Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PETA SELERA PASAR TEH DUNIA Rohayati Suprihatini; E. Gumbira-Sa’id; Syamsul Ma’arif; Marimin Marimin
Jurnal Manajemen & Agribisnis Vol. 1 No. 2 (2004): Vol. 1 No. 2 Oktober 2004
Publisher : School of Business, Bogor Agricultural University (SB-IPB)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (550.05 KB) | DOI: 10.17358/jma.1.2.103-112

Abstract

In order to increase Indonesia tea export market share is required product improvement of Indonesian tea supply to serve the market preference in each world tea market region.   Research results showed that world tea market based on preference attibutes namely (1) tea type, (2) tea grade, and (3) organoleptic score apllying hierarchical cluster analysis, between-groups linkage method and Euclidean method can be classified in to five groups of tea markets.  Market Group-1 consist of Poland, Hungary, USA, and Canada; Market Group-2 consist of West Europe Region, Australia, Japan, East Europe in general, Turkey, North America Region, South America Region in general, and India; Market Group-3 consist of Pakistan, Afghanistan, Egypt, Malaysia, and Singapore; Market Group-4 consist of Iran and Middle East Region in general; and Market Group-5 consist of Iraq, Syria, and Russian Region especially Russian Federation.  Market Group-4 are markets typical having the highest preference due to only the best tea is accepted.    On the other hand, Market Group-1 are tea markets having lowest preference, while others Market Groups are in medium preference. 
Peran Teknologi Terhadap Keunggulan Bersaing, Strategi dan Sistem Peningkatan Penguasaan Teknologi di Industri Teh Indonesia Rohayati Suprihatini; Syamsul Maarif
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 17, No 1 (1999): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v17n1.1999.49-65

Abstract

EnglishMarket share of Indonesian tea in the world tea market decreased from 10,8 percent in 1993 to merely 9,2 percent in 1996. On the other hand, most of export ad tea (96,7%) is still in the bulk form. One of the factors to increase competitiveness and added value of Indonesian tea commodity is technology. Currently, technology is the main factors to gain the national competitiveness. This paper describes the role of technology increasing competitiveness and also explains, some strategies to increase the capability of technology such as bench marking, reengineering, kaizen, Deming cycle, and quality management system ISO 9000, the condition of technology capability in Indonesia tea industry, and the synthesis of technology capability system in Indonesia tea industry. In this system, the dynamic interaction starts from the need of changing, determines changing strategy and implementation process, increases sophisticated technology components and learning process, and increases capability of technology which will accelerate the technology capability in Indonesian tea industry. IndonesianPangsa ekspor teh Indonesia di pasar dunia menurun dari 10,8 persen pada tahun 1993 menjadi hanya 9,2 persen pada tahun 1996. Disamping itu 96,7 persen ekspor masih dalam bentuk bahan mentah (teh curah). Salah satu faktor yang dapat meningkatkan daya saing dan nilai tambah komoditas teh Indonesia adalah teknologi. Saat ini, teknologi memerankan peran yang sangat penting untuk memenangkan kompetisi nasional. Tulisan ini membahas tentang peran teknologi terhadap keunggulan bersaing termasuk komponen dan tingkat kemampuan teknologi dan mekanisme peran teknologi terhadap peningkatan daya saing, beberapa strategi untuk meningkatkan kemampuan teknologi, kondisi kemampuan penguasaan teknologi industri teh di Indonesia, dan hasil pemikiran mengenai alternatif sistem penguasaan teknologi industri teh di Indonesia. Sistem penguasaan teknologi teh di Indonesia merupakan suatu interaksi dinamika mulai dari kebutuhan akan perubahan, penetapan strategi perubahan, proses implementasi, peningkatan kecanggihan komponen-komponen teknologi, proses belajar, dan peningkatan kemampuan teknologi yang menentukan kecepatan peningkatan kemampuan teknologi industri teh Indonesia secara terus  menerus.
Upaya Meningkatkan Bagian Pasar Karet Alam Indonesia di Jepang Jefferson Situmorang; Rohayati Suprihatini
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 7, No 1 (1989): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v7n1.1989.24-34

