Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Perancangan Arsitektur Ramah Lingkungan: Pencapaian Rating Greenship GBCI Tjetjeng Sofjan Surjana; . Ardiansyah
JURNAL ARSITEKTUR Vol 3, No 2 (2013): Juni
Publisher : Universitas Bandar Lampung (UBL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (187.265 KB) | DOI: 10.36448/jaubl.v3i2.27

Abstract

The design of eco-friendly building has become imperative in anticipation of environmental degradation and climate change in the world. Indonesia already has institutions GBCI (Green Building Council of Indonesia) who does green building certification, but still very few (less than 5%) buildings that are certified according to criteria of green building. This paper aims to review the architectural design aspects of green building rating greenship in order to achieve the GBCI.Design analysis using empirical data with descriptive method is based on version 1.1 GBCI rating tools for new buildings especially in the design aspect. Feasibility study includes architectural design consists of a minimumlimit of building area, eco-friendly, environmental management, earthquake resistance, fire protection, accessibility and availability of information and data, is a basic requirement of Building Permit (IMB).Appropriate Land, Proportion Size & Quality green open space that aims to maintain or expand the city greenery to improve the quality of the microclimate, reduce CO2 and pollutants; prevent soil erosion, reduce the burden on the drainage system; maintain the balance of water and ground water systems.Criterion is the presence of a vegetation landscape area (softscape) that is free of the building structure and building simple structures garden (hardscape) above ground or below ground. Development / Revitalization which aim is to avoid construction in green areas and avoid opening new land. General accessibility facilities which aim is to encourage development in a place that al ready has network connectivity and increase the use of the building to facilitate the achievement of the community in carrying out daily activities and avoid the use of motor vehicles. Planning for public transport, pedestrian access and pedestrian paths for cycling and city parks, the purpose of the garden greenery maintain or expand the city to improve the quality of the microclimate, reduce CO2 and pollutants; prevent soil erosion, reduce the burden on the drainage system; maintain balance water balance and groundwater systems. So having micro climate comfort.Abstrak - Perancangan bangunan ramah lingkungan sudah menjadi keharusan dalam mengantisipasi kerusakan lingkungan dan perubahan iklim di dunia. Indonesia sudah memiliki lembaga GBCI (Green Building Council Indonesia) yang melakukan sertifikasi green building, tetapi masih sedikit sekali (kurang dari 5%) bangunan yang memiliki sertifikat sesuai kriteria bangunan ramah lingkungan. Paper ini bertujuan untuk meninjau aspek desain arsitektur gedung ramah lingkungan dalam rangka mencapai rating greenship GBCI. Analisis perancangan menggunakan data empiris dengan metode deskriptif berdasarkan rating tools GBCI versi 1.1. untuk bangunan baru khususnya pada aspek desain. Kajian perancangan arsitektur meliputi kelayakan terdiri dari batasan minimal luas bangunan yang ramah lingkungan, pengelolaan lingkungan, ketahanan gempa, pencegahan bahaya kebakaran, aksesibilitas dan ketersediaan informasi data, merupakan persyaratan baku ijin mendirikan bangunan (IMB). Tepat guna lahan, proporsi luas dan kualitas ruang terbuka hijau yang bertujuan untuk memelihara atau memperluas kehijauan kota untuk meningkatkan kualitas iklim mikro, mengurangi CO2 dan zat polutan; mencegah erosi tanah; mengurangi beban sistem drainase; menjaga keseimbangan neraca air bersih dan sistem air tanah. Tolak ukurnya adalah adanya area lansekap berupa vegetasi (softscape) yang bebas dari striktur bangunan dan struktur sederhana bangunan taman (hardscape) di atas permukaan tanah atau di bawah tanah. Pembangunan/revitalisasi kawasan yang bertujuan untuk menghindari pembangunan di lahan hijau dan menghindari pembukaan lahan baru. Fasilitas aksesibilitas umum yang bertujuan untuk mendorong pembangunan di tempat yang telah memiliki jaringan konektivitas dan meningkatkan pencapaian penggunaan gedung sehingga mempermudah masyarakat dalam menjalankan kegiatan sehari-hari dan menghindari penggunaan kendaraan bermotor. Merencanakan transportasi umum, akses pejalan kaki dan jalur pedestrian untuk bersepeda dan taman-taman kota. Tujuan dari taman tersebut untuk memelihara atau memperluas kehijauan kota untuk meningkatkan kualitas iklim mikro, mengurangi CO2 dan zat polutan; mencegah erosi tanah; mengurangi beban sistem drainase; menjaga keseimbangan neraca air bersih dan sistem air tanah. Sehingga memiliki kenyamanan iklim mikro.
Tinjauan Layout Stan Dan Sirkulasi Pada Bangunan Exhibition Di Jakarta Muhammad Syahroni; . Ardiansyah
JURNAL ARSITEKTUR Vol 4, No 2 (2014): Juni
Publisher : Universitas Bandar Lampung (UBL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2538.923 KB) | DOI: 10.36448/jaubl.v4i2.534

