Dendy Sugono
the Indonesian Language Center (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa)

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

DIKOTOMI AKTIF DAN PASIF DALAM BAHASA JAWA MALANG Dendy Sugono
SAWERIGADING Vol 17, No 3 (2011): Sawerigading, Edisi Desember 2011
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3701.287 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v17i3.401

Abstract

Syntactic aspect of Javanese language entirely had not been touched yet by linguistic research in Indonesia, especially by applying modern linguistic theory. The use of tagmemic theory in this research found active and passive construction of Javanese language was systemic. The finding involved (1) active and passive dichotomy was only found in dwitransitive clause construction (four tagmem required) and transitive clause (three tagmem required), whilst in dwi-transitive and intransitive clause found no passive opposition even when the clause had active construction, moreover dwi-equative and equative clause were not found neither active nor passive construction. Either dwi-transitive or transitive clause, it was found (2) active construction attributing prefix (N-) on verb class filling predicate tagmem. In passive construction (3) it was found two types of passive construction, they were (a) passive construction having the third dower or no-human and called common passive, marked by the use of prefix di- on filling verb of predicate tagmem, (b) passive construction having the second dower marked by the use of kok-/kon- on filling verb og predicate tagmem, and (c) passive construction having the first dower marked by the use of tak-/dak- on filling verb of predicate tagmem. Besides that, there was finding of dwi-transitive forming of tagmem derived from transitive verb marked by suffix -ke,-ne,-e. The finding is intensely useful in effort of improving codification and arrangement of Javanese language material learning. Abstrak Aspek sintaksis bahasa Jawa belum terjamah secara menyeluruh dalam penelitian linguistik di Indonesia, terutama dengan pemanfaatan teori linguistik modern. Pemanfaatan teori tagmemik dalam penelitian ini telah memperoleh temuan konstruksi aktif dan konstruksi pasif bahasa Jawa yang sangat bersistem. Temuan itu meliputi (1) dikotomi aktif dan pasif hanya terdapat dalam konstruksi klausa dwitransitif (empat tagmem wajib) dan klausa transitif (tiga tagmem wajib), sedangkan dalam klausa dwi-intransitif dan klausa intransitif tidak ditemukan oposisi pasif walaupun klausa itu memiliki konstruksi aktif, apalagi dalam klausa dwi-equatif dan klausa equatif tidak ditemukan konstruksi aktif ataupun pasif. Baik pada klausa dwitransitif maupun pada klausa transitif, (2) konstruksi aktif bercirikan prefiks (N-) pada verba kelas pengisi tagmem predikat. Sementara itu, dalam konstruksi pasif (3) ditemukan dua tipe konstruksi pasif, yaitu (a) konstruksi pasif berpelaku orang ketiga atau non-insan dan disebut juga pasif umum, tertandai penggunaan prefiks di- pada verba pengisi tagmem predikat, (b) konstruksi pasif berpelaku orang kedua tertandai penggunaan kok-/kon- pada verba pengisi tagmem predikat, dan (c) konstruksi pasif berpelaku orang pertama tertandai dengan penggunaan tak-/dak-pada pengisi tagmem predikat. Di samping itu, ada temuan tagmem pembentuk dwitransitif dari verba transitif tertandai dengan sufiks -ke,-ne,-e. Temuan penelitian ini sangat bermanfaat bagi upaya penyempurnaan kodifikasi dan bagi upaya penyusunan bahan ajar bahasa Jawa
MEMBANGUN KARAKTER BANGSA MELALUI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA Dendy Sugono
SAWERIGADING Vol 17, No 2 (2011): SAWERIGADING, Edisi Agustus 2011
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (856.279 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v17i2.320