Abstract

IndonesianAkhir-akhir ini industri ban di USA sedang mengalami goncangan akibat masuknya ban-ban impor. Oleh karena itu diperlukan usaha mendiversifikasikan pasar karet alam Indonesia disamping tetap mempertahankan posisinya di USA. Salahsatu negara yang memiliki potensi pasar karet alam yang cukup cerah adalah Jepang. Dengan mempertimbangkan keinginan konsumsen Jepang dan daya saing dari pemasok-pemasok lainnya terutama Thailand, diciptakan suatu strategi pemasaran untuk meningkatkan bagian pasar karet alam Indonesia di Jepang yang mencakup strategi produksi, strategi harga, strategi promosi dan pelayanan.
Pemasaran Teh di Wilayah PIR Lokal-I Kebun Taraju, Jawa Barat Jefferson Situmorang; Rohayati Suprihatini
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 6, No 2 (1988): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v6n2.1988.42-52

Abstract

IndonesianTerdapat beberapa saluran tataniaga teh di wilayah PIR lokal I Jawa Barat. Saluran tataniaga yang resmi adalah saluran dari petani melalui Unit Usaha Perkebunan Teh (UUPT) dijual ke Perusahaan Inti. Akan tetapi saluran tataniaga yang dominan adalah saluran dari petani pabrik teh hitam. Saluran tataniaga teh yang paling efisien adalah saluran dari petani yang tergabung dalam suatu kelompok tani menjual langsung produksi tehnya ke pabrik-pabrik pengolahan teh hitam. Di ketiga saluran utama tersebut keuntungan yang diperoleh petani cukup tinggi, masing-masing sebesar Rp 78,4 perkg pucuk teh bila melalui UUPT, Rp 79,1 perkg pucuk teh bila melalui bandar dan Rp 85,1 perkg pucuk teh bila menggunakan saluran langsung yang terkoordinir dalam kelompok tani. Secara keseluruhan margin keuntungan yang diperoleh pihak-pihak yang terlibat dalam tataniaga teh hitam lebih besar daripada margin keuntungan yang diperoleh pihak-pihak yang terlibat dalam tataniaga teh hijau. Di wilayah PIR Lokal I Jawa Barat, harga beli pucuk teh oleh pabrik-pabrik pengolahan teh baik inti maupun non inti ditentukan oleh hasil keputusan musyawarah pihak-pihak yang berkepentingan dengan pertehan, antara lain: Pabrik-pabrik teh baik inti maupun non-inti, TP3D II, Wakil Kelompok Tani, UUPT, aparat PEMDA dan DISBUN. Sejauh ini tidak terjadi perbedaan harga yang menyolok, perbedaan harga hanya disebabkan oleh perbedaan kualitas pucuk. Adapun beberapa hal yang menyebabkan terjadinya penjualan keluar inti diantaranya adalah: pembayaran yang tidak kontan dari pihak inti, alasan belum konversi, menghindari potongan-potongan penjualan untuk keperluan rumahtangga dan pemeliharaan tanaman pra produktif, harga beli inti lebih rendah dan kerancuan perhitungan dari pihak UUPT.
PERKEMBANGAN DAN PEMILIHAN PRIORITAS JENIS INDUSTRI HILIR TEH INDONESIA ROHAYATI SUPRIHATINI
SOCA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian Vol. 4, No. 3 November2004
Publisher : Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jalan PB.Sudirman Denpasar, Bali, Indonesia. Telp: (0361) 223544 Email: soca@unud.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (63.481 KB)

Abstract

The pusposes of this study are to understand development of tea down-stream industries inIndonesia and to select the priority of those industries type to be developed. ComparativePerforma Index (CPI) analysis and Eickenrode weighting method was applied. The resultsshowed that the development of tea down-stream industries in Indonesia in the 1998-2001period tend to increase. The typical of tea down-stream industries that could be prioritizedconsecutively for their development were as followed: (1) extract tea, (2)packing and bulkblack tea, and (3) ready to drink with tea aroma. Those mentioned industries, therefore,should get good facilities and services from the government in dealing with licensing, fundingand taxation.
SELERA PASAR TEH RUSIA TERHADAP TEH HITAM ORTHODOX CURAH ROHAYATI SUPRIHATINI
SOCA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian Vol. 4, No. 2 Juli 2004
Publisher : Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jalan PB.Sudirman Denpasar, Bali, Indonesia. Telp: (0361) 223544 Email: soca@unud.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (78.564 KB)

Abstract

A study on tea market preference is required in order to increase market share of Indonesiantea in Russian Federation. Russian Federation market prefers a medium grown tea, whichdominate broken grade (91%). Minimum requirement for all organoleptic attributes(appearance, taste, colour, flavour, and infused leaf) is medium score. Most of tea deffects arenot accepted are only main deffects. Packaging, delivery, and payment method prefer arepaper sack, Free on Board (FOB), and Letter of Credit (L/C), respectively.