Abstract

Salah satu promosi yang efektif dalam memperkenalkan suatu produk ke pasar adalah dengan mengikuti atau mengadakan pameran. Pameran merupakan suatu bentuk usaha jasa pertemuan yang mempertemukan antara produsen dan pembeli, Adapun macam pameran itu adalah : show, exhibition, expo, pekan raya, fair, bazaar, pasar murah. Gedung exhibition di Jakarta saat ini telah banyak bermunculan, mulai dari skala kecil hingga skala besar. Seir ing zamannya, masyarakat telah sadar pentingnya diadakan pameran. Saat Event pameran diadakan; pengunjung stan telah ramai memadati gedung exhibition hal ini berpengaruh pada kenyamanan, baik sirkulasi maupun layout/penataan stan yang ada didalam gedung exhibition. Sehingga terjadinya desak-desakan antara pengunjung. Hal ini sering terjadi karena sempitnya jarak antar stan yang tidak standar dan tidak jelasnya alur sirkulasinya. Gedung exhibition Jakarta International Exhibition (JIE) dan Jakarta Convention Center (JCC) memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, penulis hanya mengambil 2 (dua) studi kasus menurut tingkat schedule terpadat dan event terbesar. Gedung Jakarta International Expo pada tahun 2014 memiliki agenda sebanyak 66 event baik Nasional maupun Internasional dan Jakarta Convention Center sebanyak 246 event tingkat nasional. sedangkan selain kedua gedung exhibition yang dipilih, gedung yang lainnya memiliki event dibawah JIE dan JCC.One of the effective promotions to introduce a product to market is to follow or exhibit. The exhibition is a form of the business services that bring together a meeting between producers and buyers. The kinds of exhibitions are: show, exhibition, expo, fair, and bazaar. Exhibition buildingin Jakarta today has sprung up, ranging from small scale to large scale. Nowadays, people have realized the importance of the exhibition. When the exhibition event held; crowded booth visitors have filled the exhibition and this affects the comfort for the circulation and layout / arrangement of booths that are in the exhibition building. So there is the stampede among visitors. This often happens because of the narrowness of the distance between nonstandard booth and unclear flow circulation. Exhibition buildings Jakarta International Exhibition (JIE) and the Jakarta Convention Center (JCC) have advantages and disadvantages of each. The author only takes two (2) case studies according to the level of the most populous and largest event schedule. Building Jakarta International Expo in 2014 has an agenda as much as 66 events both nationally and internationally and the Jakarta Convention Center 246 national-level events. Whereas besides the exhibition building is chosen, the other building has an event under JIE and JCC.
Pengaruh Pasir pada Pembuatan Beton Sikat di Dinding Rislan Syarif; . Ardiansyah
JURNAL ARSITEKTUR Vol 4, No 1 (2013): Desember
Publisher : Universitas Bandar Lampung (UBL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (368.238 KB) | DOI: 10.36448/jaubl.v4i1.458

