Thio Christian Sulistio
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Peran Roh Kudus di dalam Doa menurut John Calvin Thio Christian Sulistio
Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 2 No 2 (2001)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAAT (Southeast Asia Bible Seminary)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (17.314 KB) | DOI: 10.36421/veritas.v2i2.73

Abstract

B. B. Warfield (1851-1921), seorang teolog Princeton Theological Seminary, pernah menjuluki Calvin (1509-1564) sebagai “teolog Roh Kudus.” Ia mengatakan bahwa doktrin tentang karya Roh Kudus merupakan hadiah dari Calvin kepada Gereja. Mengapa demikian? Karena Calvin adalah orang pertama yang mengaitkan seluruh pengalaman keselamatan orang-orang percaya dengan karya Roh Kudus, dan mengajarkannya secara detail. Ia juga memikirkan tahapan-tahapan karya Roh Kudus dalam menyelamatkan manusia. Namun uniknya, hingga saat ini sangat jarang cendekiawan Calvinisme menulis tentang doktrin Roh Kudus menurut Calvin. I. John Hesselink mengatakan: “Hence it is a conundrum that so little has been written concerning Calvin’s doctrine of the Holy Spirit, especially in the English-speaking world where there has been so much Calvin research over the last forty years.” Hal ini, barangkali, disebabkan oleh dua hal. Pertama, Calvin sendiri hanya menulis satu bab yang pendek mengenai Roh Kudus di dalam Institutes-nya (III.1); dan kedua, karena ia mengaitkan hampir semua doktrin yang ia bahas dengan Roh Kudus. Karena itu, untuk membahas doktrin Roh Kudus menurut Calvin, kita perlu membahas seluruh teologinya. Ini bukan sesuatu yang mudah untuk dikerjakan sehingga tidak heran hanya sedikit pakar yang mampu melakukannya. Artikel ini tidak dimaksudkan untuk memenuhi kekosongan di atas, namun hanya ingin memperkenalkan sebagian kecil dari ajaran Calvin mengenai Roh Kudus, yaitu peranan Roh Kudus di dalam doa. Sistematika penulisannya adalah, pertama, penulis akan membahas definisi dan perlunya doa menurut Calvin. Kedua, peranan Roh Kudus dalam doa menurut Calvin, yaitu sebagai inisiator dan sebagai guru.
Kesaksian Internal Roh Kudus menurut John Calvin Thio Christian Sulistio
Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 3 No 2 (2002)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAAT (Southeast Asia Bible Seminary)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36421/veritas.v3i2.97

Abstract

Doktrin kesaksian internal Roh Kudus merupakan doktrin yang sangat penting bagi kekristenan terutama kalangan Reformed, terutama dalam membentuk epistemologi Kristen. Mengapa kita menerima kekristenan sebagai pengajaran yang benar dari Allah? Mengapa kita menerima Alkitab sebagai firman Allah? Jawabannya ada pada kesaksian internal Roh Kudus. Di dalam artikel ini kita akan membahas doktrin kesaksian internal Roh Kudus menurut salah seorang tokoh Reformator, yaitu John Calvin. Dibandingkan Luther, Calvin mengajarkan doktrin ini lebih jelas. Setiap kali orang berbicara mengenai otoritas Alkitab maka ia juga akan berbicara tentang kesaksian internal Roh Kudus menurut Calvin. Doktrin ini juga penting bagi kita untuk memahami seluruh doktrin pengetahuan akan Allah dan seluruh sistem teologi Calvin. Bagi Calvin sendiri doktrin ini merupakan dasar dari seluruh pengetahuan akan Allah. B. B. Warfield mengatakan demikian, “His doctrine of the testimony of the Holy Spirit is the keystone of his doctrine of the knowledge of God.” Meski demikian doktrin ini bukan tanpa kritikan. David Friedrich Strauss, misalnya, pernah mengatakan bahwa doktrin ini merupakan titik lemah dari teologi Protestan. Karena tidak ada dasar rasional bagi seseorang untuk percaya kepada Alkitab sebagai firman Allah ketika seseorang hanya menunjuk kembali kepada Allah.2 Argumen demikian diangap argumen sirkular dan lemah. Bagaimana sebenarnya doktrin ini menurut Calvin? Apa kaitan antara doktrin ini dan otoritas Alkitab? Apakah doktrin ini mengabaikan “pembuktian rasional”? Artikel ini akan mencoba menjawab pertanyaan tersebut. Untuk itu yang pertama-tama akan dibahas adalah konteks historis doktrin ini dan konteksnya di dalam Institutio. Setelah itu akan dibahas kaitan doktrin ini dengan otoritas Alkitab kemudian kaitannya dengan “pembuktian rasional” menurut Calvin.