes, differences in life perspectives that tend to be free or liberal, broader, open and courageous to show differences, and a strong and optimistic mindset.
Representasi Pergolakan Batin Perempuan dalam Film Little Women (Analisis Wacana Kritis Sara Mills) Sigit Surahman; Ignasius Liliek Senaharjanta; Shella Fendisa
Sense: Journal of Film and Television Studies Vol 5, No 1 (2022)
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/sense.v5i1.7002

Abstract

The issue of gender is still a debate in society today. Women cannot enjoy a free life, and are often constrained to follow the rules that exist in society. Film as one of the mass media that can convey messages widely, has become a medium used by feminist fighters to raise the issue. One of them is Greta Gerwig's Little Women. The film tells the story of the author's life journey with 3 sisters, each of whom has a dream when they grow up, but has to deal with the rules that limit them, which of course becomes an inner struggle for the March brothers, between achieving their dreams or living in a marriage. The researcher uses a qualitative approach, with Liberal Feminism Theory and Sara Mills Critical Discourse Analysis to analyze the film based on the position of the subject, object, and audience. Intended to find discrimination, as well as stereotypes contained in the film, as the cause of the inner turmoil of women in the film Little Women. The conclusion of this film represents the position of women as marginalized and not getting equal opportunities with men. Various aspects of life limit women's space for movement and place women in a women's social construction, causing inner turmoil in living life between following their wishes, or the rules in society.
REPRESENTASI FEMINISME DALAM FILM INDONESIA Sigit Surahman
Lingkar Studi Komunikasi (LISKI) Vol 1 No 2 (2015): SEPTEMBER 2015
Publisher : Universitas Telkom

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25124/liski.v1i2.818

Abstract

Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita menghadirkan representasi perempuan dalam konteks ke-Indonesia-an melalui tanda-tanda, konsep, pemikiran, dan bahasa tertentu. Representasi yang dimaksud tersebut dapat berupa penggambaran kekerasan fisik maupun psikis, subordinasi, beban kerja, kekuasaan, ataupun hak-hak reproduksi perempuan. Metode Penelitian mengunakan model analisis semiotika Roland Barthes dan pendekatan paradigma konstruktivisme. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa dalam film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita setidaknya mengandung tiga poin temuan: (1) Aspek domestifikasi perempuan dan politik gender, yang mendorong untuk menempatkan kaum perempuan dalam posisi tradisional sebagai ibu rumah tangga, (2) aspek segresi, yakni menempatkan perempuan pada posisi yang lemah dalam hubungannya dengan laki-laki, (3) perempuan banyak mengalami kenyataan yang menempatkannya pada posisi sub-ordinat.
KONSTRUKTIF NILAI BERITA FOTO JURNALISTIK PADA MAJALAH TEMPO EDISI 16-21 JUNI 2020 “PANGGUNG POLITIK TRAH JOKOWI” SOCIAL SEMIOTIC APPROACH Sigit Surahman
Specta: Journal of Photography, Arts, and Media Vol 4, No 2 (2020): Specta: Journal of Photography, Arts, and Media
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/specta.v4i2.4320

