Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Pengaruh Perbedaan Kadar Oksitosin Melalui Pemijatan Oksitosin Terhadap Jumlah Perdarahan pada Ibu 2 Jam Postpartum Desi Sarli; Masrul Masrul; Meilinda Agus
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 4, No 3 (2015)
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v4i3.357

Abstract

Abstrak Upaya penanganan perdarahan postpartum adalah dengan pemberian oksitosin yang mempunyai peranan penting dalam merangsang kontraksi otot polos uterus sehingga perdarahan dapat teratasi.Hormon oksitosin dapat dihasilkan melalui rangsangan pemijatan oksitosin yang akan mempercepat kerja saraf parasimpatis untuk menyampaikan perintah ke hipotalamus untuk menghasilkan oksitosin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perbedaan kadar oksitosin melalui pemijatan oksitosin terhadap jumlah perdarahan pada ibu 2 jam postpartum. Penelitian menggunakan desain eksperimen. Penelitian ini dilaksanakan ± 6 bulan dengan jumlah sampel 64 orang. Pengolahan data dilakukan dengan komputerisasi. Data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan selanjutnya dilakukan uji independen t-test, uji korelasi dan regresi untuk mengetahui pengaruh hubungan kedua variabel. Hasil penelitian perbedaan kadar oksitosin pada ibu 2 jam postpartum pada kelompok intervensi mempunyai rata-rata kadar oksitosin 47.16 pg/ml dengan standar deviasi 17.583 pg/ml,sedangkan kadar oksitosin  pada kelompokkontrol 29.86 pg/ml dengan standar deviasi 17.532 pg/ml dengan nilai p<0,05.Rata-rata jumlah perdarahan pada kelompok intervensi 175.00 ml dengan standar deviasi 48.894 ml,sedangkan jumlah perdarahan  pada kelompok kontrol 247.06 ml dengan standar deviasi 72.093 ml dengan nilai p<0,05. Hasil uji korelasi didapatkan hubungan kadaroksitosin terhadap jumlah perdarahan menunjukkan hubungan sedang (r=0,482). Hasil uji statistik didapatkan ada perbedaan kadar oksitosin terhadap jumlah perdarahan (p<0,05). Terdapat perbedaan yang bermakna antara kadar oksitosin ibu 2 jam postpartum pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.Terdapat perbedaan yang bermaknaantara jumlah perdarahan ibu 2 jam postpartum pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Semakin tinggi kadar oksitosin maka jumlah perdarahan semakin sedikit.Kata kunci: Pemijatan oksitosin, oksitosin, jumlah perdarahan 2 jam postpartumAbstract Efforts to handling postpartum hemorrhage is to give oxytocin,which it is an important role in oxytocin stimulates uterine smooth muscle contraction, so that bleeding can be resolved.The hormone oxytocin can be generated through the stimulation of oxytocin massage that will accelerate parasympathetic nerves to deliver commands to the hipotalamus to produce oxytocin. The objective of this study was to determine effect of different levels of oxytocin trough massage of oxytocin on the amount of bleeding at 2 hours postpartum. This research use experimental designthat was conducted ± 6 months to 64 people. Data processing was done by computerized. The data presented in the form of a frequency distribution and performed an independen t-test and correlation test and regression to determine the effect ofthe relationship between the two variables. There is differences the levels of oxytocin at 2 hours postpartum in the intervention group had higher median levels of oxytocin 47.16pg/ml with a standard deviation of 17.583pg/ml, whereas the levels ofoxytocin at 2 hours post partum control group 29.86 pg/ml with a standard deviation of 17.532 pg/ml with p<0.05. The average of bleeding in the intervention group was 175.00 ml with a standard deviation of 48.894 ml, while the amount of bleeding at 2 hours postpartum control group 247.06 ml with a standard deviation of 72.093 ml with p<0.05. The results obtained correlation levels of oxytocin relation to 2 hours postpartum hemorrhage showed moderate relationship (r =0.482). The results of statistical tests found differences in the levels of oxytocin on the amount of bleeding at 2 hours postpartum (p<0.05). There is differences between the levels of oxytocin 2 hours pos partum in the intervention group and the group control. There are significant difference between the hemorrhage 2 hours post partum in the intervention group and the group of high levels of oxytocin control. Keywords: massage of oxytocin, oxytocin, amount of bleeding at 2 hours postpartum
EPDSAp: Aplikasi Skrining Baby Blues Berbasis Android dengan Uji Sensitivitas dan Spesifisitas Novinaldi Novinaldi; Feiby Edwardi; Imam Gunawan; Desi Sarli
Jurnal RESTI (Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi) Vol 4 No 6 (2020): Desember 2020
Publisher : Ikatan Ahli Informatika Indonesia (IAII)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (746.394 KB) | DOI: 10.29207/resti.v4i6.2481

