Tidak semua pengetahuan memenuhi kaidah-kaidah ilmiah. Pengetahuan ilmiah memiliki kriteria tertentu seperti pengetahuan (knowledge), tersusun secara sistematis, menggunakan pemikiran dan dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain (obyektif). Dalam kerangka filsaf ilmu, sebuah pengetahuan dapat disebut pengetahuan ilmiah (science) apabila memenuhi aspek-aspek ontologis, epistemologis dan aksiologis. Karena itu seorang ilmuwan adalah orang yang mampu menyelami dunia pengetahuan ilmiah dengan mengikuti kaidah-kaidah keilmuan yang telah ditetapkan, terutama dalam menggali dan memperoleh data. Jelas sekali bahwa pengetahuan ilmiah mengandalkan kekuatan logika dan hanya membatasi diri pada gejala-gejala konkrit yang dapat diindera oleh manusia.Seorang ilmuwan tidak hanya menunjukan sebuah kemampuan berfikir logis dan argumentatif, tetapi ia memiliki sebuah pandangan tentang bagaimana ilmu tersebut digunakan. Beberapa ilmuwan memilih sikap netral dan menyerahkan penggunaan ilmu pengetahuan sesuai keinginan dan kebutuhan masyarakat. Kelompok ilmuwan lain memilih untuk memiliki sikap formal dengan memperhitungkan kegunaan ilmu pengetahuan tersebut dengan nilai-nilai kemanusiaan, mempertimbangkan kelestarian alam dal memiliki pertimbangan kelestariannya. Ilmuwan memiliki tanggung jawab terhadap profesinya untuk senantiasa prefesional dan loyal terhadap asas-asas profesi seperti kejujuran, obyektif, kritis dan rasional. Selain itu ilmuwan memiliki tanggung jawab sosial terhadap masyarakat untuk senantiasa tertarik dengan permasalahan masyarakat dan dengan kemampuannya membangun masyarakat tersebut. Untuk itu perlu dibina komunikasi yang baik antara ilmuwan dan masyarakat.Dalam pembahasan ini dirumuskan pula bagaimana idealnya ilmuwan muslim itu. Terdapat istilah ulil albab dan rausyanfikr untuk menunjukkan mentalitas ilmuwan muslim ideal Dijelaskan pula dalam tulisan ini bagaiman AlÂQuran justru menuntun manusia pada cara-cara benalar untuk mencapai kebenaran dan menyandingkannya dengan keimanan, sehingga untuk ilmuwan muslim tidaklah mungkin memisahkan antara ilmu dan iman. Karena itu ilmuwan muslim tidak semata-mata mengakui kebenaran yang dihasilkan dari fakta-fakta obyektif yang dapat diuji kritis tetapi juga memiliki keterikatan terhadap nilai-nilai agama. Sehingga dalam mengamalkan ilmunya, ilmuwan muslim mempertimbangkan apakah pemanfaatan ilmu tersebut sesuai dengan etika Islam ?