This Author published in this journals
All Journal Forum Arkeologi
Johan Arif
Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha No. 10, Bandung 40132

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

ANALISIS KANDUNGAN FLUORINE (F) DI DALAM FOSIL TULANG DAN GIGI: KASUS DARI GUA PAWON, SANGIRAN, DAN KALITIDU Johan Arif; Darwin Siregar
Forum Arkeologi VOLUME 27, NOMOR 3, NOVEMBER 2014
Publisher : Balai Arkeologi Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1692.585 KB) | DOI: 10.24832/fa.v27i3.30

Abstract

Bones will undergo diagenesis process when buried in soil which will decrease organic content and increase inorganic content coming from outside, such as F (fluorine). This research discusses about F (fluorine) content in fossilized bones and teeth coming from Pawon Cave in West Java, Sangiran in Central Java, and Kalitidu in East Java, which are in situ and not in situ. The content of F (fluorine) in fossilized bones and teeth can be used to determine their origin which are not in situ and lacking of stratigraphy information. The result of this research can be described as follows. F (fluorine) content in materials coming from Pawon Cave are varied. Materials coming from Kalitidu which are in situ have relatively the same F (fluorine) content, while material which is not in situ has the highest F (fluorine) content. Materials coming from Sangiran have different relation between F (fluorine) content and formation age, compared to materials coming from Pawon Cave and Kalitidu, that is the lesser the content of F (fluorine), the older the age of material. One of the fossilized materials, namely the molar of Homo erectus (JA-41), is the youngest tooth fossil of Homo erectus ever found in Sangiran. Tulang akan mengalami proses diagenesa ketika terkubur dalam tanah yang menyebabkan unsur organik makin berkurang dan unsur anorganik makin bertambah kadarnya karena masuknya unsur kimia anorganik dari luar, salah satunya adalah unsur F (fluorine). Penelitian ini membahas tentang kandungan F (fluorine) pada fosil-fosil tulang dan gigi yang bersifat insitu dan tidak insitu yang berasal dari Gua Pawon di Jawa Barat, Sangiran di Jawa Tengah, dan Kalitidu di Jawa Timur. Kandungan F (fluorine) pada fosil tulang dan gigi dapat digunakan untuk menentukan sumber asal fosil yang berstatus tidak insitu dan tidak diketahui kedudukan stratigrafinya. Hasil yang diperoleh adalah material yang berasal dari Gua Pawon mempunyai kadar F (fluorine) yang bervariasi. Material fosil dari Kalitidu yang berstatus insitu mempunyai kadar F (fluorine) yang relatif sama, sedangkan material fosil yang berstatus tidak insitu mempunyai kadar F (fluorine) paling tinggi. Material fosil dari Sangiran memiliki hubungan kandungan F (fluorine) dengan usia formasi yang berbeda dengan Gua Pawon dan Kalitidu, yaitu semakin kecil kadar F (fluorine) pada fosil tulang dan gigi, maka semakin tua umur fosil. Salah satu material fosil, yaitu gigi geraham Homo erectus (JA-41), merupakan fosil gigi Homo erectus termuda yang pernah ditemukan di Sangiran.