Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

INTERAKSI MANUSIA TERHADAP BINATANG DI GUA BATTI A. Muh Saiful; Budianto Hakim
WalennaE Vol 14 No 1 (2016)
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3889.139 KB) | DOI: 10.24832/wln.v14i1.35

Abstract

Gua Batti terletak di Kecamatan Bontocani, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Keberadaan tulangfaunamenjadi data utama untuk menerangkan tingkah laku manusia yang mendiami Gua Batti.Adapun metode yang digunakan adalah pengumpulan data dengan ekskavasi dan identifikasi jenis fauna melaluipendekatan biologi. Kemudian data dieksplanasi dengan memperhatikan tingkah laku budaya dalamarkeologi. Deposit tulang di Gua Batti didominasi jenis binatang mamalia besar yang terdiri dari anoa danbabi serta menunjukkan kesamaan dengan jenis binatang lukisan pada dinding gua. Penghuni Gua Battiberburu binatang dan mengolah sisa makanannya sebagai artefak, melaksanakan ritual dan mengenal tabu.Gua Batti dihuni oleh dua pendukung kebudayaan yang berbeda dalam masa yang berbeda pula.
KOMPLEKS BANGUNAN MEGALITIK DI MANGKALUKU, LUWU UTARA Budianto Hakim
WalennaE Vol 2 No 1 (1999)
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2989.889 KB) | DOI: 10.24832/wln.v2i1.66

Abstract

Penelitian ini bersifat deskriftif dengan maksud untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk tinggalan megalitik di situs Mangkaluku  desa Dalimbu, kecamatan Sabbang kabupaten Luwu Utara. Melalui Analisis bentuk dan analogi yang digunakan, diketahui bahwa tinngalan -tinggalan megalitik di situs manggakluku berupa menhir, batu berlubang, dan batu bergores, dimana bentuk-bentuk gambar yang terdapat pada batu  bergores seperti bentuk tanduk, bnetuk matahari dan bunga, dan bentuk bulatan.
MATA PANAH BERGERIGI DARI SITUS PAMANGKULANG BATUA DAN BATANG MATASAPO, SULAWESI SELATAN Budianto Hakim
WalennaE Vol 3 No 1 (2000)
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1453.391 KB) | DOI: 10.24832/wln.v3i1.80

Abstract

Penelitian bersifat deskriptif  yang bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang Mata Panah bergerigi dari Situs Pammangkulang Batua dan Batang Matasapo. Melalui survei lapangan yang dilakukan ditemukan beberapa mata panah bergerigi dan tinggalan arkeologis lainnya. Berdasarkan data-data yang diperoleh, disimpulkan bahwa budaya Toala yang menghasilkan mata panah bergerigi tidak hanya didukung oleh manusia yang bermukim di gua-gua, tapi juga manusia yang bermukim di situs terbuka seperti yang terjadi di Situs Pammangkulang Batua dan Batang Matasapo.
INTERPRETASI LUKISAN HASIL SURVEI DI GUA POMINSA DAN SUGI PATANI, KABUPATEN RAHA, SULAWESI TENGGARA: LUKISAN MASA PRASEJARAH ATAU BUKAN? Budianto Hakim
WalennaE Vol 9 No 2 (2006)
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3141.313 KB) | DOI: 10.24832/wln.v9i2.179

Abstract

Leang Sakapao sebagai salah satu gua prasejarah di Sulawesi Selatan, menjadi perhatian dalam mengungkapkan tentang bagaimana aktivitas manusia pendukungnya tidak dapat terlepas dari usaha untuk merekonstruksi lingkungan aslinya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat kondisi lingkungan pada masa penghunian di era prasejarah. Metode yang digunakan berupa pengumpulan data pustaka dan pendataan situs yang dilanjutkan dengan analisis artefaktual dan non artefaktual serta interpretasi data. Hasil rekonstruksi lingkungan leang Sakapao dapat dikatakan bahwa untuk memahami dan mengungkap pola kehidupan manusia prasejarah pada jaman mesolitik, mengenai lingkungan merupakan faktor penentu.
MANAJEMEN SUMBERDAYA BUDAYA KOTA MAKASSAR “MENUJU STATUS KOTA DUNIA” Budianto Hakim
WalennaE Vol 10 No 2 (2008)
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2652.285 KB) | DOI: 10.24832/wln.v10i2.195