Abstract

Constructive Value Of Photojournalism News In Tempo Magazine Issue 16-21 June 2020 "Jokowi Breed Political Stage" Social Semiotic Approach. Journalistic photography as is the case most commonly in newspapers in Indonesia. Photography has a way of spreading photos in news reporting. Social semiotics explores a variety of analytical tools for researchers interested in the potential meaning of images as well as their combination with other resources. Methods for analyzing the meaning of composition in photo media and ways of exploring text-image relationships in specific news contexts. Researchers seek to improve the position of the press photo for full partners in breaking news. This research analyzes journalistic photo strings, captions, and interesting text. The researcher also made use of a case study of the news of the nomination of Gibran Rakabuming Raka which was found in the 16-21 June 2020 edition of Malajah Tempo, "Panggung Politik Trah Jokowi". This analytical framework is further supported by examples of four photographs by press photographers. The results of the study raised the findings of a cohesive relationship between text and photos that looks constructive in conjunctive relationships, intersemiotic expansion and intersemiotic deviation between text and photos.ABSTRAKFotografi jurnalistik seperti yang terjadi paling umum pada koran di Indonesia. Fotografi memiliki cara penyebaran foto dalam pelaporan berita. Semiotik sosial menjelajah berbagai alat analisis bagi para peneliti yang tertarik pada potensi makna gambar serta kombinasi dengan sumber daya lainnya. Metode untuk menganalisis makna komposisi di media foto dan cara mengeksplorasi hubungan teks-gambar dalam spesifik konteks berita. Peneliti berupaya meningkatkan posisi foto pers untuk mitra penuh dalam menyampaikan berita. Penelitian ini menganalisis untaian foto jurnalistik, caption, dan teks yang menarik. Peneliti juga memanfaatkan studi kasus berita pencalonan Gibran Rakabuming Raka yang terdapat pada Malajah Tempo edisi 16-21 Juni 2020 “Panggung Politik Trah Jokowi”. Kerangka kerja analitis ini didukung lebih lanjut dengan contoh empat foto karya fotografer pers. Hasil penelitian memunculkan temuan hubungan kohesif antara teks dan foto terlihat konstruktif dalam hubungan konjungtif, ekspansi intersemiotik dan deviasi intersemiotik antara teks dan foto.
Pemberdayaan Dan Pendampingan Pengembangan Desa Wisata Sukaratu Kabupaten Serang Berbasis Public Private Partnership Budi Hasanah; Annisarizki Annisarizki; Sigit Surahman
Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR) Vol 2 (2019): Peran Perguruan Tinggi dan Dunia Usaha dalam Mempersiapkan Masyarakat Menghadapi Era I
Publisher : Asosiasi Sinergi Pengabdi dan Pemberdaya Indonesia (ASPPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (389.73 KB) | DOI: 10.37695/pkmcsr.v2i0.557

Abstract

Secara legal Desa Sukaratu telah menjadi desa wisata sejak tahun 2018 dan pada pertengahan tahun 2019, telah dibuka lagi destinasi wisata baru dengan nama “Mahkota Ratu”. Desa wisata ini berpotensi bisa terus dikembangkan sehingga dapat menjadi desa wisata yang dapat diperhitungkan baik di tingkat lokal maupun nasional. Namun dalam pengembangannya desa wisata ini butuh adanya kerjasama dengan berbagai pihak berbasis public private partnership (warga masyarakat setempat pemerintah serta pihak swasta) agar dapat mengeksplor potensi yang ada dengan baik. Tujuan pengabdian ini memberikan materi dan pendampingan bagi warga beserta pokdarwis (kelompok sadar wisata) dan aparat Desa Sukaratu. Dalam mengembangkan potensi desa wisata melalui kegiatan pemberdayaan dan pendampingan berbasis public private partnership. Metode kegiatan yang dipakai menggunakan particiaptory learning and action. Kesimpulan dari kegiatan ini terlihat warga beserta pokdarwis dan aparat Desa Sukaratu dapat mengikuti kegiatan dengan baik. Indikator keberhasilan dengan tingkat keberhasilan 75% (sangat baik) meskipun masih perlu dilakukan pendampingan oleh fasilitator. Rekomendasi dalam kegiatan ini adalah perlu ditambahkan mitra baik dari pihak pemerintah atau swasta dan terjalin kerjasama yang kuat dalam mengembangan desa wisata sukaratu sehingga outcome yang diterima kembali lagi untuk kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat lokal Desa Sukaratu.
Komodifikasi Konten, Khalayak, dan Pekerja pada Akun Instagram @salman_al_jugjawy Sigit Surahman; annisarizki annisarizki; Rully Rully
Nyimak: Journal of Communication Vol 3, No 1 (2019): Nyimak: Journal of Communication
Publisher : Faculty of Social and Political Science, Universitas Muhammadiyah Tangerang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (944.477 KB) | DOI: 10.31000/nyimak.v3i1.1208

