Awani Irewati
Unknown Affiliation

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Dinamika Kerja Sama Subregional di Selat Malaka: City to City Connectivity sebagai Pendukung Koridor Ekonomi Awani Irewati
Jurnal Penelitian Politik Vol 15, No 1 (2018): Turbulensi Kepemimpinan dan Konektivitas antar Negara
Publisher : Pusat Penelitian Politik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/jpp.v15i1.758

Abstract

Abstrak Konektivitas adalah salah satu faktor penting dalam membangun kerja sama di tingkat bilateral, regional dan internasional. Dunia city to city connectivity  menjadi tulang punggung bagi kelangsungan koridor ekonomi pada kerja sama sub-regional seperti IMT-GT. Artikel ini menyajikan tinjauan dinamika dua koridor ekonomi, yaitu konektivitas Pulau Medan-Penang dan konektivitas Dumai-Melaka di Selat Malaka, dan sedikit ulasan tentang masa depan city to city connectivity bagi  Indonesia dan Malaysia. Metode penulisan artikel ini didasarkan pada analisis kualitatif, dengan esensi dari temuannya adalah bahwa sebagai simpul terkecil dalam konektivitas, city to city connectivity yang dimaksud  menentukan dinamika koridor ekonomi antara Indonesia dan Malaysia. Dan kondisi ini akan tetap menjadi faktor penting bagi kelangsungan kerja sama kedua negara, dan bagi kerja sama subregional  IMT-GT di masa depan. Keywords: kerja sama subregional, city to city connectivity, koridor ekonomi, Selat Malaka
MENINJAU MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA PERBATASAN DI ASEAN Awani Irewati
Jurnal Penelitian Politik Vol 11, No 1 (2014): Problematika Isu Perbatasan
Publisher : Pusat Penelitian Politik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/jpp.v11i1.190

Abstract

Sengketa perbatasan antarnegara diASEAN secara mendasar dipicu oleh belum tuntasnya penentuan garis-garisbatas darat. Garis-garis batas sebagai penanda fisik tegaknya kedaulatan suatu negara adalah hal yang sensitif diASEAN. Pengalaman tiga sengketa Thailand–Kamboja, Thailand–Laos, Malaysia–Indonesia merupakan contohsengketa di ASEAN yang masing-masing memiliki keunikan latar belakang. Beberapa mekanisme menjadi pilihanmereka mengatasi sengketa, yaitu bilateral, regional, dan multilateral. Tiga pilihan ini tercantum dalam klausulTAC (1976) dan ASEAN Charter (2007). Proses friendly negotiation sebagai cara perundingan bilateral menjadimekanisme solusi yang selalu dianjurkan dalamASEAN. Setelah melewati proses bilateral yang panjang, dua kasussengketa (Thailand-Kamboja, Malaysia-Indonesia) akhirnya dibawa ke ranah penyelesaian hukum tingkat multilateral(International Court of Justice), sebagai upaya terakhir. Sedangkan antara Thailand dan Laos diputuskan untukgencatan senjata/ status quo (1988) sebelum Laos bergabung ke ASEAN (1997), dan mengembangkan kerja samaekonomi perbatasan sebagai gantinya. Tulisan ini mengangkat tinjauan atas pengalaman mekanisme penyelesaiansengketa terhadap 3 kasus sengketa itu dengan proses penyelesaian yang variatif. Proses friendly negotiation yangberlangsung relatif lama telah membangun ikatan antarpihak, sehingga sengketa tidak mencabik ASEAN.Kata Kunci: Mekanisme Penyelesaian Sengketa, Perbatasan, TAC, Piagam ASEAN, Sengketa Thailand-Kamboja,Sengketa Thailand – Laos, Sengketa Malaysia – Indonesia.
PENGUATAN KONEKTIVITAS LINTAS BATAS DALAM KERJA SAMA EKONOMI SUBREGIONAL Indriana Kartini; Awani Irewati; Agus R Rahman; Tri Nuke Pudjiastuti; CPF. Luhulima; Rosita Dewi; Sandy Nur Ikfal Raharjo; Hayati Nufus
Jurnal Penelitian Politik Vol 17, No 1 (2020): Perang dan Damai : Situasi Politik Internasional di Era Ketidakpastian
Publisher : Pusat Penelitian Politik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/jpp.v17i1.859

