Hasnawati Nasution
Kantor Bahasa Lampung

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

TINDAK TUTUR DAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN ANAK BATITA Hasnawati Nasution
MABASAN Vol. 14 No. 2 (2020): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/mab.v14i2.404

Abstract

Seorang Anak mulai berkomunikasi dengan mengucapkan satu suku, dua suku kata dan akhirnya dapat mengungkapkan sebuah kalimat. Saat anak mulai berkomunikasi, dia ingin orang dewasa memahami maksudnya meskipun kata yang diucapkannya belum sempurna. Anak berusaha mengungkapkan keinginannya dengan segala keterbatasan pemerolehan bahasanya. Apakah orang disekitarnya memahami keingunan si anak? Bagaimanakah orang dewasa memahami kalimat tersebut sebagai permintaan, pertanyaan, atau pernyataan? Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis tindak tutur yang dilakukan oleh anak batita dan kemapuan komunikasi dalam hal ini proses percakapannya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data penelitian ini  adalah segala perkembangan pemerolehan bahasa anak baik berupa kata, frasa, kalimat, dan segala tindakan komunikasi anak sejak anak berusia 8 bulan hingga 34 bulan. Sampel penelitian ini adalah seorang anak bernama Bintang yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu. Data dikumpulkan menggunakan teknik rekam dan catat. Selanjutnya data dianalisis dengan mendeskripsikan kemapuan bahasa anak untuk mengetahui daya ilokusi sebagai akibat dari ujaran si anak. Data juga dianalisis untuk mengetahui pemerolehan kalimat dan kata pada anak, serta kemampuannya dalam memahami giliran berkomunikasi. Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa anak sudah mampu mengujarkan kalimat atau kata yang memiliki daya ilokusi berupa pernyataan, permintaan, dan perintah, serta telah menerapkan aturan giliran berbicara partisipan dalam sebuah percakapan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa anak batita telah mampu menerapkan perilaku tindak tutur dan memiliki kemampuan percakapan yang dapat dipahami oleh orang sekitarnya.
Pencemaran Nama Baik dalam Perspektif Linguistik Forensik Hasnawati Nasution
Kelasa Vol 14, No 1 (2019): Kelasa
Publisher : Kantor Bahasa Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/kelasa.v14i1.77

Abstract

This paper examines two uploads on social media whose alleged sentences contain elements of defamation. The method used in this study is qualitative, i.e., describing data to determine the elements that can defame someone. Determination of these elements requires forensic linguistic analysis that is using linguistic evidence in law enforcement efforts. This evidence can be analyzed using lexical, grammatical and pragmatic semantic studies that are part of forensic linguistic studies. Based on the analysis, it can be concluded that from the lexical semantic perspective, the word used in the uploaded sentence has a negative denotation meaning. Based on the grammatical semantic analysis the sentence means demeaning a group of people. Pragmatically, not being said by the uploader is an expressive illocutionary act, which is an expression of disappointment and anger. In addition, the sentence uploaded to the account is also provocative, namely inviting the public to follow the uploader's opinion. Expressive illocutionary acts lead to acts of perlocution on the speech partners mentioned in the sentence. The act of occlusion is in the form of anger from community groups or individuals referred to in uploads. AbstrakMakalah ini mengkaji dua unggahan di media sosial yang diduga kalimatnya mengandung unsur pencemaran nama baik.  Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif, yakni mendekripsikan data untuk menentukan unsur-unsur yang dapat mencemarkan nama baik seseorang. Penentuan unsur tersebut memerlukan analisis linguisik forensik yakni menggunakan bukti kebahasaan dalam upaya penegakan hukum. Bukti tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan kajian semantik leksikal, semantik gramatikal, dan pragmatik yang merupakan bagian dari kajian linguistik forensik. Berdasarkan analisis yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa dari sudut pandang semantik leksikal, kata yang digunakan pada kalimat yang diunggah tersebut memiliki makna denotasi yang negatif. Berdasarkan analisis semantik gramatikal kalimat tersebut bermakna merendahkan sekelompok masyarakat. Secara pragmatik, tidak tutur yang dilakukan oleh penggunggah adalah tindak ilokusi ekspresif, yakni ekspresi kekecewaan dan kemarahan. Selain itu, kalimat yang diunggah pada akun tersebut juga bersifat provokatif, yakni mengajak masyarakat mengikuti pendapat si pengunggah.  Tindak ilokusi ekspresif menimbulkan tindak perlokusi pada mitra tutur yang disebut dalam kalimat tersebut. Tindak perlokusi itu berupa kemarahan kelompok masyarakat atau individu yang disebut di dalam unggahan.
Uji Keaslian Surat Tanah Dalam Persfektif Linguisik Forensik Hasnawati Nasution
IJFL (International Journal of Forensic Linguistic) Vol. 1 No. 1 (2020)
Publisher : Universitas Warmadewa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1614.762 KB) | DOI: 10.22225/ijfl.1.1.1507.30-39

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menelaah keaslian surat perjanjian kepemilikan tanah. Ada dua pihak menatakan memiliki surat tanah tersebut. Salah satu pihak mengakui bahwa surat mereka yang sah karena surat tersebut dibuat pada tahun 1938. Namun, pihak lainnya menyatakan bahwa surat yang bertanggal 21 Maret 1938 itu palsu sehingga melaporkan penipuan dengan barang bukti surat tersebut. Oleh karena itu, salah satu pembuktian keaslian surat tersebut adalah telaah kebahasaan. Bahasa yang digunakan pada saat itu adalah bahasa Melayu dengan menggunakan ejaan Van Op Huisjen, karena sejak tahun tahun 1901 pemerintahan saat itu, pemerintah Belanda yang menjajah Indonesia menggunakan ejaan Van Ophuisjen sebagai ejaan resmi. Ejaan ini digunakan pada bahasa pemerintahan, sekolah, undang-undang, dan surat penting. Seharusnya surat yang diakui dibuat tahun 1938 menggunakan ejaan Van Ophuisjen karena ejaan tersebut satu-satunya ejaan yang digunakan untuk menuliskan bahasa Melayu masa itu. Dengan menggunakan data hasil studi, penelitian ini dianalisis dengan perspektif linguistik forensik. Setiap kata yang ada pada surat tersebut dianalisis dengan metode pandan intralingual untuk menemukan fakta kebahasaan tentang keaslian surat tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak kata dan penulisan pada surat tersebut tidak sesuai dengan ejaan Van Op Huisjen, antara lain kesalahan penulisan huruf /u/ yang seharusnya /oe/, /d/ seharusnya /dj/ dan /y/ yang seharungnya /j/. Selain itu, ditemukan juga kesalahan penulisan yang tidak ada aturannya pada ejaan van Ophuisjen yakni pada penulisan huruf /a/ yang ditulis dengan /ae/. Kesalahan penulisan juga ditemukan yakni beberapa kata yang muncul lebih dari satu kali, tetapi tidak penulisannya tidak dibuat secara konsisten.