Abstract

Baby Blues Syndrome is depression that occurs in mothers within a few hours after giving birth, until a few days after delivery, and then it will disappear by itself if given good psychological care. One method to detect postpartum Baby Blues Syndrome is to use the EPDS (Edinburgh postnatal depression scale). However, currently, EPDS can only be done by health workers. Mothers cannot carry out their screening using this method. The purpose of this research is to produce an Android-based EPDS application that will be able to detect the symptoms of baby blues syndrome early after childbirth. Where the detection of the symptoms of baby blues syndrome can be carried out by postpartum mothers themselves quickly and easily, which in turn will reduce the negative impact of this syndrome. This study uses the System Development Life Cycle (SDLC) research method, where the stages of the activity plan are System / Information Engineering and Modeling, Software Requirements Analysis, Systems Analysis and Design, Code Generation, Testing, Implementation, and Maintenance. This EPDS application was built using Android Studio programming which can detect a postpartum mother experiencing the baby blues. This android-based EPDS design has a home screen form design, a questionnaire form design, and a result form design. This application displays results based on a score above 10, so the mother experiences depression or baby blues, while the score between 5 and 9 requires supervision of the mother and re-evaluation using the EPDS application.
Accupresure Point Gall Bladder 21 (Gb21) Terhadap Tekanan Darah Dan Jumlah Perdarahan Pada Ibu Postpartum Desi Sarli; Arfianingsih Dwi Putri
JIK-JURNAL ILMU KESEHATAN Vol 4, No 2 (2020): JIK-Oktober Volume 4 Nomor 2 Tahun 2020
Publisher : STIKes ALIFAH PADANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33757/jik.v4i2.291

Abstract

Perdarahan postpartum merupakan salah satu akibat dari ibu mengalami hipertensi gestasional atau diakibatkan oleh preeklamsia. Banyak teknik yang telah ditemukan untuk membantu mengatasi hipertensi, baik dengan cara pengobatan medis maupun tradisional. Pengobatan tradisional salah satunya adalah dengan melakukan accupresure point gall bladder 21 (GB 21). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh accupresure Point Gall Bladder 21 terhadap tekanan darah dan jumlah perdarahan postpartum. Desain  penelitian eksperimen dengan post test only design, kelompok penelitian terdiri dari kelompok intervensi dan kontrol. Penelitian dilaksanakan di PMB Padang selama ± 6 bulan. Jumlah sampel yang diteliti 32 responden untuk kelompok kontrol dan intervensi. Analisa data dilakukan dengan uji independen t-test. Hasil penelitian rata-rata tekanan darah sistole kelompok intervensi adalah 112,50 mmHg dan kelompok kontrol 118,44. Rata-rata tekanan darah Diastole kelompok intervensi 68,44 mmHg dan kelompok kontrol 75,63 mmHg. Rata-rata Jumlah perdarahan kelompok intervensi 200,34 ml dan kelompok kontrol 268,59 ml. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value < 0,05 untuk tekanan darah dan perdarahan artinya ada pengaruh Acupressure Point GB 21 terhadap Tekanan Darah dan jumlah perdarahan postpartum. Hasil penelitian disimpulkan terdapat perbedaan yang bermakna tekanan darah dan jumlah perdarahan pada kelompok kontrol dan kelompok intervensi.
HUBUNGAN KADAR HORMON OKSITOSIN TERHADAP LAMA KALA III PERSALINAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP JUMLAH PERDARAHAN PADA IBU 2 JAM POSTPARTUM Desi Sarli
JIK-JURNAL ILMU KESEHATAN Vol 1, No 1 (2017): JIK - Oktober Volume 1 No 1 Tahun 2017
Publisher : STIKes ALIFAH PADANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (108.234 KB) | DOI: 10.33757/jik.v1i1.20