Abstract

Konektivitas yang dibangun negara, baik dalam lingkup bilateral, regional, maupun global berkelindan satu sama lain. Misalnya, kerja sama subregional berbasis konektivitas lintas batas yang tengah dibangun dalam kerangka IMT-GT, BIMP-EAGA, dan TIA-GT akan mendorong dan menguatkan sebuah kerja sama regional, seperti ASEAN Community, sesuai dengan Master Plan on ASEAN Connectivity. Studi ini difokuskan pada tiga hal, yakni  pertama, capaian dan tantangan pembangunan konektivitas lintas batas (fisik, kelembagaan, dan antarmasyarakat) melalui kerja sama ekonomi subregional; kedua, strategi penguatan konektivitas antarwilayah pertumbuhan subregional untuk mendukung konektivitas ASEAN; ketiga, strategi pemanfaatan konektivitas ASEAN berbasis kerja sama ekonomi subregional bagi Indonesia. Dengan menggunakan metode penelitian kualitiatif yang bersifat eksploratif analitis, studi ini menemukan bahwa keterlibatan Indonesia dalam beberapa kerja sama ekonomi subregional membawa dampak positif bagi Indonesia, baik secara ekonomi, sosial budaya, maupun pertahanan keamanan. Namun, capaian dari beberapa kerja sama subregional ini lebih terlihat di kawasan Indonesia bagian barat dan tengah dibandingkan bagian timur. Tantangan ini yang harus dapat diselesaikan oleh pemerintah Indonesia untuk dapat mengoptimalkan pemanfaatan kerja sama subregional di semua kawasan di Indonesia dengan mendorong peran aktif pemerintah-pemerintah daerah untuk terlibat dalam kerja sama subregional yang melibatkan daerahnya. Kata kunci: konektivitas, lintas batas, subregional, IMT-GT, BIMP-EAGA, TIA-GT
DINAMIKA PERBATASAN WILAYAH LAUT DI SELAT MALAKA SINGAPURA Awani Irewati
Jurnal Penelitian Politik Vol 8, No 2 (2011): Membaca Arah Politik Luar Negeri Indonesia
Publisher : Pusat Penelitian Politik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/jpp.v8i2.472

Abstract

Strait ofMalacca Singapore is still taken into account in international trade and shipping lane Externally three littoral states Malaysia Indonesia and Singapore are parties that govern security and safety ofshipping lane in Strait ofMalacca Singapore according to traffic separation scheme TSS and the Mandatory Ship Reporting System in the Straits ofMalacca and Singapore Straitrep Strait ofMalacca Singapore has different meaningforthe three littoral states especially between Singapore on one side and Malaysia plus Indonesia on the other sideSignificance ofStrait ofMalacca Singaporefor Singapore is caught throughfree transit approach while Malaysiaand Indonesia get its significance through innocent passage approach But there is still another transit passageapproach that can become middle way in solving the differences Even so internally the three littoral states havenot yet solve their maritime boundary problems thoroughly Settlement ofmaritime boundary issues and agreementamong the three countries are very important because the boundary is located in international trade andshipping lane In the future the meaning ofStrait ofMalacca Singapore for the three countries is still very important fortheir national interest and the problem that exist among them is part ofdynamics ofStrait ofMalacca Singaporeneighbourhood
PROSPEK DAN PROBLEMATIKA PELAKSANAAN APEC Awani Irewati
Jurnal Penelitian Politik Vol 7, No 2 (2010): Peluang Indonesia dalam Perdagangan Bebas
Publisher : Pusat Penelitian Politik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14203/jpp.v7i2.493

Abstract

This essay attempts to analyseproblems andprospects ofthe APEC existence in dealing with the organizationsprinciples implementation Afew years ago the Asia Pack Economic Cooperation APEC one ofthe most meaningful organization in the region has been criticizedfor conducting insufficient efforts in addressing the 1997Asiacrisis Nowadays the organization is currentlyfacing the internal detrimental challenges ofthe raising FTA basedeconomic cooperations i e ASEAN China FTA ASEAN Japan FTA even bilateral based FTAs within the AsiaPacific region These FTAs could turn APEC out to be either breakable or even stronger It is hoped that thepowerfulFTA basis should be a cornerstone towards the sturdy APEC The paper comes to the conclusion that the APECwhich meets the two region Asia and Pacific is an convincinglyfeasible organization to remain taking the yearlydialogue between the developed and developing members This is truly becoming a lucrative opportunity for themembers to express what they want to getfrom this organization