Abstract

Era Millenium ditandai dengan dunia yang semakin bordeless. Kota-kota di dunia berlomba meraih World Status, dalam perjuangan merebut status kota dunia maka kota harus berdaya tarik kuat untuk membangun citra dirinya. Kota-kota tersebut bersaing adu pamor yang digali dari perjalanan sejarah kota, bangsa dan Negara. Kota yang melestarikan dan mendayagunakan peninggalan arkeologisnya, khususnya bangunan bersejarah sebagai sebuah ciri, citra dan lambang kebanggaan kotanya. Sejalan dengan itu, lalu apa dengan kota Makassar?. Tujuan dari tulisan ini, untuk mencari jatidiri Makassar di masa lalu. Metode yang digunakan diantaranya, pengumpulan data dan pengklasifikasian data yang kemudian diinterpretasi untuk menghasilkan kesimpulan. Hasil dari penulisan ini bahwa kompleksitas konflik kepentingan yang terjadi di wilayah perkotaan bukanlah hal mudah untuk dijembatani. Perencanaan kota dalam hal ini pemerintah dan stekholdenta hendaknya duduk bersama untuk menciptakan sebuah kota yang memiliki suatu kesatuan sistem organisasi yang bersifat sosial, visual, maupun fisik yang terancang secara terpadu.
JEJAK AUSTRONESIA DI MAMASA, SULAWESI BARAT: KAJIAN TRADISI TUTUR, ETNOGRAFI, DAN ARKEOLOGIS Budianto Hakim
WalennaE Vol 11 No 1 (2009)
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4881.988 KB) | DOI: 10.24832/wln.v11i1.200

Abstract

Austronesian speakers do not just settle along Das Karama, Mamuju, but also spread to other mas in South and West Sulawesi. Austronesian settlers spread into a number of places due to several factors, including factors of land, security and others. Landscape of a residence be the deciding factor, because the community is Austronesian farming communities that require land suitable for agricultural development, especially domestication tubers, grains and livestock. From the safety factor, the possibility of migration of one group to another, for trying to protect the group from other groups attack.Penutur Austronesia tidak hanya berdiam di sepanjang Das Karama, Kabupaten Mamuju, tetapi juga menyebar ke daerah lainnya di Sulawesi Selatan dan Barat. Pemukim Austronesia menyebar ke sejumlah tempat karena beberapa faktor, termasuk faktor alam, keamanan dan lainnya. Lansekap tempat tinggal menjadi faktor penentu, karena masyarakat Austronesia adalah masyarakat petani yang membutuhkan tanah yang cocok untuk pengembangan pertanian, terutama domestikasi umbi-umbian, padi-padian dan ternak. Dari faktor keamanan, kemungkinan migrasi dari satu kelompok ke kelompok lain, untuk mencoba melindungi kelompok dari kelompok lain. 
THE EARTHENWARE FROM ALLANGKANANGNGE RI LATANETE EXCAVATED IN 1999 David Bulbeck; Budianto Hakim
WalennaE Vol 11 No 2 (2009)
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2133.154 KB) | DOI: 10.24832/wln.v11i2.211

Abstract

Situs Allangkanangnge ri Latanete, Wajo adalah pusat Kerajaan Bugis kuno sekitar abad ke 13-17 Masehi. Selain sebagai pusat kerajaan, situs ini juga menjadi pemukiman yang cukup padat dengan bukti temuan fragmen gerabah dan keramik vang cukup padat, baik yang ditemukan di permukaan situs maupun dalam penggalian arkeologi. Khusus temuan fragmen gerabah yang sudah dianalisis, menunjukkan adanya beberapa jenis (teknik pembuatan, dekorasi dan bahan) yang sebagian besar diyakini sebagai produksi lokal, namun sebagian di antaranya adalah gerabah inpor (mungkin dari Jawa atau Sumatera?). Salah satu jenis gerabah yang dianalisis adalah gerabah dari bahan tanah liat berwarna coklat susu (agak putih), halus dan tipis serta hiasan menyerupai anyaman dengan pola teratur pada permukaan luar gerabah (mungkin bekas tempelan kain?). Gerabah jenis ini diberi nama gerabah biskuit dan diperkirakan sebagai produksi lokal masyarakat Bugis kuno. Selain ditemukan di situs Allangkanangnge, gerabah jenis ini juga ditemukan dibeberapa situs di wilayah Kerajaan Luwu kuno.
KEHIDUPAN PRASEJARAH DI WILAYAH JENEPONTO, SULAWESI SELATAN: IDENTIFIKASI BERDASARKAN ARTEFAK LITIK (ALAT BATU) Budianto Hakim
WalennaE Vol 12 No 2 (2010)
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5843.469 KB) | DOI: 10.24832/wln.v12i2.234

