Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

KESANTUNAN BERBAHASA PADA NOVEL SANG PEMIMPI DAN EDENSOR KARYA ANDREA HIRATA Rizqi Utami Putri; Ali Masri; Nandang Heryana
Seminar Nasional Pendidikan Bahasa Indonesia Vol 2, No 1 (2018): SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
Publisher : Seminar Nasional Pendidikan Bahasa Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (132.514 KB)

Abstract

Masalah penelitian ini adalah bagaimanakah wujud dan strategi kesantunan berbahasa pada novel Sang Pemimpi dan Edensor karya Andrea Hirata. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan wujud dan strategi kesantunan berbahasa pada kedua novel tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat 64 ujaran wujud dan strategi kesantunan berbahasa yang terdapat pada novel Sang Pemimpi, dari 63 ujaran yang ditemukan terdapat enam bentuk wujud kesantunan berbahasa yaitu, (1) Pragmatik imperatif perintah, (2) Pragmatik imperatif suruhan (coba), (3) Pragmatik imperatif permintaan (tolong), (4) Pragmatik imperatif bujukan, (5) Pragmatik imperatif larangan, dan (6) Pragmatik imperatif pemberian ucapan selamat, juga ditemukan enam bentuk strategi kesantunan berbahasa meliputi, (1) Ketidaklangsungan tuturan, (2) Penggunaan kata sapaan, (3) Pemakaian kata basa-basi, (4) Pilihan jawaban, (5) Perkataan maaf, dan (6) Memuji lawan bicara. Hasil penelitian ini juga menunjukkan terdapat 64 ujaran wujud dan strategi kesantunan berbahasa pada novel Edensor, dari 64 ujaran yang ditemukan terdapat lima bentuk wujud kesantunan berbahasa yaitu, (1)Pragmatik imperatif perintah, (2) Pragmatik imperatif himbauan, (3) Pragmatik imperatif larangan (4) Pragmatik imperatif pemberian ucapan selamat, dan (5) Pragmatik imperatif anjuran, , juga ditemukan enam bentuk strategi kesantunan berbahasa meliputi, (1) Ketidaklangsungan tuturan, (2) Penggunaan kata sapaan, (3) Pemakaian kata basa-basi, (4) Pilihan jawaban (5) Perkataan maaf, dan (6) Memuji lawan bicara.
Exploring Lecturers’ Standpoints in Composing Digital Fiction and Students’ Multimodal Literacy Level Fiftinova Fiftinova; Nandang Heryana; Ida Rosmalina
Register Journal Vol 15, No 2 (2022): REGISTER JOURNAL
Publisher : IAIN Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18326/rgt.v15i2.264-283

Abstract

Multimodality which encourages the combination of text, image, sound, and videos could be varied from class to class. Multimodal literacy as a new dimension of literacy in the 21st century has emerged as a critical skill that EFL students must develop, given its role as a source of meaning in communication. The purpose of this study was to identify the level of students’ multimodal literacy and to identify lecturers’ standpoints on students’ multimodal literacy. This study was conducted both quantitatively and qualitatively and involved 71 EFL students who took creative writing subject in an English education program in one state university in South Sumatera. The data were collected by distributing a questionnaire from Bulut et al. (2015) and by interviewing 3 lecturers who taught the subject. Descriptive statistics and one-way ANOVA were used to determine mean, standard deviation and differences in terms of gender and classes with different lecturer; qualitative data were thematically analyzed to categorize the themes. The results indicated that students’ multimodal literacy level was categorized high as indicated by the mean of each aspect of questionnaire: 4.22, 4.11 and 3.6 respectively. There was no different level of multimodal literacy between male and female students, and different lecturers with different instructions did not influence the level.. Finally, the lecturers perceived positively to students’ multimodal literacy . Similarly, referring to the lecturers’ view, the students gave positive attitude towards multimodal writing and hence making their multimodal digital fiction successful. Keywords: Multimodal Literacy, Digital Fiction, Creative Writing, EFL
Ungkonan Keluarga Ulama Bebas Abad XIX Masehi: Analisis Temuan Nisan di Pasar 16 Ilir Palembang Hudaidah Hudaidah; Supriyadi Supriyadi; Nandang Heryana
Fajar Historia: Jurnal Ilmu Sejarah dan Pendidikan Vol 7 No 2 (2023): Fajar Historia: Jurnal Ilmu Sejarah dan Pendidikan
Publisher : Universitas Hamzanwadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29408/fhs.v7i2.21425

Abstract

Nisan, as a mark on the name of the person who died on the tomb, has important significance for the study of science because, behind the remains of the nisan, there is a variety of knowledge that reflects the social and cultural conditions of the religions. The discovery of a viral ancient nisan in the market area of 16 Ilir Palembang became important because the nisan is made of marble stone and the shape and motif are very interesting. Besides, this nisan was found in a location that was previously believed to be the area of Beringit Janggut, or Palembang Darussalam's Second Sultanate Palace. These findings need to be studied further to obtain more valid data, which is why the aim of this writing is to find out who owns the ancient nisan and how social and cultural conditions are described through such nisan findings. These issues will be studied using qualitative research with measures of data excavation, data processing, data analysis, and conclusion drawings. The results of this research can be known. Four nisan have names, days, dates, months, and years of Hijriah, and two without a name’s. This ungkonan represents a family of free scholars who are visible from the name and motive of nisan. Nisan identifies the sociocultural life of its owner.Nisan sebagai penanda atas nama orang yang meninggal pada makam, memiliki makna penting bagi kajian ilmu pengetahuan karena dibalik tinggalan nisan tersebut terdapat berbagai pengetahuan yang mencerminkan kondisi sosial dan budaya dari ungkonan tersebut.  Temuan nisan kuno viral di kawasan pasar 16 Ilir Palembang, menjadi penting karena nisan tersebut terbuat dari batu marmer dan bentuk serta motifnya sangat menarik, selain itu nisan ini ditemukan pada lokasi yang dulunya diperkirakkan kawasan kuto Beringit Janggut atau Istana Kesultanan Palembang Darussalam yang ke dua. Temuan ini perlu dikaji lebih lanjut untuk mendapatkan data yang lebih valid, yang menjadi tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengetahui siapa pemilik nisan kuno dan bagaimana kondisi social dan budaya yang terdiskripsi melalui temuan nisan-nisan tersebut.  Permasalahan ini akan dikaji dengan menggunakan penelitian kualitatif dengan langkah-langkah penggalian data, pengolahan data, analisa data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini dapat diketahui empat nisan memiliki nama, hari, tanggal, bulan dan tahun Hijriah dan dua tanpa ada nama. Ungkonan ini merupakan keluarga ulama bebas yang terlihat dari nama dan motif nisan. Nisan mengidentifikasi kehidupan sosial budaya pemiliknya.