Abstract

The use of natural stone floor and wall permeability can cause the impact natural building of buildings architecture. Concrete finishing comb is the use of small natural stone the comb after begin tobe dry stir up the surface in the form of small natural stone ( krikil ). Because the concrete comb is one of many types of natural stone used in buildings, especially in the assembly to the floor, but lets also be assembly on the wall. Installation on the wall is difficult job and should be done by an experienced person, stir mixture 1 pc : 2 sand : 3.5-4 krikil comb concrete is adequate in comparison to concrete employment comb. But the results of the experiment it was found that the installation of the concrete wall comb the sand influential role for successful employment comb concrete wall influential role enough sand to concrete employment outcomes comb . From the test results it was found that the greatest impact of sand for concrete up the comb , the sands of time are not suitable for the job Translucent concrete comb mounted on the wall , whereas sand Mount Sugih  and  Cape of Star has good properties for the installation of concrete brush on the floor and on the wall.Penggunaan bahan batu alam padadinding dan lantai bangunan dapat memyebabkan kesan alami pada bangunan arsitektur. Beton sikat adalah bentuk finishing yang menggunakan batu krikil yang di sikat setelah adukan perekatnya mulai mongering sehingga permukaannya berupa batu alam kecil-Jurnal Arsitektur Universitas Bandar Lampung, Desember 3 201 23kecil (krikil). Karena itu beton sikat merupakan salah satu dari jenis batu alam yang digunakan pada bangunan terutama pada pemasangan untuk lantai, tetapi memungkinkan juga di pasang pada permukaan dinding. Pemasangan pada dinding merupakan pekerjaan cukup sulit dan harus dikerjakan oleh orang yang berpengalaman, campuran adukan 1 pc : 2 pasir : 3,5-4 krikil beton sikat merupakan perbandingan yang cukup memadai dalam pekerjaan beton sikat. Tetapi dari hasil percobaan didapatkan bahwa pada pemasangan beton sikat dinding peranan pasir cukup berpengaruh untuk keberhasilan pekerjaan beton sikat dinding peranan pasir cukup berpengaruh untuk keberhasilan pekerjaan beton sikat tersebut. Dari hasil uji coba didapatkan bahwa jenis pasir berpengaruh besar untuk adukan beton sikat, pasir dari Kali Bening tidak cocok untuk pekerjaan beton sikat yang di pasang pada dinding, sedangkan pasir Gunung Sugih dan Tanjung Bintang mempunyai sifat yang baik untuk pemasangan beton sikat pada lantai maupun pada dinding.
Analisis Rancangan Norman Foster Pada Bangunan Chek Lap Kok Airport (Hong Kong) Dalam Konteks Arsitektur High-Tech . Ardiansyah
JURNAL ARSITEKTUR Vol 2, No 2 (2012): Juni
Publisher : Universitas Bandar Lampung (UBL)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1023.473 KB) | DOI: 10.36448/jaubl.v2i2.304

Abstract

Teknologi sering kali diartikan sebagai perwujudan dari imajinasi manusia, dimana hal yang tidak mungkin  dapat menjadi sebuah kenyataan. Hal ini dapat dibuktikan melalui penemuan-penemuan manusia yang memberikan dalam penggunaannya. Teknologi bagi seorang arsitek  sangat berarti, hal ini dikarenakan teknologi dapat menjadi salah satu pemecahan dalam perwujudan imajinasinya yang akan diterapkan pada hasil karyanya, berarti dengan teknologi seorang  arsitek dapat leluasa dan lebih berkembang dalam menciptakan sebuah hasil karya arsitektur yang spektakuler.Karya-karya besar seorang arsitek dapat terwujud dikarenakan adanya pendukung dan pengaruh dari kemajuan teknologi yang saat sekarang ini semakin canggih. Hal inilah yang menjadi motivasi sekelompok orang untuk mengembangkan pola pikir dan penggunaan teknologi.Norman Foster dalam mendesain unsur yang muncul dalam setiap karyanya yang identik dengan perkembangan teknologi, disamping itu kedua unsur tersebut dalam penggunaanya sangat tepat untuk efisiensi waktu dan biaya. Bagaimana ia dapat memanfaatkan kedua unsur material tersebut, yang berupa logam dan kaca menjadi suatu hasil karya yang berteknologi tinggi, karena kedua unsur tersebut tidak hanya di pakai pada desain-desainya tetapi juga banyak digunakan pada karya-karya arsitek yang lain.Walaupun logam dan kaca merupakan bahan-bahan bangunan yang biasa digunakan dalam karya arsitektur, namun ia mampu memamfaatkannya menjadi suatu tampilan yang mempunyai nilai tinggi karena ia sendiri juga mendesain pengolahan dari bahan-bahan tersebut hingga menjadi komponen-komponen bangunan yang nantinya akan menghasilkan suatu bangunan yang berteknologi tinggi.