This Author published in this journals
All Journal Hemera Zoa
. Yuriati
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

AEVI-12 Investigasi Kematian Sapi Potong di Desa Banjararum Kalibawang Kulonprogo Tahun 2017 Estu Widodo; . Yuriati; . Hariah
Hemera Zoa Proceedings of the 20th FAVA & the 15th KIVNAS PDHI 2018
Publisher : Hemera Zoa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (650.687 KB)

Abstract

Sapi potong merupakan ternak ruminansia besar yang berperan penting sebagai penghasil daging peringkat tertinggi nasional (Puslitbangnak, 2000). Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta yang ikut berperan dalam pencapaian target swasembada daging. Terdapat beberapa penyakit yang menyerang ternak di kabupaten Kulon progo dan berpotensi besar terhadap kegagalan pencapaian program peternakan. Salah satu penyakit hewan yang muncul di tahun 2017 adalah penyakit antraks (Purbadi,2017). Tujuan kegiatan ini adalah untuk menyelidiki kasus kematian sapi yang terjadi di Dusun Klepu Banjararum Kalibawang  Kulon Progo, dan mengidentifikasi faktor penyebab, sumber penularan serta merumuskan rekomendasi langkah-langkah pengendalian.
AEVI-17 Investigasi Outbreak Anthrax di Kabupaten Kulon Progo Tahun 2017 Indarto Sudarsono; Bagoes Poermadjaa; Ully Indah Apriliana; Anton Handoko; . Yuriati
Hemera Zoa Proceedings of the 20th FAVA & the 15th KIVNAS PDHI 2018
Publisher : Hemera Zoa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (442.181 KB)

Abstract

Pada tanggal 10 Januari 2017 Balai Besar Veteriner Wates mendapatkan laporan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo tentang adanya kasus beberapa orang sakit kulit dengan gejala luka dengan bagian tengah berwarna kehitaman, dan ada bagian yang melepuh, dugaan sementara gigitan serangga tomcat. Dengan informasi tersebut BBVet Wates langsung membentuk tim untuk kunjungan ke lapangan. Tujuan untuk mengetahui penyebab dari penyakit tersebut. Metode melakukan kunjungan langsung ke lokasi kasus, pengambilan sampel dan pengujian laboratorium. Hasil dan pembahasan bahwa orang yang pernah terkena kasus penyakit kulit tersebut sejumlah 14 orang di 3 dusun yakni, Dusun Ngaglik, Penggung dan Ngroto, dusun yang sempat dikunjungi adalah dusun Ngaglik, semua penderita di desa Ngaglik telah sembuh walaupun meninggalkan bekas luka. Hasil wawancara dengan Kepala Dukuh Ngaglik dan beberapa orang penderita diperoleh data kematian ternak sejak bulan Nopember 2016 hingga tanggal 10 Januari 2017 sejumlah 1 ekor sapi dan 13 ekor kambing. Gejala kambing sebelum mati beberapa tidak diketahui, beberapa menunjukkan gejala kejang. Hasil kultur anthrax dari sampel tanah di 2 tempat pemotongan paksa dan sampel sisa daging kambing dari refrigerator dengan nomor epid 0032/01/2017, hasil uji tanah dengan kultur dan PCR menunjukkan hasil positif Bacillus anthracis, sedangkan hasil uji drift daging menunjukkan kultur negatif Bacillus anthracis, akan tetapi dengan uji PCR positif anthrax patogen.
AEVI-21 Investigasi Outbreak Anthrax di Kecamatan Girimulyo Kabupaten Kulon Progo pada Tahun 2017 Purbadi Drajat; . Yuriati; I Sudarsono
Hemera Zoa Proceedings of the 20th FAVA & the 15th KIVNAS PDHI 2018
Publisher : Hemera Zoa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (473.554 KB)

Abstract

Anthrax merupakan penyakit yang disebabkan oleh Bacillus anthracis. Penyakit anthrax merupakan peyakit Zoonosis. Kuman Anthrax yang jatuh di tanah, pada kondisi lingkungan yang kurang baik akan membentuk spora. Spora anthrax ini tahan hidup 15 sampai 20 tahun bahkan di laboratorium bisa tahan hidup 50 tahun (Akoso, 2009), sehingga menjadi sumber penularan bagi manusia atau hewan.Penyakit anthrax secara geografis telah menyebar di seluruh dunia dari benua Afrika, Asia, Eropa, Amerika dan Australia. Kejadian penyakit anthrax di Indonesia sudah sejak jaman penjajahan Belanda, tepatnya pada tahun 1884 di daerah Teluk Betung Lampung. Penyakit ini kemudian menyebar hampir ke seluruh wilayah Indonesia, sampai bulan Oktober 2016 kejadian anthrax di Indonesia telah terjadi pada 22 provinsi sedangkan provinsi yang bebas anthrax sejumlah 7 provinsi (Kementerian Pertanian, 2016).