Abstract

The development of Indonesian society’s life attitude in the post-reformation era has made a lot of changes, including language, as the use of foreign language at schools having international and international pioneering standard.  This phenomenon indicates that the use of bahasa Indonesia as language of unity has been shifted. Otherwise, the use of foreign language has become a tendency for the society nowadays. This will effect the attitude of  society either mature persons or teenagers to neglect the national nobleness which has been shaped since the independence struggle.  Character construct covers the basic strategy in overcoming those phenomena through educational system, especially the bahasa Indonesia  education starting from the curriculum, methods, learning books, skills, personality, and reference. In addition, preparing  dedicated profesional  teachers should be necessity.   Abstrak Dalam perkembangan peri kehidupan masyarakat Indonesia pascareformasi telah terjadi berbagai perubahan, termasuk di bidang bahasa, seperti: penggunaan bahasa asing di sekolah bertaraf internasional dan rintisan sekolah bertaraf internasional. Gejala tersebut merupakan indikasi bahwa ruang gerak penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan mengalami pergeseran. Sebaliknya, penggunaan bahasa asing makin memperoleh tempat dalam tatanan kehidupan masa kini. Fenomena seperti itu akan berdampak pada sikap sebagian masyarakat dewasa, kawula muda,  dan sebagian kalangan pelajar untuk mengesampingkan nilai-nilai luhur bangsa, seperti karakter yang terbentuk pada masa perjuangan kemerdekaan. Pembangunan karakter merupakan strategi mendasar dalam mengatasi berbagai fenomena tersebut melalui sistem pendidikan, lebih khusus pendidikan bahasa Indonesia, mulai dari kurikulum, metode pembelajaran,  buku ajar utama, buku pengayaan pengetahuan, keterampilan, kepribadian, dan referensi. Lebih penting lagi, penyediaan guru profesional yang berdedikasi pada profesi pendidik, dan pemberian keteladanan semua insan di sekolah.
INDUSTRI KREATIF KEBAHASAAN POTENSI MEDIA PEMASYARAKATAN DWIBAHASA Dendy Sugono
SAWERIGADING Vol 19, No 3 (2013): SAWERIGADING, Edisi Desember 2013
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (8802.501 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v19i3.441

Abstract

In the early twentieth age, the growth and development of creative industry occur such as: film, video,photography, music, performance, architecture, handycraft, fiction and nonfiction books, publishing,advertisement, interactive game, and so on. The reserach of creative industry illustrates the bigpotential of creative industry which is based on language and supported by language. The potentialof creative industry could have effect through collaboration movement of language institution with thebusinessmen ofcreative industry in the motherland. The collaboration involvesfield worker, practitioner,andprofessionals (researcher, translater, dubber, designer, lexicographer, and training organizer), andlinguists, and lower and middle businessman. The handling of the growth and development of languagecreative industry is very strategic to socialize the use of both Indonesian and foreigner to promote theproduct of creative industry to the free market in Asean and Asia-Pasific area. Its success will drive theeconomy of the lower and middle society. AbstrakPada awal abad ke-21 ini telah terjadi pertumbuhan dan perkembangan di bidang industri kreatif:film, video, fotografi, musik, pertunjukan, arsitektur, kerajinan, karya fiksi dan nonfiksi, penerbitan/percetakan, periklanan, permainan interaktif, dan sebagainya. Penelitian tentang industri kreatif inimemperoleh gambaran betapa besar potensi industri kreatif berbasis bahasa dan industri kreatif berdayadukung bahasa. Potensi industri kreatif kebahasaan itu dapat diberdayakan melalui gerakan kolaborasilembaga pengelola kebahasaan dengan para pengusaha industri kreatif di tanah air. Kolaborasi itumelibatkan tenaga kerja lapangan, praktisi, kalangan profesional (peneliti, penerjemah, penyulih suara,perancang, pengolah kata, penyelenggara pelatihan), dan tenaga kebahasaan, serta pengusaha kecildan menengah. Penanganan pertumbuhan dan perkembangan industri kreatif kebahasaan itu sangatstrategis untuk masyarakatkan penggunaan dwibahasa Indonesia dan asing dalam pemasyarakatanproduk industri kreatif ke pasar bebas kawasan Asean ataupun Asia-Pasifik. Keberhasilan semua ituakan menggerakan ekonomi masyarakat kelas bawah dan kelas menengah.
MEMBANGUN KARAKTER BANGSA MELALUI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA Dendy Sugono
SAWERIGADING Vol 18, No 2 (2012): SAWERIGADING, Edisi Agustus 2012
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1596.86 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v18i2.347

Abstract

The development of Indonesian society 's life attitude in the post-reformation era has made a lot of changes, including language, as the use of foreign language at schools having international and international pioneering standard. This phenomenon indicates that the use of bahasa Indonesia as language of unity has been shifted. Otherwise, the use of foreign language has become a tendency for the society nowadays. This will effect the attitude of society either mature persons or teenagers to neglect the national nobleness which has been shaped since the independence struggle. Character construct covers the basic strategy in overcoming those phenomena through educational system, especially the bahasa Indonesia education starting from the curriculum, methods, learning books, skills, personality, and reference. In addition, preparing dedicated profesional teachers should be necessity. Abstrak Dalam perkembangan peri kehidupan masyarakat Indonesia pascareformasi telah terjadi berbagai perubahan, termasuk di bidang bahasa, seperti: penggunaan bahasa asing di sekolah bertaraf internasional dan rintisan sekolah bertaraf internasional. Gejala tersebut merupakan indikasi bahwa ruang gerak penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan mengalami pergeseran. Sebaliknya, penggunaan bahasa asing makin memperoleh tempat dalam tatanan kehidupan masa kini. Fenomena seperti itu akan berdampak pada sikap sebagian masyarakat dewasa, kawula muda, dan sebagian kalangan pelajar untuk mengesampingkan nilai-nilai luhur bangsa, seperti karakter yang terbentuk pada masa perjuangan kemerdekaan. Pembangunan karakter merupakan strategi mendasar dalam mengatasi berbagai fenomena tersebut melalui sistem pendidikan, lebih khusus pendidikan bahasa Indonesia, mulai dari kurikulum, metode pembelajaran, buku ajar utama, buku pengayaan pengetahuan, keterampilan, kepribadian, dan referensi. Lebih penting lagi, penyediaan guru profesional yang berdedikasi pada profesi pendidik, dan pemberian keteladanan semua insan di sekolah.
MEMBANGUN KARAKTER BANGSA MELALUI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA Dendy Sugono
SAWERIGADING Vol 17, No 2 (2011): SAWERIGADING, Edisi Agustus 2011
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1602.855 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v17i2.372

