Susan santi
STAI NW Samawa

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Islam: PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM Susan santi
Al-Munawwarah : Jurnal Pendidikan Islam Vol. 8 No. 1 (2016): Maret
Publisher : LP3M Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Wathan SAMAWA SUMBAWA BESAR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (479.474 KB)

Abstract

Pendidikan Islam adalah proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan yang mengangkat derajat kemanusiaannya sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarnya (pengaruh dari luar). Pendidikan yang benar adalah yang memberikan kesempatan kepada keterbukaan terhadap pengaruh dari dunia luar dan perkembangan dari dalam diri anak didik. Dengan demikian, barulah fitrah itu diberi hak untukmembentuk pribadi anak dan dalam waktu bersamaan faktor dari luar akan mendidik dan mengarahkan kemampuan dasar anak. Oleh karena itu, pendidikan secara operasional mengandung dua aspek, yaitu aspek menjaga atau memperbaiki dan aspek menumbuhkan atau membina. a). Metode, meliputi: metode keteladanan, metode pendidikan dengan latihan dan pengamalan, mendidik melalui (nyanyian, cerita, dan permainan),dan lain sebagainya. b). Kurikulum mencakup beberapa pokok-pokok pendidikan yang harus diberikan kepada anak, yang meliputi seluruh ajaran Islam yang secara garis besar dapat dikelompokan menjadi tiga, yakni pendidikan akidah, pendidikan ibadah, pendidikan akhlak. Semua itu disesuaikan dengan usia masing-masing anak. c). Evaluasi pada anak usia dini mencakup Portofolio, penugasan, hasil karya. Dalam konsep dasar pendidikan anak usia dini menekankan untuk mengoptimalkan perkembangan anak dan memenuhi karakteristik anak yang merupakan individu yang unik, yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang berbeda, maka perlu dilakukan usaha yaitu dengan memberikan rangsangan-rangsangan, dorongan-dorongan dan dukungan kepada anak. Kata Kunci : Anak Usia Dini, Pendidikan Islam
Peranan Keluarga dalam Pembentukan Karakter Anak Susan santi
Al-Munawwarah : Jurnal Pendidikan Islam Vol. 8 No. 2 (2016): September
Publisher : LP3M Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Wathan SAMAWA SUMBAWA BESAR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (342.914 KB) | DOI: 10.12345/al-munawwarah.v8i2.3252

Abstract

Pendidikan dalam keluarga mempunyai peran yang strategis dan amat menentukan pencapaian mutu sumber daya manusia. Penyelenggaraan pendidikan keluarga tidak sekedar berperan sebagai pelaksana yang bersifat rutin dan alamiah, melainkan berperan sebagai pengelola yang bertanggung jawab dalam meletakkan landasan, bobot arah dan pola-pola kehidupan anak. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana Peran Keluarga dalam Pendidikan Anak. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini bahwa peran keluarga dalam pendidikan anak, yaitu keluarga menganggap bahwa pendidikan sangat penting bagi anak. Oleh karena itu peran keluarga sangat mempengaruhi pendidikan anak meliputi pendidikan formal, informal, dan non formal. Pendidikan formal, peran orang tua dalam memotivasi dengan cara menemani dan mengingatkan anak-anaknya dalam belajar. Pendidikan informal, penanaman proses sosialisasi dalam keluarga sangat mempengaruhi perilaku anak baik di lingkungan masyarakat maupun sekolah. Orang tua mengajarkan sopan santun dan mengawasi pergaulan anak-anaknya dalam berinteraksi di lingkungan sekitar. Pendidikan non formal, meskipun dalam kondisi ekonomi seadanya, peran keluarga yang meliputi sosial, afeksi, status, perlindungan, dan ekonomi sebisa mungkin diberikan. Orang tua menanamkan norma agama yaitu mengajarkan sholat lima waktu dan mengaji. Selain itu, ada beberapa pola asuh yang diterapkan oleh oranng tua yaitu: pola asuh demokratis, pola asuh otoriter, dan pola asuh permisif. Hal itu sangat penting sebagai peranan orang tua dalam pendidikan anak.
Pengintegrasian Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran di Sekolah Susan santi
Al-Munawwarah : Jurnal Pendidikan Islam Vol. 9 No. 1 (2017): Maret
Publisher : LP3M Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Wathan SAMAWA SUMBAWA BESAR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (380.44 KB)