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses komodifikasi konten, khalayak, dan pekerja pada akun Instagram @salman_al_jugjawy. Menggunakan teori komodifikasi, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif-kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi eksploitasi dan komodifikasi konten, khalayak, dan pekerja secara tidak langsung terhadap para pengikut (followers) akun Instagram @salman_al_jugjawy. Eksploitasi dan komodifikasi terjadi secara halus karena hampir semua pengikut akun @salman_al_jugjawy adalah para penggemar yang dengan suka rela akan ikut membantu penyebaran informasi pada komunitas-komunitas virtual di Instagram.Kata Kunci: Ekonomi politik media, komodifikasi, Instagram This study aims to analyze the commodification of content, audiences, and workers on Instagram accounts @salman_al_jugjawy. Using the commodification theory, the approach used is a descriptive-qualitative approach. The results showed that there was an exploitation and commodification of content, audiences, and workers indirectly towards followers (followers) of Instagram accounts @salman_al_jugjawy. Exploitation and commodification occur smoothly because almost all followers of the @salman_al_jugjawy account are fans who will voluntarily help spread information to virtual communities on Instagram.Keywords: Media political economy, commodification, Instagram
PENDAMPINGAN DESA BERKELANJUTAN DAN EDUKASI POLA HIDUP SEHAT ERA NEW NORMAL DI SERANG BANTEN Sigit Surahman; Annisarizki Annisarizki; Budi Hasanah; Siska Mardiana
Jurnal Dinamika Pengabdian (JDP) Vol. 8 No. 2 (2023): JURNAL DINAMIKA PENGABDIAN VOL. 8 NO. 2 MEI 2023
Publisher : Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UNHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20956/jdp.v8i2.20260

Abstract

Program pendampingan berkelanjutan ini melibatkan dosen, mahasiswa dan masyarakat di lingkungan Tamiang Kelurahan Tegalsari Kecamatan Walantaka Kota Serang Banten. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk implementasi merdeka belajar pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan selama 40 hari. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan lahan dan potensi yang ada menjadi pijakan untuk program pendampingan ini. Program meliputi pembekalan materi dari dosen, penentuan daerah pelaksaan program pengabdian, pengumpulan dana, persiapan perlengkapan, sosialisasi kepada masyarakat, dan pelaksanaan program pendampingan edukasi dan pola hidup sehat di era New Normal. Program pengabdian terlaksana meliputi, membuat apotek hidup, membuat tempat sampah dari bambu, seminar lokal untuk memotivasi warga dalam berinovasi, gotong royong, belajar membuat kerajinan tangan di lingkungan Tamiang, membuat tempat cuci tangan, senam minggu pagi, penanaman 150 bibit tanaman, mengajar anak-anak di Tamiang serta edukasi pola hidup sehat.Target dari program ini adalah meningkatkan kualitas potensi wilayah dan masyarakat di lingkungan Tamiang di masa era New Normal. Berjalannya program ini membantu masyarakat di lingkungan sekitar untuk dapat berinovasi kegiatan usaha kerajinan tangan bambu serta pentingnya pemanfaatan lahan untuk membuat apotek hidup yang dapat bermanfaat bagi masyarakat. Kata kunci: Pendampingan, edukasi, New Normal, berkelanjutan. ABSTRACT      This ongoing mentoring program involves lecturers, students and the community in Tamiang, Tegalsari Village, Walantaka District, Serang City, Banten. This activity is one form of the implementation of independent learning to serve the community, which is carried out for 40 days. The lack of community knowledge about land use and the existing potential is the basis for this mentoring program. The program includes providing material from lecturers, determining the implementation area for the service program, collecting funds, preparing equipment, outreach to the community, and implementing educational assistance programs and a healthy lifestyle in the New Normal era. The service programs implemented include, making a living pharmacy, making bamboo trash cans, local seminars to motivate residents to innovate, mutual cooperation, learning to make handicrafts in the Tamiang environment, making hand washing stations, Sunday morning gymnastics, planting 150 plant seeds, teaching children -children in Tamiang as well as education on healthy lifestyles. The target of this program is to improve the quality of the potential of the region and the community in Tamiang's environment during the New Normal era. The running of this program helps communities in the surrounding environment to be able to innovate bamboo handicraft business activities and the importance of land use to make a living pharmacy that can benefit the community. Keywords: Mentoring, education, New Normal, ongoing.
REPRESENTASI HARMONIS PADA STREET FOTOGRAFI KARYA PRAMUDYA KEVIN DI AKUN INSTAGRAM @pramudyakevin Sigit Surahman; Aldi Aulya Rachman
Specta: Journal of Photography, Arts, and Media Vol 7, No 1 (2023): Specta: Journal of Photography, Arts, and Media
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/specta.v7i1.9099

