Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

SISTEM PENGUBURAN WADAH KAYU DI SULAWESI SELATAN Nani Somba
WalennaE Vol 2 No 1 (1999)
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1516.279 KB) | DOI: 10.24832/wln.v2i1.67

Abstract

Penelitian ini bersifat deskriftif yang menyajikan data berupa sebaran wadah kubur Kayu di Sulawesi Selatan yaitu di kabupaten Bulukumba, Selayar, Polmas, Toraja, Mamuju dan Enrekang. Tujuan dari penelitian ini memperjelas maksud dan tujuan penempatan wadah kubur kayu di dalam gua. Bentuk wadah kubur tiap-tiap daerah memperlighatkan ciri-ciri khusus yang berbeda, tetapi mempunyai bentuk-bentuk dasar yang sama yaitu bentuk perahu atau lesung, sedangkan polahias pada wadah kubur dapat menjelaskan keadaan struktur sosial dan ekonomi masyarakat pada waktu itu.
SITUS, BUDAYA, DAN STRATEGI PENGEMBANGAN PENELITIAN NEOLITIK DI SULAWESI SELATAN Nani Somba
WalennaE Vol 4 No 2 (2001)
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3315.653 KB) | DOI: 10.24832/wln.v4i2.135

Abstract

The most difficult problem in neolitic period analysis is the loss of archaeological context, material resis­tance, field function transformation and sites damage. Therefore, a strategy is significant to support the research application, such as: priority scale, quality and quantity, finds inventory and detailed location, and lab material analysis availability.
LUMPANG BATU DAN SISTEM PERTANIAN AWAL PADA MASYARAKAT SULAWESI SELATAN Nani Somba
WalennaE Vol 5 No 1 (2002)
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1825.757 KB) | DOI: 10.24832/wln.v5i1.144

Abstract

Kehidupan masa bercocok tanam telah muncul hasil hasil kebudayaan yang bersifat monumental, salah satunya bangunan megalit yang ditujukan pada pemujaan arwah leluhur. Penelitian ini mengenai bagaimana hubungan antara tradisi bercocok tanam di Sulawesi selatan, yang bertujuan untuk membahas tinggalan megalit lumpang batu dan peranannya dalam sistem pertanian, baik kepentingan sosial maupun religius. Metode yang diterapkan berupa pengumpulan data pustaka yang diolah untuk menghasilkan interpretasi data. Hasil yang diperoleh bahwa tradisi bercocok tanam dan tradisi megalitik dapat dikatakan tumbuh dan berkembang bersamaan serta saling mendukung satu sama lainnya. Tradisi megalitik bersifat religius dan tradisi bercocok tanam bersifat ekonomis.
MANFAAT PELESTARIAN WARISAN BUDAYA BAWAH AIR Danang Wahju Utomo; Nani Somba
WalennaE Vol 5 No 1 (2002)
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3851.558 KB) | DOI: 10.24832/wln.v5i1.148

Abstract

Penelitian ini membahas mengenai pemanfatan dari peninggalan arkeologi bawah air serta kendala-kendala yang sedang dihadapi dalam pemanfaatan sumberdaya arkeologi bawah air. Hal ini bertujuan untuk penelitian arkeologi bawah air dapat lebih diperhatikan dan tidak hanya melakukan penelitian yang berorientasi ke arah daratan saja. Hasil yang diperoleh dari berbagai ulasan manfaat warisan budaya bawah air dan kendala yang dihadapi memperlihatkan bahwa dalam pemanfaatan warisan budaya bawah air sangat terkait dengan tersedianya sumberdaya manusia yang mumpuni serta sarana-prasarana yang memadai sesuai dengan kebutuhan. Pemanfaatan ini juga dapat berjalan dengan baik apabila diikuti dengan penerapan peraturan perundangan yang berlaku.
PENGUBURAN TEMPAYAN DI SITUS TAKBUNCINI, KABUPATEN TAKALAR, SULAWESI SELATAN Nani Somba
WalennaE Vol 6 No 2 (2003)
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2272.198 KB) | DOI: 10.24832/wln.v6i2.167