Abstract

Maternal Mortality Rate due to childbirth is still one of the world's health problems. Bleeding caused by uterine atony is the leading cause of maternal death giving the greatest contribution (25%) to all causes of maternal mortality. Active management of the third stage, one of which is the action of oxytocin is an action to accelerate the third stage of labor and prevention of bleeding flood. The aim of this research is to know the correlation of hormone oxytocin level on the time of the third stage of labor, to know the correlation of hormone oxytocin level to the amount of bleeding, to know the relation of the old time of III with the number of postpartum hemorrhage. This research use observation with crosssectional research design, this research is conducted ± 6 month. The target of this research is normal maternal mother with 30 respondents. Measurements of the old time of the third stage will begin after birth and to assess the number of hemorrhage while IV underpad weighing is then analyzed by the volume formula (ml) = weight / density of the blood type (1.056). Examination of oxytocin levels was performed using the Human Oxytocin Elisa Kit. Data were analyzed by univariate and bivariate using statistic and regression test (p <0,05) with computerization. The result of the research that has been done on 30 maternal mothers showed the average of the hormone oxytocin level of 50,41 ± 2.07 pg / ml, the mean time duration of III 5.7 minutes ± 1.89 minutes and the average amount of bleeding postpartum 157,15 ± 76,51 ml After the sttatistic test there was a strong correlation between the oxytocin hormone level on the time of the third stage (r = 0.702 and p = 0.0001), there was a correlation with the moderate category between the oxytocin hormone levels and the amount of postpartum hemorrhage (r = 0,514 and P = 0,004). There was a correlation with the moderate category between the time of the third stage with the number of postpartum hemorrhages (r = 0.575 and P = 0.001). Based on these results it can be concluded that the higher the oxytocin level, the less time duration of the third stage, the higher the oxytocin level a little more the number of postpartum hemorrhage, and the less time of the third stage, the less the number of postpartum hemorrhages.Angka Kematian Ibu (AKI) akibat persalinan sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan dunia. Perdarahan yang disebabkan oleh atonia uteri merupakan penyebab kematian ibu bersalin yang memberikan kontribusi paling besar (25%) terhadap seluruh penyebab kematian ibu melahirkan. Manajemen aktif kala III yang salah satunya adalah pemberian oksitosin merupakan tindakan untuk mempercepat persalinan kala III dan mencegah terjadinya perdarahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kadar hormon oksitosin terhadap lama kala III persalinan, untuk mengetahui hubungan kadar hormone oksitosin terhadap jumlah perdarahan, untuk mengetahui hubungan lama kala III dengan jumlah perdarahan postpartum. Penelitian ini menggunakan observasi dengan desain penelitian crosssectional, penelitian ini dilaksanakan ± 6 bulan. Sasaran penelitian ini adalah ibu yang bersalin normal dengan 30 responden. Pengukuran waktu lama kala III akan dicatat dimulai setelah bayi lahir dan untuk menilai jumlah perdarahan kala IV peneliti melakukan penimbangan underpad kemudian dianalisa dengan rumus volume (ml) = berat/massa jenis darah (1,056). Pemeriksaan kadar oksitosin dilakukan menggunakan Human Oxytocin Elisa Kit. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan uji statistik korelasi dan regresi (p < 0,05) dengan komputerisasi. Hasil penelitian yang telah dilakukan pada 30 orang ibu bersalin menunjukkan bahwa rata-rata kadar hormon oksitosin sebesar 50,41   ±  2,07 pg/ml, rata – rata lama kala III 5,7 menit  ±  1,89 menit dan rata – rata jumlah perdarahan postpartum 157,15 ± 76,51 ml. Setelah dilakukan uji sttatistik terdapat hubungan yang kuat antara kadar hormon oksitosin terhadap lama kala III (r=0,702 dan p=0,0001), terdapat hubungan dengan kategori sedang antara kadar hormon oksitosin dengan jumlah perdarahan postpartum (r= 0,514 dan P=0,004). Terdapat hubungan dengan kategori sedang antara lama kala III dengan jumlah perdarahan postpartum (r=0,575 dan P=0,001). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kadar oksitosin maka semakin sedikit waktu lama kala III, semakin tinggi kadar oksitosin semakin sedikit jumlah perdarahan postpartum, dan semakin sedikit waktu lama kala III maka semakin sedikit jumlah perdarahan postpartum.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENERAPAN PROGRAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI (P4K) DI KELURAHAN BALAI GADANG PADANG Desi Sarli
JIK-JURNAL ILMU KESEHATAN Vol 2, No 1 (2018): JIK- April Volume 2 Nomor 1 Tahun 2018
Publisher : STIKes ALIFAH PADANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (347.306 KB) | DOI: 10.33757/jik.v2i1.71

