Jemaulana Tarigan
Akademi Keperawatan Kesdam I/BB Medan

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS FISIK PADA HIPERTENSI DENGAN SENAM TERA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA BINJAI TAHUN 2021 Laila Nazmi Putri Nasution; Resmi Pangaribuan; Jemaulana Tarigan
Journal of Health Science and Physiotherapy Vol 3 No 2 (2021): Journal of Health Science and Physiotherapy
Publisher : LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Siti Hajar Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35893/jhsp.v3i2.64

Abstract

Secara umum derajat kesehatan penduduk lansia masih rendah. Penduduk lanjut usia cenderung mengalami masalah kesehatan oleh penurunan fungsi organ tubuh akibat proses penuaan. Hipertensi menjadi salah satu faktor resiko bagi timbulnya penyakit kardiovaskuler seperti jantung, stroke dan penyakit ginjal. Lanjut usia dapat menderita hipertensi sistolik saja dengan tekanan darah sistolik yang tinggi karena keadaan aterosklorosis menyebabkan pembuluh arteri yang besar kehilangan kelenturan. Senam lansia sangat penting untuk para lanjut usia untuk menjaga kesehatan tubuh mereka seperti senam tera. Senam tera merupakan suatu latihan yang melatih fisik, mental, dan juga dapat memperbaiki dan meningkatkan kondisi serta fungsi jantung dan peredaran darah, serta mengontrol hipertensi. Metode Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan rancangan studi kasus pemenuhan kebutuhan aktivitas fisik pada hipertensi dengan senam tera dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang dilakukan peneliti meliputi tahapan pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Penelitian ini dilakukan pada dua orang pasien dengan diagnosa yang sama. Pada pengkajian kedua responden memiliki hipertensi. Hasil penelitian diperoleh senam tera dapat menurunkan tekanan darah pada lansia dan dapat menurunkan resiko penurunan curah jantung agar dapat melakukan aktivitas fisik secara mandiri. Untuk peneliti lain, hendaknya lebih memotivasi lansia untuk melakukan senam tera untuk meningkatkan aktivitas klien
Komunikasi Verbal pada Stroke Non Hemoragik di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai Resmi Pangaribuan; Melinda Ayu Pratiwi; Jemaulana Tarigan
Jurnal Insan Cendekia Vol 8 No 2 (2021): Jurnal Insan Cendekia
Publisher : STIKES Insan Cendekia Medika Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35874/jic.v8i2.934

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Stroke non hemoragik merupakan serangan pada jaringan otak yang terjadi secara mendadak dan menyebabkan kelumpuhan atau cacat menetap pada bagian tubuh. Apabila stroke menyerang otak kiri maka akan mengenai pusat bicara, kemungkinan pasien akan mengalami gangguan bicara. Salah satu cara dalam mengembalikan kemampuan bicara dapat dilakukkan terapi komunikasi verbal dengan menyebutkan huruf vocal yaitu huruf A, I, U, E, O. Tujuan: untuk mengetahui penerapan asuhan keperawatan pada pasien stroke non haemoragik yang mengalami gangguan komunikasi yang dapat dilakukan dengan terapi huruf vokal A, I, U, E, O untuk kemampuan bicara pasien stroke non hemoragik. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Subjek penelitian dilakuan pada 2 orang pasien dengan kasus yang ama yaitu pasien stroke yang mengalami gangguan komunikasi verbal. Hasil:stroke non hemoragik berhubungan dengan kerusakan komunikasi verbal. Intervensi dan implementasi keperawatan yaitu mengkaji kadaan umum pasien, membedakan antara afasia dan disartria, mengkatakan secara langsung dengan pasien perlahan dan dengan tenang, mengatakan dengan nada normal dan hindari percakapan yang cepat, meminta klien untuk mengikuti perintah sederhana, mengucapkan huruf vokal seperti A, I, U, E, O. Kesimpulan: Evaluasi dilakukan selama 3 hari dan didapatkan hasil pasien dapat mengucapkan huruf vokal AIUEO tetapi masih kurang jelas. ABSTRACT Introduction: Non-hemorrhagic stroke is an attack on brain tissues that occurs suddenly and could cause paralysis or permanent disability in any part of the body. Health issues that arise due to stroke vary widely. If the stroke occurs in the left side of the brain it will affect the speech, the patient will experience speech disorders. One way to restore speech ability could be implemented by using verbal communication therapy by mentioning vowels. Objective: The study aimed to determine the application of nursing care to the patients with non-hemorrhagic stroke who experienced speech disorders and which can be done by implementing speech therapy vowels on the communication ability of patients with non-hemorrhagic stroke. The method used a descriptive case study. The subject of the study was conducted on 2 patients with the same case who experienced speech disorders. Results: The results showed that non-hemorrhagic stroke was associated with impaired verbal communication. The intervention and implementation were performed by analyzing the general condition of the patients, distinguishing between aphasia and dysarthria, speaking directly to the patient slowly and calmly, communicating in a normal tone and avoiding fast conversation, asking to follow a simple command, and pronouncing the vowels such. Conclusion: The evaluation was carried out for 3 days and found that the patient could pronounce the vowels but it's still unclear.
Pemenuhan Kebutuhan Aktivitas Pada Lansia Dengan Rheumatoid Arthritis (RA) Di UPT Pelayanan Lanjut Usia Binjai Natasya Sianipar; Resmi Pangaribuan; Jemaulana Tarigan
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Volume 1 Nomor 3 September 2021
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (262.482 KB) | DOI: 10.33024/mahesa.v1i3.5048

