Caprili Guanga
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Studi Eksegetikal terhadap Makna Misteri Kristus dalam Kolose 4:3 : Tersembunyi atau Dinyatakan? Caprili Guanga
Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 3 No 1 (2002)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAAT (Southeast Asia Bible Seminary)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (18.819 KB) | DOI: 10.36421/veritas.v3i1.84

Abstract

Latar belakang dan makna kata (mysterion) telah diperdebatkan oleh para sarjana Alkitab dari spektrum teologis yang luas. Sebagian orang berpendapat bahwa penggunaan istilah tersebut dalam PB, terutama sekali oleh Paulus, dipengaruhi oleh kultus-kultus misteri di kalangan orang-orang berbahasa Yunani. Pada permulaan abad kedua puluh, misalnya, para sarjana dari Religionsgeschichtliche Schule berusaha menjelaskan adanya latar belakang Hellenistik di balik penggunaan kata (mysterion) oleh Paulus. Sebagian lagi berusaha menelusuri latar belakang istilah ini dari Yudaisme Kuno, seperti dilakukan oleh Raymond E. Brown yang menekankan bahwa kita tidak perlu mencari latar belakang istilah ini di luar Yudaisme Kuno. Banyak sarjana belakangan ini merasa yakin adanya latar belakang Semitik di balik istilah ini, dan tampaknya inilah pandangan umum di kalangan para penafsir saat ini, sekalipun mereka mengakui bahwa kultus misteri sezaman dengan kekristenan. Meskipun perdebatan mengenai latar belakang mysterion mungkin tampaknya telah mencapai konsensus umum (paling tidak, hingga adanya bukti lebih jauh, dan jika ada itu akan melahirkan pertentangan terhadap pandangan mengenai adanya latar belakang Semitik dari kata mysterion), namun pertanyaan mengenai makna dan isinya dalam PB pada umumnya, dan dalam surat-surat Paulus khususnya, tetap menjadi topik diskusi serius. Artikel ini akan difokuskan pada makna (mysterion) dalam Kolose 4:3, secara khusus berusaha menentukan makna (mysterion) yang digunakan rasul Paulus pada ayat ini. Sebelum menyelidikinya lebih dekat, beberapa hal harus dikerjakan lebih dahulu guna mengetahui latar belakangnya. Pertama, akan disajikan survei ringkas kata (mysterion) yang terdapat di bagian lain di PB, untuk melihat sejauh mana penggunaan kata ini dalam PB. Kedua, kita juga perlu melihat penggunaan (mysterion) di Kolose (1:26-27; 2:2), guna menetapkan konteks perikop (4:2-6). Hal ini bukan saja membuat musth,rion berada dalam konteks lebih luas, tetapi juga membantu kita memahami frase (to mysterion tou Christou) di Kolose 4:3. Ketiga, akan dilakukan eksegesis terhadap perikop ini sambil memperhatikan isu-isu kritik teks dan gramatikal dalam prosesnya yang mungkin penting dalam menentukan makna (mysterion).
Paulus, Hukum Taurat dan Perspektif yang Baru : Sebuah Penelitian dan Respons Caprili Guanga
Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 4 No 1 (2003)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAAT (Southeast Asia Bible Seminary)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (21.441 KB) | DOI: 10.36421/veritas.v4i1.106

