Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Konsep Hijrah Kaum Millenial (Kajian Media dan Dakwah) Uswah Hasanah; Anna Aisa
Al-MUNZIR Vol 14, No 2 (2021): November 2021
Publisher : Institut Agama Islam Negeri Kendari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31332/am.v14i2.2711

Abstract

Hijrah menjadi fenomena dewasa ini. Banyaknya public figure yang berhijrah menjadi salah satu pendorong maraknya hijrah di tengah-tengah masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan konsep hijrah di kaum milenial, juga untuk mendeskripskan sumber referensi mereka tentang konsep hijrah. Kaum milenial, baik sebagai pengguna media aktif, juga sebagai kaum yang mencari jati diri. Objek penelitian artikel ini adalah mahasiswa semester VI pada Perguruan Tinggi Islam di Jawa Timur, Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan bentuk studi kasus. Data diperoleh dari hasil wawanca, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa sebagian kaum millennial memahami hijrah tidak hanya pada penggunaan simbol-simbol keagamaan, seperti mengenakan kerudung panjang, niqob, kaos kaki oleh kaum wanita ataupun mengenakan celana cingkrang dan jenggot oleh kaum adam,  tidak pula dipahami sebagai perpindahan tempat tinggal seperti yang dicontohkan oleh rosulullah  yaitu pindah dari Mekah ke Madinah. Pada hakikatnya, hijrah memiliki makna yang luas, hijrah dapat mencakup perubahan pola pikir dan perilaku dari yang sebelumnya jauh dari nilai-nilai agama menjadi pola pikir dan perilaku yang lebih dekat dengan nilai-nilai agama. Perbedaan persepsi pada kaum millennial disebabkan oleh sumber informasi yang mereka peroleh. Sebagian dari mereka memperoleh sumber informasi dari buku-buku referensi keagamaan, ceramah ustad di media sosial dan kajian-kajian di kampus yang rutin mereka ikuti.Kata Kunci: hijrah, kaum millennial, dakwah, media sosial
LAYANAN CYBERCOUNSELING PADA MASA PANDEMI COVID-19 Anna Aisa
Edu Consilium : Jurnal Bimbingan dan Konseling Pendidikan Islam Vol. 1 No. 2 (2020)
Publisher : State Islamic Institute of Madura.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.1905/ec.v1i2.3715

Abstract

Kondisi pandemi COVID-19 memaksa peralihan konseling tatap muka menjadi konseling daring (dalam jaringan) atau dalam istilah bimbingan dan konseling disebut cybercounseling. Terlebih lagi dengan adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dari pemerintah membuat kebutuhan konseling secara daring menjadi bertambah besar. Hal ini tentunya menjadi solusi saat permasalahan psikologis memerlukan penyelesaian dengan segera. Hanya saja sejauhmana layanan cybercounseling ini bisa diterapkan oleh konselor pendidikan pada masa pandemi COVID-19 menjadi hal yang perlu diperhatikan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana penerapan cybercounseling pada masa pandemi, serta bagaimana proses dan media yang dapat digunakan oleh konselor. Metode penelitian yang digunakan berupa studi kepustakaan, terutama pada beberapa buku dan artikel yang secara khusus membahas cybercounseling. Hasil penelitian menunjukan bahwa proses  cybercounseling kurang lebih sama dengan proses konseling secara tatap muka namun yang perlu dipehatikan yakni pada tahap persiapan mencakup tersedianya perangkattkerast (hardware) tdan tperangkat lunakt (software) tyangtmendukung dan memadai. Sedangkan media cybercounseling dapat berbentuktwebsite/situs, telephone/handphone, temail, tchat, tinstanttmessaging, tjejaring sosial dantvideo conferencing. Kelebihan dari cybercounseling ialah dapat diakses di mana saja pada waktu yang sesuai, konselortdapat mengjangkau paratkonseli secara lebih luas, Konselor dan konseli dapat melaksanakan konseling kapan dan dimana saja atas dasar kesepakatan bersama, Walaupun tanpa teramati isyarat verbal dan fisik, tetapi kebanyakan konseli lebih mudah dalam mencurahkan pikiran dan perasaan yang mereka rasakan. sedangkan kelemahannya adalah diagnosis yang dilakukan menjadi tidak akurat dan pemberian intervensi menjadi tidak efektif karena petunjuk dan arahan yang diberikan menjadi kurang spesifik dan informasi non verbal menjadi sulit untuk diberikan.
Self-Healing untuk Mengurangi Stres Akademik Mahasiswa saat Kuliah Daring Anna Aisa; Iswa Hasanah; Uswatun Hasanah; Sri Rizqi Wahyuningrum
Pamomong: Journal of Islamic Educational Counseling Vol 2, No 2 (2021)
Publisher : Program Studi BKPI IAIN Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18326/pamomong.v2i2.136-153

Abstract

The impact caused by the Covid-19 pandemic in the world of education in Indonesia is the changing pattern of lectures. Lecture activities that were originally face-to-face must switch to online lectures. This changing pattern of lecture approach triggers the emergence of academic stress in students. High academic stress can affect the mental and physical condition of students which has an impact on decreasing academic ability. One way to reduce student academic stress is self-healing. This study aims to figure out the contribution of self-healing in reducing student academic stress towards online lectures during the Covid-19 pandemic. This study is a qualitative research with descriptive type. Five subjects students of IAIN Madura were obtained by purposive method. Data were collected through interviews with the subjects and analyzed by the data explication method. The results showed that all five subjects experienced a decrease in academic stress levels after self-healing. For physical changes, the five subjects no longer feel weak, the body is getting healthier and not easily tired. Meanwhile, mentally, the five subjects were ready and responsive in participating the following online lectures, enthusiastic about doing the assignments given by the lecturer and keen to ask questions and find out any information on their own about learning materials and something that had not been understood yet. Besides self-healing, online learning needs to be supported by facilities and infrastructure, readiness and skills of lecturers so that academic stress on students can be avoided.