Edy Sunaryoto
SD Negeri 1 Semanding Kecamatan Jenangan, Ponoorogo, Jawa Timur

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

DIMENSI KUALITAS PENDIDIKAN DI INDONESIA Edy Sunaryoto
JOURNAL SCIENTIFIC OF MANDALIKA (JSM) Vol. 1 No. 2 (2020): September
Publisher : Institut Penelitian dan Pengembangan Mandalika Indonesia (IP2MI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36312/ jsm.v1i2.113

Abstract

Guru, sesungguhnya dan seharusnya, merupakan lapangan kerja profesi yang mampu melahirkan kepuasan dan kebahagiaan lahir batin. Orang tua, masyarakat luas dan pemerintah, menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat di lingkungannya. Dari tangan guru diharapkan akan terbentuk manusia-manusia Indonesia yang cerdas, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dengan kalimat lain dapat dinyatakan bahwa orang tua, masyarakat luas dan pemerintah memercayakan tugas mulia membentuk generasi bangsa Indonesia berkarakter emas kepada setiap guru di setiap lembaga pendidikan tempat mereka bertugas masing-masing. Untuk mewujudkan harapan semua pihak terhadap profesi guru, serta untuk menjadikan profesi guru sebagai lapangan kerja yang mampu melahirkan kepuasan dan kebahagiaan lahir batin, dibutuhkan kerja keras dan kreatifitas “luar biasa” dari seorang guru. Jika guru dalam melaksanakan tugas serta pekerjaan profesinya dengan standar kerja yang “biasa-biasa” saja, maka profesi guru yang mulia justru dikhawatirkan akan menghasilkan ketidakpuasan, ketidakbahagiaan, bahkan dapat menimbulkan nyeri psikologis berkepanjangan pada diri guru. Rasa ketidakpuasan, ketidakbahagiaan dan bahkan nyeri psikologis yang berkepanjangan akan dirasakan oleh guru apabila mengetahui prestasi hasil belajar peserta didiknya sangat rendah di semua ranah, baik aspek sikap, keterampilan maupun pengetahuan. Guru kecewa karena merasa semua jerih payahnya dalam mendidik, melatih dan mengajar peserta didik melalui proses pembelajaran di kelas, dianggap telah gagal tanpa makna