Abstract

Pendidikan adalah proses memanusiakan manusia, untuk meraih derajat manusia seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan. Pendidikan harus dapat menghasilkan insan-insan yang memiliki karakter mulia, di samping memiliki kemampuan akademik dan keterampilan yang memadai. Salah satu cara untuk mewujudkan manusia yang berkarakter adalah dengan mengintegrasikan pendidikan karakter dalam setiap pembelajaran. Nilai-nilai karakter utama yang harus terwujud dalam sikap dan perilaku peserta didik sebagai hasil dari proses pendidikan karakter adalah jujur (olah hati), cerdas (olah pikir), tangguh (olah raga), dan peduli (olah rasa dan karsa). Dalam tataran teori, pendidikan karakter sangat menjanjikan bagi menjawab persoalan pendidikan di Indonesia. Namun dalam tataran praktik, seringkali terjadi bias dalam penerapannya. Tetapi sebagai sebuah upaya, pendidikan karakter haruslah sebuah program yang terukur pencapaiannya. Membentuk siswa yang berkarakter bukan suatu upaya mudah dan cepat.Hal tersebut memerlukan upaya terus menerus dan refleksi mendalam untuk membuat rentetan Moral Choice (keputusan moral) yang harus ditindaklanjuti dengan aksi nyata, sehingga menjadi hal yang praktis dan reflektif.Diperlukan sejumlah waktu untuk membuat semua itu menjadi custom (kebiasaan) dan membentuk watak atau tabiat seseorang.Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan pemuatan nilai-nilai karakter dalam semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.
Pola Asuh Orang Tua dan Guru dalam Perkembangan Moral pada Anak Usia Dini Susan santi
Al-Munawwarah : Jurnal Pendidikan Islam Vol. 9 No. 2 (2017): September
Publisher : LP3M Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Wathan SAMAWA SUMBAWA BESAR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (527.458 KB)

Abstract

Perkembangan anak akan efektif, jika pengasuhan yang diterapkan oleh orang tua dan guru dapat dilakukan bersama-sama. Sehingga apa yang diharapkan oleh orang tua dan guru dapat terlaksana dengan baik, terutama pengasuhan dalam perkembangan moral pada anak usia dini. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan dua sumber data, yaitu data primer dan data sekunder. Adapun teknik dalam pengumpulan data, yaitu: 1). Metode observasi, 2). Metode wawancara, dan 3) Metode dokumentasi. Berdasarkan pembahasan yang dipaparkan, maka hasil penelitian dapat diketahui bahwa: 1). Pola asuh orang tua di rumah dalam perkembangan moral anak cenderung kepada pola asuh demokratis. Namun, selain pola asuh demokratis, ada juga yang menggunakan pola asuh otoriter dan pola asuh permisif.Di samping itu, terlihat jelas bahwa bentuk pola asuh demokratislah yang paling dominan diterapkan oleh orang tua di rumah. Sedangkan pola asuh guru di sekolah, yaitu guru menggunakan beberapa pendekatan pembelajaran dan metode pembelajaran dalam proses belajar mengajar di kelas yang di sesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangan anak. Kerjasama orang tua dan guru sangat diperlukan dalam pengasuhan anak, terutama dalam perkembangan moral anak baik di rumah maupun di sekolah.Hal itu dilakukan, agar terjadi kesinambungan antara pola asuh guru di sekolah dan orang tua di rumah.Adapun bentuk kerjasama yang dilakukan yaitu, dengan membentuk HKO (Hari Konsultasi Orang Tua), KPO (Kelompok Pertemuan Orang Tua), dan kunjungan rumah.
Posisi Akal dan Nafsu dalam Islam serta Peranannya dalam Pendidikan Islam Berdasarkan Surat Ali-Imran Ayat 190-191 dan Surat Shad Ayat 26 Susan santi
Al-Munawwarah : Jurnal Pendidikan Islam Vol. 10 No. 2 (2018): September
Publisher : LP3M Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Wathan SAMAWA SUMBAWA BESAR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (617.627 KB)