Abstract

Pandangan Paulus tentang hukum Taurat tidak diragukan lagi merupakan salah satu tantangan hermeneutikal yang paling kompleks yang ditemukan dalam semua tulisannya. Tidak sedikit monograf dan artikel mengenai teologi Paulus tentang hukum Taurat secara mengherankan terus muncul di sepanjang zaman. Barangkali, sepantasnyalah demikian mengingat kompleksitas dan sulitnya isu-isu yang terlibat di dalamnya. Salah satu contohnya, apakah Paulus berargumentasi tentang penghapusan hukum Musa ataukah validitas hukum tersebut tetap berkesinambungan namun berada di bawah pelaksanaan ikatan perjanjian yang baru? Dalam pengertian apa dan sampai sejauh mana hukum Taurat tetap berlaku, dan sebaliknya, dalam pengertian apa serta sejauh mana hukum itu tidak lagi valid? Jika hukum itu tidak lagi berlaku, apakah kegunaannya bagi orang percaya zaman Perjanjian Baru, mengingat bahwa hukum tersebut adalah bagian dari firman yang diinspirasikan? Ini hanya beberapa contoh pertanyaan yang dihadapi oleh mereka yang mempelajari teologi biblika dan sistematika. Studi kontemporer belakangan ini juga makin mempertanyakan validitas pandangan injili tentang pembenaran hanya oleh iman melalui Kristus sehubungan dengan “perspektif baru” terhadap Paulus. Apakah perspektif baru ini? Pusat dari pendekatan ini adalah pengakuan bahwa Yudaisme periode Bait Allah kedua bukanlah agama pembenaran-diri yang melaluinya seseorang memperoleh keselamatan dari Allah berdasarkan perbuatan atau jasanya. Perdebatan Paulus dengan penganut Yudaisme bukanlah tentang anugerah Kristen melawan legalisme Yahudi tetapi lebih ke status orang-orang kafir di dalam gereja. Doktrin pembenaran Paulus, karena itu, jauh lebih berkaitan dengan isu-isu Yahudi-kafir daripada dengan pertanyaan-pertanyaan tentang status seseorang di hadapan Allah. Memang “perspektif baru” ini diakui sebagai terobosan revolusioner dalam studi PB, yang tidak terhindarkan lagi telah menghasilkan analisa-analisa baru dan interpretasi-interpretasi yang berbeda secara radikal tentang teologi hukum Taurat Paulus yang, jika diterima, akan memaksa kaum injili untuk merevisi, jika tidak mengabaikan, pengertian tradisional mereka tentang Yudaisme Palestina dan doktrin pembenaran. Artikel ini akan berusaha menguji perspektif baru Paulus berkaitan dengan isu-isu yang dimunculkan di atas dan menawarkan respons injili terhadap pendekatan baru ini. Penelitian akan dilakukan dengan cara berikut: Pertama akan disajikan suatu ulasan pandangan tradisional tentang teologi hukum Taurat Paulus yang diketengahkan oleh para Reformator seperti Martin Luther dan John Calvin. Ini akan berfungsi sebagai latar belakang diskusi tentang perspektif baru. Kedua, perspektif baru terhadap Paulus akan diuji. Bagian ini juga akan memperkenalkan penganjur-penganjur utama serta prinsip-prinsip yang dianut oleh kebanyakan, jika tidak mau dikatakan semua, sarjana perspektif baru. Ketiga, menawarkan respons injili yang akan menyelidiki kemungkinan adanya kesempatan untuk memberikan respons dan memberikan kritik terhadap perspektif baru. Sudah tentu keterbatasan ruang tidak memungkinkan untuk melakukan studi komprehensif atas perspektif baru terhadap studi-studi tentang Paulus ini, khususnya penyelidikan eksegetikal terhadap materi-materi biblikal yang relevan.
Misiologi Regnosentris Paul Knitter : Sebuah Kritik dan Koreksi Caprili Guanga
Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 5 No 1 (2004)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAAT (Southeast Asia Bible Seminary)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (16.814 KB) | DOI: 10.36421/veritas.v5i1.121

Abstract

Tujuan artikel ini adalah untuk meneliti teologi misi (misiologi regnosentris atau misiologi yang berpusatkan pada kerajaan Allah) dari Paul Knitter dan untuk mengajukan kritik dan koreksi terhadap misiologi regnosentris dari perspektif seorang ekslusivis. Untuk melakukan hal ini, sebuah gambaran tentang Kristologi Knitter (dengan acuan utama tentang keselamatan) akan secara singkat diutarakan untuk menyediakan latar belakang yang dibutuhkan bagi misiologinya. Unsur utama atau unsur-unsur utama dari misiologi regnosentris Knitter akan diidentifikasi dan dibahas, kemudian pengungkapan arti teologis dan implikasi praktisnya akan menjadi dasar untuk kritik dan koreksi. Yang terutama, interaksi saya didasarkan pada karya-karya tulisnya, terutama buku Jesus and the Other Names karena buku ini berisi tentang pandangan pluralisnya yang paling mutakhir dan yang telah direvisi. Tentu saja, karena keterbatasan tempat, tidak mungkin untuk membahas semua isu-isu tentang pluralisme keagamaan atau misi.