Abstract

The development of Indonesian society 's life attitude in the post-reformation era has made a lot of changes, includinglanguage, as the use of foreign language at schools having international and international pioneering standard. Thisphenomenon indicates that the use of bahasa Indonesia as language of unity has been shifted. Otherwise, the use offoreign language has become a tendency for the society nowadays. This will effect the attitude of society either maturepersons or teenagers to neglect the national nobleness which has been shaped since the independence struggle. Characterconstruct covers the basic strategy in overcoming those phenomena through educational system, especially the bahasaIndonesia education starting from the curriculum, methods, learning books, skills, personality, and reference. Inaddition, preparing dedicated profesional teachers should be necessity AbstrakDalam perkembangan peri kehidupan masyarakat Indonesia pascareformasi telah terjadi berbagaiperubahan, termasuk di bidang bahasa, seperti: penggunaan bahasa asing di sekolah bertarafinternasional dan rintisan sekolah bertaraf internasional. Gejala tersebut merupakan indikasi bahwaruang gerak penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan mengalami pergeseran.Sebaliknya, penggunaan bahasa asing makin memperoleh tempat dalam tatanan kehidupan masakini. Fenomena seperti itu akan berdampak pada sikap sebagian masyarakat dewasa, kawula muda,dan sebagian kalangan pelajar untuk mengesampingkan nilai-nilai luhur bangsa, seperti karakter yangterbentuk pada masa perjuangan kemerdekaan. Pembangunan karakter merupakan strategi mendasardalam mengatasi berbagai fenomena tersebut melalui sistem pendidikan, lebih khusus pendidikanbahasa Indonesia, mulai dari kurikulum, metode pembelajaran, buku ajar utama, buku pengayaanpengetahuan, keterampilan, kepribadian, dan referensi. Lebih penting lagi, penyediaan guruprofesional yang berdedikasi pada profesi pendidik, dan pemberian keteladanan semua insan disekolah.
PENGGUNAAN BAHASA PADA PAPAN NAMA DI RUANG PUBLIK JALAN PROTOKOL JAKARTA Mutia Muqri; Dendy Sugono; Miftahul Khairah A.
Arkhais - Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra Indonesia Vol 7 No 2 (2016): Arkhais - Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra Indonesia
Publisher : Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (244.861 KB) | DOI: 10.21009/ARKHAIS.072.02

Abstract

Abstrak. Penggunaan bahasa pada papan nama menarik diteliti, setiap papan nama memiliki bentuk dan makna tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengetahui penggunaan bahasa pada papan nama di ruang publik jalan protokol Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Objek penelitian satuan ini adalah satuan lingual yang terdapat papan nama di ruang publik jalan protokol Jakarta, yaitu Jalan Jendral Sudirman, Jalan M.H. Thamrin dan Jalan Gatot Subroto. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan bahasa pada papan nama terbatas pada satuan sintaksis kata dan frasa. Penggunaan dalam bentuk frasa sebanyak 152 data dan dalam bentuk kata sebanyak 13 data, dengan rincian 7 data dalam bentuk kata dan 6 data dalam bentuk abreviasi. Bentuk frasa lebih sering muncul karena frasa lebih memiliki keakuratan dalam mengekspresikan nama sebagai identitas, kepemilikan, asal, bidang, waktu, lokasi, petunjuk, dan media iklan, sementara kata tidak mampu mewakili hal tersebut. Pola frasa inti-pewatas dalam bahasa Indonesia sebanyak 70 data, dalam bahasa asing sebanyak 14 data dan dalam bahasa campuran (Indonesia-asing) sebanyak 5 data, sementara pola frasa pewatas-inti dalam bahasa Indonesia sebanyak 11 data, dalam bahasa asing sebanyak 41 data dan dalam bahasa campuran (Indonesia-asing) sebanyak 11 data. Kata Kunci: Penggunaan Bahasa, Frasa/Kata, Papan Nama di Ruang Public