Abstract

Akal adalah daya pikir yang digunakan untuk memahami sesuatu dan sebagainya, sekaligus sebagai kecerdasan praktis dalam menyelesaikan permasalahan, yang identik dengan memahami kekuatan pikiran untuk memahami sesuatu baik itu lingkungan alam dan fenomena alam pada umumnya berdasarkan surat Ali Imran ayat 190-191. Sedang nafsu adalah sifat tercela yang melahirkan keburukan sebagai pusat potensi marah dan sahwat pada manusia. Manusia sebagai pelaku dan sasaran pendidikan memiliki alat yang dapat digunakan untuk mencapai kebaikan dan keburukan. Alat yang dapat digunakan untuk mencapai kebaikan adalah hati nurani akal ruh dan sir. Sedang alat yang dapat digunakan untuk mencapai keburukan adalah hawa nafsu. Dan kajian terhadap akal dan hawa nafsu ini menjadi penting artinya, mengingat dampak yang ditimbulkan dari kedua potensi tersebut bagi kehidupan manusia amat besar. Jenis penelitian yang dilakukan adalah library research (penelitian kepustakaan), yaitu serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, yakni dengan membaca, mencatat serta mengolah bahan penelitian. Penelitian ini akan menganalisa data-data tafsir Al-qur’an, Hadist dan Buku-buku yang relevan, jurnal atau makalah, Artikel-artikel dari internet yang memiliki hubungan dengan posisi akal dan hawa nafsu dalam islam serta peranannya dalam pendidikan islam surat ali imran ayat 190-191dan surat shad ayat 26. Dalam penelitian ini, peneliti berharap agar hasil penelitian ini memberikan konstribusi, manfaat dan ilmu baru tentang Posisi akal Dan Nafsu Dalam Islam Serta peranannya Dalam Pendidikan Islam.Sehingga kita dapat mengendalikan hawa nafsu syahwat yang berpusat diperut dan hawa nafsu amarah yang berpusat di dada dengan alat yang dapat digunakan untuk mencapai kebaikan yaitu hati nurani akal,ruh,dan sir.
Kesetaraan Gender dalam Perspektif Al-Qur'an Susan santi
Al-Munawwarah : Jurnal Pendidikan Islam Vol. 11 No. 1 (2019): Maret
Publisher : LP3M Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Wathan SAMAWA SUMBAWA BESAR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (853.475 KB) | DOI: 10.12345/al-munawwarah.v11i1.3485