Abstract

The set of findings splinter-bar in South Sulawesi are usually associated with human pres­ence with a custom sapiens living in a niche or cave and rock painting traditions developed (rock art). This sapiens human groups are also expected to expand its territory to areas acupation open field by the river. Although until now there has been no evidence of human stone tool industry supporters in Jeneponto, but with the discovery of stone tools is wide­spread in the region are strong evidence of prehistoric human presence in this region during a given. Himpunan temuan sempalan-bar di Sulawesi Selatan biasanya dikaitkan dengan kehadiran manusia sapiens yang hidup di ceruk atau gua dan tradisi lukisan batu yang dikembangkan (seni cadas). Kelompok manusia sapiens ini juga diharapkan memperluas wilayahnya ke daerah-daerah akupasi lapangan terbuka di tepi sungai. Meskipun hingga saat ini belum ada bukti pendukung industri alat batu manusia di Jeneponto, tetapi dengan ditemukannya alat-alat batu yang tersebar luas di wilayah tersebut merupakan bukti kuat keberadaan manusia prasejarah di wilayah ini selama diberikan.
TELAAH AWAL TEMBIKAR WAJO Muhammad Nur; Budianto Hakim
WalennaE Vol 12 No 2 (2010)
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1582.241 KB) | DOI: 10.24832/wln.v12i2.240

Abstract

Use of Wajo pottery in the past with a buffer area ceramic phenomenon that can not be ignored. The quality is very large pottery-making Wanua ancient Wanua very promising Wajo valuable data for the reconstruction of civilization in South Sulawesi. Human com­munities that inhabit a Wanua or in a larger context, call it the kingdom always has a different trend.Penggunaan tembikar Wajo di masa lalu dengan area persebaran fenomena keramik yang tidak bisa diabaikan. Kualitas tembikar yang sangat besar membuat Wanua-Wanua kuno sangat menjanjikan data berharga Wajo untuk rekonstruksi peradaban di Sulawesi Selatan. Komunitas manusia yang mendiami Wanua atau dalam konteks yang lebih luas, sebut saja kerajaan selalu memiliki tren yang berbeda.
POLA PIKIR DAN TINGKAH LAKU MANUSIA PRASEJARAH (TOALA?) DI SITUS GUA BATTI, BONTOCANI: BERDASARKAN VARIABILITAS TEMUAN ARKEOLOGIS Budianto Hakim
WalennaE Vol 13 No 1 (2011)
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5895.568 KB) | DOI: 10.24832/wln.v13i1.250

Abstract

Sejalan dengan tugas studi arkeologi, yaitu merekonstruksi kehidupan manusia pada masa lampau melalui hasil budaya yang ditinggalkan yang sampai pada kita. Untuk merekonstruksi pola hidup manusia prasejarah, belum ada keterangan tertulis yang dapat menuntun kita, yang tersedia hanyalah budaya yang berbentuk materi, seperti artefak (alat batu, gerabah, alat logam, alat tulang dll) makanan (tulang binatang, kerang, biji-bijian dll). Dari tinggalan budaya inilah sehingga dapat diketahui tahap-tahap perkembangan yang telah dicapai manusia. Artefak sebagai sarana yang digunakan masa lalu untuk memenuhi kebutuhan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Selain itu, artefak juga dapat memberikan gambaran tentang kegiatan sosial dan aktivitas masa lampau. Jadi melalui kegiatan penelitian, artefak maupun non-artefak yang kita temukan dapat memberikan gambaran tentang proses perkembangan budaya (cultur change) dari masa ke masa sebagai bahan perbandingan kebudayaan kita pada dewasa ini. In line with the task of archaeological studies, namely reconstructing the past human life through the cultural left that up to us. To reconstruct patterns of prehistoric human life, there is no written statement can lead us, which is available only in the form of remnants of material culture, such as artifacts (stone tools, pottery, metal tools, bone tools, etc.) and food waste (animal bones, shells, seeds grains, etc.). Of cultural relics is so knowable stages of human development has been achieved. Artifacts as a means by which humans use the past to meet the needs of continued survival. In addition, artifacts can also give an overview of social activities and activities of the past. So through research activities, artefacts and non-artifacts that we found can provide a snapshot of the process of cultural development (Cultur change) from time to time as a comparison of our culture at present.