Masrukhin Muhsin
UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Holistic Al-Hadis : Jurnal Studi Hadis, Keindonesiaan, dan Integrasi Keilmuan

Memahami Hadis Nabi dalam Konteks Kekinian: Studi Living-Hadis Masrukhin Muhsin
Holistic al-Hadis Vol 1 No 1 (2015): January - June 2015
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v1i1.880

Abstract

Living-hadis is the comprehension of hadis under the level of practice. Based on this, the shift of what Fazlur Rahman initiates does not differ all the way around from the study of living-hadis. Such comprehensions reflected in the level of practise, however, in some cases do not correspond with how others understand the hadis in question, but more reflect the contexts of different societies, which is to say, the cotextual comprehension. Any textual and contextual comprehension of hadis which is reflected in the level of practice within any society can be regarded to as living-hadis.
METODE BUKHARI DALAM AL-JAMI’ AL-SHAHIH: Tela’ah atas Tashhih dan Tadh’if menurut Bukhari MASRUKHIN MUHSIN
Holistic al-Hadis Vol 2 No 2 (2016): Juli - Desember 2016
Publisher : Jurusan Ilmu Hadis Fakultas Ushuluddin, Dakwah dan Adab UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32678/holistic.v2i2.953

Abstract

Bukhari adalah satu-satunya ahli hadits yang sangat hati-hati dalam menerima hadits, karena ia dikenal sangat teliti dan ketat dalam menverikasi hadits (al-Tashih wa al-Tadh’if). Baginya tidak cukup dikatakan sebuah hadits itu shahih jika tidak menjumpai langsung (al-Liqa’) dengan sumber asalnya (rawi atau gurunya). Metode yang dikembangkan Bukhari demikian menjadikan karya tulisnya al-Jami’ al-Shahih ditempatkan pada peringkat pertama dari kitab-kitab hadits lainnya. Metode yang dikembangkan Imam Bukhari dapat dilihat dari dua sisi: Pertama, dilihat dari penamaan kitabnya al-Jami’ al-Shahih, dan Kedua, langkah-langkah Bukhari dalam melakukan kajian dan penelitian (al-Istiqra) terhadap hadits. Bukhari hanya mengambil para perawi tingkatan pertama dari lima tingkatan murid al-Zuhri untuk diambil haditsnya. Dengan demikian baik syarat (syuruth al-Shihhah) hadits maupun tingkatan perawinya Bukhari tampaknya selalu mengambil kriteria yang tertinggi.