Abstract

Sejarah menunjukkan bahwa perempuan pada masa awal islam mendapat penghargaan tinggi. Islam mengangkat harkat dan martabat perempuan dari posisi yang kurang beruntung pada zaman jahiliyah. Di dalam al-Qur’an persoalan kesetaraan laki-laki dan perempuan ditegaskan secara eksplisit. Meskipun demikian, masyarakat muslim secara umum tidak memandang laki-laki dan perempuan secara setara. Akar medalam yang mendasari penolakan dalam masyarakat muslim adalah keyakinan bahwa perempuan adalah makhluk Allah SWT yang lebih rendah karena diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok. Selain itu, perempuan dianggap sebagai makhluk yang kurang akalnya sehingga harus selalu berada dalam bimbingan laki-laki. Akibatnya, produk-produk pemikiran islam sering memposisikan perempuan sebagai subordinat. Kenyataan ini tentu sangat memprihatinkan, karena islam pada prinsipnya menjunjung tinggi kesetaraan dan tidak membedakan manusia berdasarkan jenis kelamin. Oleh karena itu, doktrin maupun pandangan yang mengatasnamakan agama yang sarat dengan praktik diskriminatif sudah selayaknya dikaji ulang, jika ingin islam tetap menjadi rahmat bagi seluruh alam. Analisis gender lebih tepatnya adalah memilah kekuatan yang menciptakan atau melanggengkan ketidakadilan dengan mempertanyakan siapa berbuat apa, siapa memiliki apa, siapa yang diuntungkan dan siapa yang dirugikan, siapa yang memutuskan, laki-laki atau perempuan? Kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam sebuah keluarga, bukan berarti memposisikan laki-laki dan perempuan harus diperlakukan sama. Memperlakukan laki-laki dan perempuan secara sama dalam semua keadaan justru menimbulkan bias gender. Memperlakukan sama antara laki-laki dan perempuan dalam kerja rumah tangga pada satu keadaan, misalnya, suami juga berkewajiban mengurus anaknya, sama halnya isteri memiliki kewajiban mengurus anaknya. Artinya, kewajiban mengurus anak tidak mutlak menjadi kewajiban isteri semata, tetapi merupakan kewajiban bersama.
Implementasi Manajemen Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru Susan santi
Al-Munawwarah : Jurnal Pendidikan Islam Vol. 11 No. 2 (2019): September
Publisher : LP3M Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Wathan SAMAWA SUMBAWA BESAR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35964/al-munawwarah.v11i2.3771

Abstract

Sebuah manajemen yang baik akan menghasilkan sebuah kualitas yang baik juga. Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin harus dapat mengatur semua yang ada dalam lingkungan sekolah tersebut agar berjalan dengan baik. Keberhasilan sekolah tergantung dari manajemen kepala sekolahnya. Adapun pendekatan dan metode penelitian ini adalah kualitatif yaitu penelitian yang berfokus pada fenomena empirik secara alamiah dan dianalisis dengan menggunakan logika berpikir ilmiah. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh melalui observasi, wawancara, dokumentasi, dan triangulasi. Analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data kemudian merumuskan kesimpulan hasil penelitian yang dilakukan. Ada empat temuan dalam penelitian ini, yaitu: 1). Perencanaan kepala madrasah dalam pembinaan kinerja guru yakni menyediakan berbagai fasilitas dan sarana yang mendukung bagi guru dalam menjalankan tugasnya, pembinaan melalui pendidikan dan pelatihan, pembinaan melalui organisasi keguruan yaitu MGMP, pembinaan melalui supervisi kelas, pembinaan melalui rapat serta pembinaan tugas secara individual. 2). Pengorganisasian yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam pembinaan kinerja guru dilaksanakan dengan memposisikan dan membagi tugas dan tanggung jawab guru dalam mengajar sesuai dengan bidang keahlian dan kualifikasi akademiknya dan menjalin hubungan kerja sama dengan seluruh stakeholder madrasah dan dan pihak lain dalam melaksanakan kegiatan pembinaan kinerja guru. 3). Pelaksanaan pembinaan kinerja guru yang dilakukan kepala sekolah telah terealisasikan sesuai dengan rencana yang telah disusun yakni pembinaan melalui rapat dan pembinaan tugas, pendidikan dan pelatihan, memfasilitasi sarana dan prasarana yang menunjang proses belajarmengajar, melalui organisasi pendidikan, memberikan reward dan funishment serta melakukan supervisi dengan tujuan untuk menumbuhkan kesadaran kinerja guru dan terus berupaya mengembangkan kemampuan dalam melaksanakan tugasnya dan kewajibannya. 4). Pengawasan terhadap kinerja guru yang dilakukan Kepala sekolah yakni dilakukan seiring dengan pelaksanaan suatu program dan bersifat preventif dengan tujuan membantu guru-guru untuk mempersiapkan diri bila menghadapi suatu masalah dan akan membantu guru dalam menjaga loyalitas dan meningkatkan profesionalisme melalui supervise dan pemantauan rutin terhadap tugas dan tanggungjawab guru di sekolah.