Andri Kosasih
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

Kembali kepada Khotbah Ekspositori Andri Kosasih
Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 2 No 2 (2001)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAAT (Southeast Asia Bible Seminary)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (18.795 KB) | DOI: 10.36421/veritas.v2i2.58

Abstract

Disadari atau tidak disadari, abad 21 telah memberikan tantangan tersendiri bagi dunia kekristenan. Tantangan-tantangan ini telah coba ditanggapi dan diantisipasi oleh berbagai pihak, salah satunya oleh Daniel Lucas Lukito lewat tulisannya di Veritas tiga edisi lalu. Dalam tulisannya, Lukito memberikan empat kecenderungan pemikiran teologi abad 21 sebagai tantangan yang harus diwaspadai oleh setiap orang Kristen, khususnya yang sangat dekat dengan disiplin teologi.1 Tulisan tersebut telah menggelitik penulis untuk mengaitkan dan menghubungkannya dengan masa depan khotbah Kristen. Penulis melihat bahwa khotbah memegang peranan penting di dalam gereja. Dalam hal ini, penulis sangat setuju dengan D. Martyn Lloyd-Jones yang menyatakan bahwa sejarah gereja mencatat bahwa khotbah selalu mendominasi kehidupan gereja.2 Bahkan bagi Earl V. Comfort, mimbar adalah suatu faktor yang menentukan dalam sejarah gereja.3 Intinya, mereka ingin mengatakan bahwa khotbah adalah faktor yang harus ada dalam kehidupan gerejawi. Ironisnya, yang terjadi ialah khotbah mendapat perhatian yang kurang serius dari beberapa golongan Kristen. Jika Lukito melihat bahwa teologi telah dianggap sebagai urusan “sepele,” penulis mengamati hal yang sama juga telah merambat dan terjadi dalam dunia khotbah. Sebagian orang Kristen lebih mempedulikan bagaimana khotbahnya bisa dimengerti dan memuaskan pendengar, tanpa memikirkan kealkitabiahannya. Yang lebih menguatirkan lagi, ada pengkhotbah yang membaca suatu bagian Alkitab sebagai “pendahuluan” khotbah, tetapi kemudian mengkhotbahkan suatu topik yang lain, misalnya isu-isu kontemporer, atau disiplin ilmu tertentu yang menjadi keahliannya. Bagian Alkitab yang sudah dibaca tidak sedikit pun disinggung. Persoalan di atas hanyalah sekelumit masalah yang dihadapi dalam khotbah Kristen, khususnya khotbah ekspositori yang menurut beberapa pakar homiletika disebut sebagai khotbah alkitabiah.4 Lewat tulisan ini penulis mencoba untuk mengajak para pembaca dan pengkhotbah Kristen untuk melihat dan menemukan kembali esensi dan keefektivitasan khotbah ekspositori guna menghadapi tantangan abad 21. Melalui artikel ini penulis mencoba untuk melihat apakah khotbah ekspositori itu dalam pengertian yang benar, kepentingan serta keuntungannya. Dalam artikel ini penulis tidak akan memberikan pelajaran homiletika, khususnya dalam hal membuat khotbah ekspositori. Pada bagian penutup, penulis akan memberikan kesimpulan dan aplikasi dari artikel ini bagi dunia khotbah di Indonesia. Diharapkan lewat tulisan ini para pembaca dan pengkhotbah Kristen tetap memiliki semangat dalam berkhotbah dan membakar kembali semangat mereka yang mulai memudar.