Abstract

Diperkirakan 20% kehamilan akan mengalami komplikasi. Tahun 2007 Menteri Kesehatan mencanangkan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan stiker yang merupakan upaya terobosan mempercepatan penurunan angka kematian Ibu dan bayi baru lahir. Dari data DKK Padang tahun 2014 Puskesmas Air Dingin mempunyai penanganan komplikasi dengan angka tertinggi (77,06 %). Dari survey awal yang dilakukan terhadap 10 ibu hamil terdapat 60 % tidak menerapkan P4K. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui bagaimana penerapan P4K dan faktor apa saja yang mempengaruhinya. Jenis penelitian ini adalah penelitian Analitik dengan desain penelitian Cross Sectional Study. Penelitian dilakukan ± 6 bulan. Populasi yaitu ibu hamil sebanyak 128 orang. Pengambilan sampel dengan teknik Total Sampling. Data diambil menggunakan kuisioner, dianalisa secara multivariat, dan diolah secara komputerisasi. Hasil penelitian menunjukkan dari 128 ibu hamil yang tidak menerapkan P4K sebanyak 66,4 %, tingkat pengetahuan rendah sebanyak 18 %, peran keluarga rendah 57,8 %, peran kader rendah 43,8 %, peran bidan rendah 57,8 %. Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan, peran keluarga, peran bidan dengan penerapan P4K. Peran keluarga dan peran bidan mempengaruhi penerapan P4K memelui uji statistik secara multivariat. Berdasarkan hasil uji interaksi diketahui bahwa terdapat interaksi antara peran keluarga dan peran bidan dengan p value = 0,003. Dari hasil penelitian diketahui peran keluarga dan peran bidan mempengaruhi penerapan P4K. Diharapkan adanya suatu program yang memotivasi dan meningkatkan peran serta keluarga dalam merencanakan persalinan yang aman dengan menggalakan desa dan suami siaga dengan adanya penyuluhan untuk keluarga tentang P4K. 
Hubungan Faktor Individu dengan Lingkungan Terhadap Riwayat Penggunaan Napza Pada Remaja Edo Gusdiansyah; Desi Sarli
REAL in Nursing Journal Vol 5, No 3 (2022): REAL in Nursing Journal
Publisher : Universitas Fort De Kock Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32883/rnj.v5i3.2079

Abstract

Background: Drug abuse is a health problem that is of concern to the government as stated in the SDGs. The factors that cause drug users are social environmental factors such as curiosity motives, busy parents and lack of affection, broken home, personality factors such as low self-esteem, feelings of inferiority in society and the environment, the third emotional and mental such as a person's mental weakness will be more easy to influence the direction of use. The effects of drugs are dependence that has an impact on health, social, legal, economic and security. Efforts made to overcome these problems are usually counseling therapy, supportive psychotherapy. The purpose of the study was to determine the relationship between individual and environmental factors on the history of drug use. Methods: The type of research used is descriptive analytic with a cross sectional study approach. Result: The results obtained (53.8%) history of maladaptive drug use, (56.4%) with negative environmental factors, (56.4%) with negative individuals. There is a relationship between social environmental factors (p = 0.018), individual factors (p = 0.018) with a history of drug use. Conclusion: It is hoped that parents will be able to pay more attention, motivate, support and provide environmental facilities so that teenagers do not fall into the history of drug use.Keywords: History of Drug Use, Individuals, Environmental Factors
Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare pada Balita Dwi Pratiwi Kasmara; Desi Sarli
JIK-JURNAL ILMU KESEHATAN Vol 7, No 1 (2023): JIK-April Volume 7 Nomor 1 Tahun 2023
Publisher : STIKes ALIFAH PADANG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33757/jik.v7i1.659