Abstract

ABSTRACT: FULFILLMENT OF AN ELDERLY ACTIVITY NEED WITH RHEUMATOID ARTHRITIS (RA) AT UPT PELAYANAN SOCIAL LANJUT USIA BINJAI Introduction: Musculoskeletal system disorders are often experienced by the elderly that consist of rheumatoid arthritis, osteoarthritis, and gout. Rheumatoid arthritis is an autoimmune disease with the main target is the joints, usually occurs in the joints of the hand, elbows, feet, and knees. Pain, swelling, and stiffness in the joints can take place continuously, it could cause the elderly to experience the impaired physical mobility. Purpose: The study aimed to fulfill the physical mobility needs in rheumatoid arthritis at UPT Social Services for Elderly Binjai.Methods: The study used a descriptive case study design on two elderly with the same disease which includes five stages of the nursing process; assessment, diagnosis, intervention, implementation, and evaluation. The study was conducted at UPT Social Services for Elderly Binjai with inclusion criteria, specifically the patients who suffer from rheumatoid arthritis, having impaired physical mobility, and the elderly aged 60-74 years.Result: The result after being given nursing care for four days of visits with nursing intervention by performing Range Of Motion (ROM), showed that patients 1 and 2 had a significant increase in extremity movement, and a decrease of pain, joint stiffness, and physical weakness. Conclusion: It is suggested to the patients and families to continue providing ROM to reduce the pain, recover the patient's ability to move the muscles, improve blood circulation, and increase physical mobility. Keywords: Rheumatoid Arthritis, Physical Mobility, Elderly.  INTISARI: PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIVITAS PADA LANSIA DENGAN RHEUMATOID ARTHRITIS (RA) DI UPT PELAYANAN LANJUT USIA BINJAI Latar Belakang: Gangguan system muskuloskletal yang sering dialami oleh lansia diantaranya adalah Rheumatoid Arthritis, osteoarthritis, dan gout, Rheumatoid Arthritis adalah suatu penyakit autoimun. Dengan target utama adalah sendi, biasanya  terjadi di sendi tangan, siku, kaki, dan lutut. Nyeri, Bengkak, dan kaku pada persendian dapat berlangsung secara terus menerus  hal tersebut dapat menyebabkan lansia mengalami gangguan mobilitas fisik.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan mobilitas fisik pada Rheumatoid Arthritis Di UPT Pelayanan Lanjut Usia Binjai.Metode: Jenis penelitian ini Adalah deskriptif dengan rancangan studi kasus pada dua orang lansia dengan penyakit yang sama yang meliputi lima tahapan proses keperawatan yaitu pengkajian, diangnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi. Penelitian ini dilakukan di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai dengan Kriteria inklusi yaitu pasien yang menderita Rheumatoid Arthritis, klien yang mengalami gangguan mobilitas fisik, lansia yang berumur 60-74 Tahun.Hasil: Hasil studi kasus  setelah diberikan asuhan keperawatan selama empat hari kunjungan dengan intervensi keperawatan berupa diberikan Asuhan keperawatan gerakan Range Of Motion (ROM) di dapatkan hasil  pada klien 1 dan 2 menunjukkan pergerakan ekstermitas Meningkat, Nyeri menurun, Kaku sendi menurun, Kelemahan fisik menurun.Kesimpulan: untuk klien dan keluarga agar klien mampu melanjutkan pemberian  tindakan gerakan Range Of Motion (ROM) Untuk mengurangi rasa nyeri, mengembalikan kemampuan klien menggerakan otot, melancarkan peredaran darah, dan meningkatkan mobilitas fisik. Kata Kunci: Rheumatoid Arthritis, Mobilitas Fisik, lansia. 
Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Pada Inkontinensia Urine Dengan Kegel Exercise Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai Elsa Refany; Resmi Pangaribuan; Jemaulana Tarigan
MAHESA : Malahayati Health Student Journal Volume 1 Nomor 3 September 2021
Publisher : Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (216.06 KB) | DOI: 10.33024/mahesa.v1i3.5049