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna harmonis street photography di akun Instagram @pramudyakevin serta untuk mengetahui makna ikon, indeks, dan simbolnya. Makna yang dimaksud adalah makna berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan teori semiotika menurut Pierce, yang terbagi menjadi tiga tahap, yaitu makna ikon, indeks, simbol. Makna ikon, indeks, dan simbol dimaknai sendiri oleh peneliti berdasarkan penglihatan, pengamatan, pengetahuan, dan lain-lain. Kebebasan untuk peneliti mengekspresikan dan memaknai makna dari sebuah foto merupakan ciri dan teori semiotika. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, dengan menggunakan metode analisis semiotika menurut Peirce. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, dokumentasi, dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan representasi harmonis dan makna dari sikap peduli anggota keluarga yang ternyata berhubungan dengan keharmonisan anggota keluarga.Harmonic Representation of Pramudya Kevin's Street Photography on the Instagram Account of @pramudyakevin.  This study aims to find the harmonious meaning of street photography on the Instagram account belongs to @pramudyakevin and to know the meaning of icons, indexes, and symbols. According to Pierce, the meaning referred to in this study is based on the analysis results using semiotic theory, which is divided into three stages: the meaning of icons, indexes, and symbols. The researcher interprets the meaning of the icon, index, and symbol based on vision, observation, knowledge, and others. The freedom for researchers to express and interpret the meaning of a photo is the particular character from the theory of semiotics. This study used a descriptive qualitative research method, using the method of semiotic analysis referring to Peirce. Data collection techniques used in this research were observation, documentation, and interview techniques. The results of this study indicate a harmonious representation and meaning of the caring attitude of family members, which is related to harmony in a family member.
PUBLIC FIGURE SEBAGAI VIRTUAL OPINION LEADER DAN KEPERCAYAAN INFORMASI MASYARAKAT Sigit Surahman
WACANA: Jurnal Ilmiah Ilmu Komunikasi Volume 17, No. 1 June 2018
Publisher : Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32509/wacana.v17i1.70

Abstract

Kehadiran instagram menjadi fenomena yang digandrungi masyarakat Indonesia, khususnya remaja. Instagram yang sifatnya virtual sering menjadi ajang pamer diri mulai unggahan aktivitas, foto, hingga video. Peneliti tertarik membahas fenomena virtual opinion leader di Instagram. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan studi masyarakat informatif. Subjek penelitian ini adalah Instagram Salman_al_jugjawy yang dimiliki oleh Sakti ex personil SheilaOn7. Akun ini mem-posting kata-kata nasihat, pengumuman kajian, dan juga kesehariannya. Hasil penelitian menunjukkan public figur mudah menjadi virtual opinion leader dan informasinya dipercaya masyarakat. Peneliti menemukan yang menarik pada posting-an akun ini yang disukai dan ditonton rerata diatas 1500 pengikut, tidak menimbulkan kontroversi, provokasi, dan tidak ada komentar miring. Hasil penelitian menunjukkan salman_al_jugjawy layak dikatakan sebagai virtual opinion leader. Model Two Step Flow Communications berlangsung sesuai proses Adaptive Structuration Theory.