Abstract

Penyakit diare merupakan penyebab kematian nomor dua pada anak di bawah lima tahun, dan bertanggung jawab atas kematian sekitar 525.000 anak setiap tahun. Diare karena infeksi tersebar luas di seluruh negara berkembang. Di negara berpenghasilan rendah, anak di bawah tiga tahun mengalami rata-rata tiga episode diare setiap tahun. Faktor yang mempengaruhi kejadian diare menurut beberapa penelitian adalah sebagai berikut pengetahuan, penggunaan sumber air, perilaku mencuci tangan dan ketersediaan jamban. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita. Penelitian analitik dengan desain studi cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu balita di Puskemas Simpang Bah Jambi sebanyak 117 orang. Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan rumus Slovin sebanyak 54 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan random sampling. Analisis bivariat menggunakan uji chi-square. Hasil Penelitian menjelaskan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan kejadian diare pada balita (p= 0,009). Ada hubungan ketersediaan sarana air bersih dengan kejadian diare pada balita (p=0,022). Ada hubungan perilaku mencuci tangan dengan kejadian diare pada balita (p= 0,003). Tidak ada hubungan ketersediaan sarana jamban keluarga dengan kejadian diare pada balita (p=0,116).
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PRE-EKLAMPSIA PADA IBU BERSALIN DI RSUP DR.M.DJAMIL PADANG Desi Sarli
The Shine Cahaya Dunia Kebidanan Vol 1, No 1 (2016): THE SHINE CAHAYA DUNIA KEBIDANAN
Publisher : Universitas An Nuur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35720/tscbid.v1i1.61

Abstract

Latar Belakang: Kejadian pre-eklampsia berdasarkan data rekam medik RSUP Dr.M.Djamil Padang tahun  2011- 2014 mengalami peningkatan. Pada tahun 2014 sebanyak 161 (10,74%) kasus pre-eklampsia dari 605 persalinan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pre-eklampsia pada Ibu bersalin di RSUP Dr.M.Djamil Padang tahun 2015.Metode: Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional. Penelitian dilakukan ± 4 bulan, pengumpulan data melalui data sekunder. Populasi penelitian ini adalah seluruh Ibu bersalin yang ada di ruang kebidanan di RSUP Dr.M.Djamil Padang tahun 2015 yang berjumlah 374 responden dengan jumlah sampel 193 responden. Teknik pengambilan sampel secara systematic random sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan format lembar checklist di ruang rekam medis, data dianalisis secara Univariat dan Bivariat dengan uji statistik Chi-square (p<0,05).Hasil: Hasil penelitian ini menunjukan bahwa dari 193 responden terdapat 98 (50,8%) responden mengalami pre-eklampsia, 79,2% responden dengan kehamilan ganda, 51,7% responden dengan umur < 20 tahun dan > 35 tahun, 58,8 % responden dengan multipara, dan 62,5% responden dengan penyakit DM. Berdasarkan hasil uji statistik terdapat ada hubungan kehamilan ganda dengan kejadian pre-eklampsia (p value =0,006), tidak ada hubungan umur dengan kejadian pre-eklampsia (p value = 0,992), tidak ada hubungan Graviditas dengan kejadian pre-eklampsia (p value =0,362) dan tidak ada hubungan penyakit DM dengan kejadian pre-eklampsia (p value =0,473).Kesimpulan: Diharapkan kepada tenaga kesehatan khususnya bidan agar lebih memperhatikan dan meningkatkan program screening (deteksi dini)  dalam memberikan pelayanan kesehatan terutama pada kasus pre-eklampsia pada Ibu hamil saat melakukan kunjungan antenatal. Kata Kunci : Kehamilan Ganda, Umur, Graviditas, Penyakit DM, Pre-eklampsia