Abstract

ABSTRACT: FULFILLMENT OF URINE INCONTINENCE NEEDS FOR ELIMINATION WITH KEGEL EXERCISE AT BINJAI ELDERLY SOCIAL SERVICE UPT Background: Urinary incontinence means the spontaneous expulsion of urine at any time against the will (involuntary). Elderly is the process of slowly losing the ability of tissues to repair themselves/replace and maintain their normal function.Purpose: Kegel exercises are exercises to strengthen the pelvic muscles or exercises that aim to strengthen the pelvic floor muscles, especially the pubococcygeal muscles so that a woman can strengthen the urinary tract muscles.Methods: This research method is descriptive with a nursing process approach. The subject of the study was conducted on 2 patients with the same case, namely in patients who experienced urinary incontinence.Results: The results of the urinary incontinence assessment were associated with decreased bladder and detrusor muscle tone. The nursing interventions and implementation are monitoring the pattern and ability to urinate, identifying the causes of urinary incontinence, explaining the definition, types, and causes of urinary incontinence, recommending limiting fluid consumption 2-3 hours before bedtime, encouraging clients to do Kegel exercises and collaborating with medical and physiotherapists to overcome urinary incontinence. Kegel exercises were carried out in stages to the patient 2 days a day, morning and evening.Conclusion: The evaluation was carried out for 3 days and the results were that the patient was able to urinate and was controlled. The research is expected that the elderly UPT Binjai will improve more skills and always coordinate with other health teams in providing nursing care in accordance with Standard Operating Procedures (SOP). Keywords: Elimination Needs, Urinary Incontinence, Kegel Exercises INTISARI: PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI PADA INKONTINENSIA URINEDENGAN KEGEL EXERCISE DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA BINJAI Latar Belakang: Inkontinensia urin berarti pengeluaran urin secara spontan pada sembarang waktu diluar kehendak (involunter). Lansia adalah proses hilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya.Tujuan: Senam kegel adalah senam untuk menguatkan otot panggul atau senam yang bertujuan untuk memperkuat otot-otot dasar panggul terutama otot pubococcygeal sehingga seorang wanita dapat memperkuat otot-otot saluran kemih.Metode: Metode penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan proses Keperawatan. Subjek penelitian dilakukan pada 2 orang pasien dengan kasu yang sama yaitu pada pasien yang mengalami inkontinensia urin.Hasil: Hasil pengkajian inkontinensia urin berhubungan dengan penurunan tonus kandung kemih dan otot detrusor. Intervensi dan implementasi keperawatanya itu memonitor pola dan kemampuan berkemih, mengidentifikasi penyebab inkontinensia urine, menjelaskan definisi, jenis dan penyebab inkontinensia urine, menganjurkan membatasi konsumsi cairan 2-3 jam menjelang tidur, menganjurkan klien untuk senam kegel dan melakukan kolaborasi dengan medis dan fisioterapi untuk mengatasi inkontinensia urine. Senam kegel dilakukan secara bertahap kepada pasien 2 hari sehari pagi dan sore hari.Kesimpulan: Evaluasi dilakukan selama 3 hari dan  didapatkan hasil yaitu pasien dapat berkemih dan dikontrol. Penelitian diharapkan UPT lanjut usia Binjai meningkatkan keterampilan yang lebih dan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan Standart Operasional Prosedur (SOP). Kata Kunci: Kebutuhan Eliminasi, InkontinensiaUrin, Senam Kegel
Pendidikan Kesehatan Kepatuhan Minum Obat Pada Lansia Dengan Diabetes Melitus Tipe II Di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai Sio Citra Manurung; Resmi Pangaribuan; Jemaulana Tarigan
Malahayati Nursing Journal Volume 3 Nomor 4 Tahun 2021
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (234.416 KB) | DOI: 10.33024/mnj.v3i4.5032