Abstract

Sistem penguburan pada masa prasejarah di Indonesia dikenal adanya penguburan pertama (primer) dan penguburan kedua (sekunder). Sistem penguburan ini biasanya menggunakan wadah atau tanpa wadah. Penguburan dengan menggunakan tempayan sebagai wadah kubur untuk menyimpan mayat atau kerangka manusia banyak ditemukan di Indonesia, termasuk situs Takbuncini daerah Takalar, Sulawesi Selatan. Situs Takbuncini dianggap memiliki data lengkap karena situs ini sudah pernah diteliti dengan menggunakan teknik survei dan ekskavasi meskipun belum tuntas. Penelitian yang dilakukan sebelumnya belum menghasilkan pertanggalan absolute untuk mengetahui periodesasinya. Tujuan penelitian untuk mengetahui kronologi dari situs Takbuncini. Metode yang digunakan berupa pengumpulan data yang kemudian diolah serta menganalisis hasil temuan yang diperoleh dilapangan. Hasil penelitian menunjukkan adanya temuan berupa tempayan yang difungsikan sebagai wadah penguburan dengan temuan rangka manusia didalamnya yang berasosiasi dengan bekal kubur berupa manik-manik, lempengan logam dan temuan gerabah. Berdasarkan temuan tersebut maka situs Takbuncini dapat dinyatakan bahwa situs kubur prasejarah masa perundagian.
TEMUAN ALAT SERPIH DARI SITUS TINCO Nani Somba
WalennaE Vol 10 No 2 (2008)
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3777.453 KB) | DOI: 10.24832/wln.v10i2.189

Abstract

Masa prasejarah, umumnya manusia menghasilkan alat litik untuk mempertahankan hidupnya. Perkakas batu yang mereka buat masih memiliki bentuk sederhana, tetapi disini juga tumbuh ide-ide yang berkembang dalam kehidupan mereka. Pada penelitian ini, penulis mencoba menjelaskan peristiwa arkeologis yang pernah terjadi di situs Tinco, khususnya dengan ditemukannya artefak perkakas serpih bilah, yang sebenarnya merupakan ciri khas masa mesolitik sedangkan situs Tinco merupakan situs megalitik. Tulisan ini bertujuan untuk menjabarkan temuan alat serpih yang ditemukan dalam satu lapisan budaya yang masih insitu dan berkorelasi dengan temuan lainnya seperti beliung persegi, fragmen gerabah, fragmen keramik, tulang dan gigi binatang serta tinggalan batu besar (megalitik). Metode yang digunakan, yaitu pengumpulan data, pengelompokan data dan interpretasi data. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini bahwa kesamaan tipologi dan teknologi alat serpih di situs Tinco dengan alat serpih dari gua hunian prasejarah bukan berarti berasal dari masa yang sejaman melainkan karena adanya dorongan akan kebutuhan hidup dan kondisi lingkungan yang sama. Keberadaan alat serpih di situs Tinco yang berasosiasi dengan berbagai tinggalan budaya lain tidak dapat dikatakan memiliki kronologi tua, tetapi diperkirakan sejaman dengan munculnya tradisi megalitik di Tinco.
PENGARUH RELIGI DAN LINGKUNGAN TERHADAP POLA PERMUKIMAN MASYARAKAT KAJANG, SULAWESI SELATAN Nani Somba
WalennaE Vol 10 No 2 (2008)
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6476.083 KB) | DOI: 10.24832/wln.v10i2.196

Abstract

Pola permukiman dapat memberikan gambaran mengenai ide dasar yang sangat terkait dengan berbagai aspek kehidupan masyarakat, misalnya religi, pertanian, transportasi, perdagangan dan sebagainya. Tradisi dan budaya di daerah Kajang, kabupaten Bulukumba Sulawesi Selatan juga tampak dari berbagai aktifitas religi dan bentuk pola permukiman masih kental dengan aturan adat yang berlaku dalam masyarakat Kajang. Melihat kondisi wilayah tersebut, maka timbul pertanyaan mengenai bagaimanakah kehidupan masyarakat Kajang di dalam kawasan adat yang masih memegang teguh adat dan tradisi leluhurnya. Tujuan penelitian ini untuk dapat merekonstruksi cara hidup manusia dan dapat ikut melestarikan warisan budaya agar tidak punah. Metode yang dilakukan yaitu melakukan penjaringan dan pengolahan data lapangan melalui tahap pengumpulan data, pengolahan dan analisis data serta eksplanasi. Hasil yang diperoleh bahwa kehidupan masyarakat adat Tanatoa merupakan salah satu cermin kehidupan masa lalu yang masih berlangsung sampai sekarang. Selain itu, pola permukiman di Kajang merupakan pola permukiman yang mengelompok, yang didasarkan pada alasan praktis dan dalam berinteraksi lebih mudah. Hal ini menunjukkan adanya rasa kebersamaan dan persatuan yang sangat kuat di dalam kehidupan masyarakat Kajang.
JEJAK-JEJAK ARKEOLOGIS DI KAKI GUNUNG BAMBAPUANG KABUPATEN ENREKANG SULAWESI SELATAN Nani Somba
WalennaE Vol 11 No 2 (2009)
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5357.99 KB) | DOI: 10.24832/wln.v11i2.212

Abstract

Sites located in Buntu Kotu Enrekang, is one of the suspected sites as settlement sites. It was seem from the variability of findings of such a monumental and artifaktual stone mortar and fragments of pottery. In addition, this location is very strategic in terms of defense because it was on a hill called Kotu. Period must start and end of the residential site can not be determined, but it can be expected to have existed since praislam. The causes of abandonment of the site not known for certain, however, can be attributed to several events such as natural disasters, wars, or the reduced quality of natural resources in the places of origin so that the site was left to look for a new settlement site.Situs yang terletak di Buntu Kotu Enrekang, adalah salah satu situs yang diduga sebagai situs pemukiman. Itu terlihat dari variabilitas temuan seperti lesung batu yang monumental dan artifaktual serta pecahan tembikar. Selain itu, lokasi ini sangat strategis dalam hal pertahanan karena berada di sebuah bukit yang disebut Kotu. Mengenaia kapan dimulain dan berakhirnya situs pemukiman ini tidak dapat ditentukan, tetapi dapat diperkirakan telah ada sejak praislam. Penyebab ditinggalkannya situs tidak diketahui secara pasti, bagaimanapun, dapat dikaitkan dengan beberapa peristiwa seperti bencana alam, perang, atau berkurangnya kualitas sumber daya alam di tempat asal sehingga memeutuskan untuk mencari pemukiman yang baru.
CIRI BUDAYA AUSTRONESIA DI KAWASAN ENREKANG SULAWESI SELATAN Nani Somba
WalennaE Vol 12 No 1 (2010)
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2862.245 KB) | DOI: 10.24832/wln.v12i1.222

Abstract

Enrekang is one of the regencies in South Sulawesi which having less attention in archaeo­logical research. The research of Collo sites shows some of its importance, that is an old abandoned settlement and a shelter burial. The findings at Bambapuang's region, especially from Collo site seems showing its relationship with the character of early agricultural tradition while keep inheriting the late-Neolithic stone tools tradition. The basic character of the cultures in Bambapuang region relates with flakes technology, pottery, and ancestor's worship. The preliminary conclusion from all of the researches in Enrekang is that the first chronology of the settlement growth in Bambapuang Regency--especially at Collo site was at the same period with the spread of Austronesia in Nusantara Archipelago.Enrekang adalah salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang kurang perhatian dalam penelitian arkeologi. Penelitian situs Collo menunjukkan beberapa aspek pentingnya, yaitu pemukiman tua yang ditinggalkan dan pemakaman. Temuan di wilayah Bambapuang, terutama dari situs Collo tampaknya menunjukkan hubungannya dengan karakter tradisi pertanian awal sambil tetap mewarisi tradisi alat-alat batu Neolitik akhir. Karakter dasar budaya di wilayah Bambapuang terkait dengan teknologi serpih, tembikar, dan pemujaan leluhur. Kesimpulan awal dari semua penelitian di Enrekang adalah bahwa kronologi pertama pertumbuhan permukiman di Kabupaten Bambapuang - terutama di lokasi Collo - adalah - pada periode yang sama dengan penyebaran Austronesia di Kepulauan Nusantara.
ANALISIS MANIK-MANIK DALAM PENELITIAN ARKEOLOGI Nani Somba
WalennaE Vol 12 No 2 (2010)
Publisher : Balai Arkeologi Provinsi Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2439.453 KB) | DOI: 10.24832/wln.v12i2.236

Abstract

Study of the beads in a particular geographic area can provide a description of the location of the ancient settlement, the spread of humans and the selection of land used for settlements. Similarly, taking into account qualitative similarities and differences between the beads from various sites, can be described as trade relations between the centers of settlement. In the study of archaeological experts to create analytical models that are used as a bridge to the past through the remains of their material, to determine various aspects of human life, among other things, the classification model, typological analysis, and mineralogical analysis. To reach an understanding in the context of space and time, so do contextual analysis and interpretation with seriation method and ethnographic analogy.Studi tentang manik-manik di wilayah geografis tertentu dapat memberikan deskripsi lokasi pemukiman kuno, penyebaran manusia dan pemilihan lahan yang digunakan untuk pemukiman. Demikian pula, dengan mempertimbangkan persamaan dan perbedaan kualitatif antara manik-manik dari berbagai situs, dapat digambarkan hubungan perdagangan antara pusat pemukiman. Dalam studi arkeologi, para ahli membuat model analitis yang digunakan sebagai jembatan ke masa lalu melalui sisa-sisa peninggalan yang ditemukan, untuk menentukan berbagai aspek kehidupan manusia antara lain, model klasifikasi, analisis tipologis, dan analisis mineralogi. Untuk mencapai pemahaman dalam konteks ruang dan waktu, maka dilakukan analisis dan interpretasi kontekstual dengan metode seriasi dan analogi etnografi.