Abstract

ABSTRACT: HEALTH EDUCATION ON MEDICINE COMPLIANCE IN THE ELDERLY WITH DIABETES MELLITUS TYPE II AT THE UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA BINJAI  Introduction: The world organization predicted the increase number of people with diabetes mellitus from 8.4 million in 2000 to around 21.3 million in 2030. Diabetes mellitus is a group of metabolic diseases characterized by hyperglycemia that occur due to the abnormalities in insulin secretion, insulin action, or both. The aging process is continuous and natural experienced by all the living things. The adherence of type 2 Diabetes Mellitus patients is generally defined as the level of behavior of a person receiving treatment to follow the diet plan, take medication and carry out a lifestyle in accordance with the recommendations of health care providers.Health education is aimed to help people take control of their own health by influencing, enabling and reinforcing the decision or action according to their own values and goals. Method: The study used descriptive case study method by carried out 2 patients as the subject. The results of the study found that the patients had the lack of knowledge about the need for drug compliance related to non-adherence to taking the medication. Result: The intervention and implementation were implemented by conducting the health education on medication adherence in stages with the results obtained that the patient appeared to take the drug on time and their blood sugar level was within the normal range. Conclusion: By conducting the health education about medication adherence for the elderly for 3 days, it could increase the knowledge and change their obedience behavior and follow the rules of taking the medication. Keywords: Lack of Knowledge, Diabetes Mellitus, Health Education, Elderly, Medication Adherence.  INTISARI: PENDIDIKAN KESEHATAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA LANSIA DENGAN DIABETES MELITUS  TIPE II DI UPT  PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA BINJAI  Latar Belakang: Organisasi dunia  memprediksi kenaikan jumlah penyandang Diabetes Melitus dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Diabetes  Melitus  merupakan  suatu kelompok penyakit  metabolik dengan karaktersistik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua duanya. Proses menua yaitu proses yang terus-menerus kelanjutan secara alamiah dan dialami oleh semua makhluk hidup. Kepatuhan pada pasien Diabetes Melitus  tipe 2 secara umum di definisikan sebagai tingkatan perilaku seseorang yang mendapatkan pengobatan untuk menjalankan diet, minum obat dan melaksanakan gaya hidup sesuai dengan rekomendasi pemberi pelayanan kesehatan. Pendidikan kesehatan bertujuan untuk membantu orang-orang mengontrol kesehatan mereka sendiri dengan mempengaruhi, memungkinkan dan menguatkan keputusan atau tindakan sesuai dengan nilai dan tujuan mereka sendiri.Metode: yang digunakan adalah  deskriptif studi kasus. Subjek penelitian dilakukan pada kedua pasien.Hasil: Hasil pengkajian diperoleh kurang pengetahuan tentang kebutuhan kepatuhan minum obat berhubungan dengan ketikdakpatuhan minum obat, intervensi dan implementasi adalah melakukan pendidikan kesehatan kepatuhan minum obat secara bertahap dengan hasil yang diperoleh klien tampak meminum obat tepat waktu dan  kadar gula darah dibatas normal.Kesimpulan: Dengan dilakukannya pendidikan kesehatan tentang kepatuhan minum obat kepada lansia selama 3 hari dapat meningkatkan pengetahuan dan dapat mengubah perilaku lansia menjadi patu dan mengikuti aturan minum obat. Kata kunci: Kurang pengetahuan, diabetes mellitus, pendidikan kesehatan, lansia, kepatuhan minum obat 
MOBILITAS FISIK PADA STROKE NON HAEMORAGIK EKSTERMITAS ATAS DENGAN ROM AKTIF CYLINDRICAL GRIP DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA BINJAI Resmi Pangaribuan; Yuri Sutri Manjani; Jemaulana Tarigan
Jurnal Pendidikan Kesehatan Vol 10 No 2 (2021): Jurnal Pendidikan Kesehatan
Publisher : Poltekkes Kemenkes Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31290/jpk.v10i2.2679

Abstract

Stroke or Cerebrovascular Accident or CVA is a disease that attacks anyone with a very sudden occurrence and can increase with age. Growing old is a natural process of a person after going through several stages, ie neonates, toddler, praschool, adolescents, adults and the elderly. Cylindrical Grip is a functional hand exercise by gripping a cylindrical object. The study used descriptive case study method. The subjects of the study were conducted in two patients with the same case, specifically the elderly patients who had non hemorrhagic stroke with physical mobility problem. The results of the study was obtained in both patients with the decreased of physical mobility in the upper extremities of the right and the left hand. Nursing intervention and implementation were carried out by monitoring the patient blood pressure, determining the factors that related to the patient general condition, providing range of motion exercise or Cylindrical Grip by placing a roll of tissue paper to the patient who had the hand grip weakness, monitoring muscle strength, and taking the collaboration with the doctors and other health team or physiotherapist for stroke.The evaluation was carried out for 3 days and the result obtained by doing Cylindrical Grip for 3 days, namely 2 times a day, and it was found that the physical weakness of the patients with stroke were partially resolved. It is recommended to another researchers to examine more deeply about the effectiveness of providing Cylindrical Grip in accordance with the Standard Operating Procedure or SOP in the orphanages.