Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Dirham: Problematika Mata Uang Solusi di Tengah Krisis Diana Ambarwati
Hikmah: Journal of Islamic Studies Vol 15, No 1 (2019): Hikmah: Journal of Islamic Studies
Publisher : STAI ALHIKMAH Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (170.843 KB) | DOI: 10.47466/hikmah.v15i1.141

Abstract

The getting worse of domestic currency, the more people will speculate on the system of currency usage. It will appear parties argue that the currency usage is no longer relevant in today’s monetary sistem. The phenomenon then become a strong reason to impost bi-metal currency which are gold dinar and silver dirham. In this article, presented problematics of imposing bi-metal currency, which is dinar dirham -- that can be used as solution in the midst of economic crisis or precisely it will lead to a new polemic. Finally, it was found that the dinar and dirham can not be the absolute solution to handle currency crisis. Because, the limited availability of gold become the greatest obstacle, less simple, and can be the trigger of crime. Besides that, crisis problem is not merely currency problem, but payment balance, interrelation of foreign transaction in which the economic condition of other countries as partners. Keywords: Dinar, Dirham, Solutions, Crisis Semakin terpuruknya nilai mata uang domestik, maka akan semakin banyak yang berspekulasi tentang sistem penggunaan mata uang. Muncullah pihak-pihak yang mensinyalir, jika penggunan mata uang, sudah tidak lagi relevan dengan kondisi sistem moneter yang kekinian. Fenomena tersebut yang kemudian menjadi alasan kuat untuk kembali memberlakukan mata uang dwi logam yakni dinar emas dan dirham perak. Dalam artikel ini ditampilkan problematika pemberlakuan mata uang dwi logam, yaitu dinar dirham—dapat dijadikan solusi di tengah-tengah krisis ekonomi atau justru akan memunculkan polemik baru. Akhirnya, ditemukan jawaban bahwa dinar dan dirham tidak secara mutlak dapat menjadi solusi atas krisis yang terjadi. Sebab, ketersediaan emas yang terbatas menjadi kendala terbesar, kurang praktis, dan dapat memicu kejahatan. Selain itu, persoalan krisis bukan semata-mata persoalan mata uang tetapi keseimbangan neraca pembayaran, keterkaitan transaksi luar negeri yang kondisi ekonomi negara lain sebagai mitra. Keywords: Dinar, Dirham, Solusi, Krisis
IMPACT OF FATWA UPON BANK INTEREST BAN ON THE DEVELOPMENT OF ISLAMIC BANKING IN INDONESIA Diana Ambarwati
JURNAL ILMIAH MIZANI: Wacana Hukum, Ekonomi, dan Keagamaan Vol 8, No 2 (2021)
Publisher : Fakultas Syariah UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29300/mzn.v8i2.5502

Abstract

The purpose of this article is to describe the impact of bank interest ban fatwa on the development of Islamic Banks in Indonesia. Fatwa of the Indonesian Ulama Council number 1 of 2004 is the basis for various parties to contribute to realizing competitive Islamic banking. This fatwa has encouraged the Government to issue various rules in the form of laws and government regulations related to banking. The issuance of this rule is a serious proof of the government’s commitment to provide more space for the development of Islamic banking in Indonesia, in addition to being a proof of appreciation for the issuance of bank interest ban fatwa by the Indonesian Ulema Council. In addition, the bank’s fatwa on the ban on bungan has encouraged the role of the community to contribute real to the development of Islamic banking. The emergence of the Association of Islamic Economists (IAEI), sharia economic community (MES), the National Committee of Islamic finance which is now renamed to the National Committee of Islamic Economics and Finance (KNEKS) is a concrete evidence of community contribution to socialize and strengthen Islamic banking.
LAPAS, NARAPIDANA DAN EKONOMI: TINJAUAN PEMBINAAN EKONOMI PRODUKTIF DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KOTA METRO LAMPUNG Diana Ambarwati
Islam Realitas: Journal of Islamic and Social Studies Vol 3, No 2 (2017): December 2017
Publisher : Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (690.133 KB) | DOI: 10.30983/islam_realitas.v3i2.398

Abstract

According to Law No. 12/1995 on penitentiary in article 1, paragraph 2, it is stated that the real community is an activity to carry out guidance of prisoners based on the system, institutional and guidance method which is the final part of the criminal justice system. Based on the mandate of Law No.12 of 1995 above, this research is focused on coaching conducted by Lapas (prison) at Metro Bandar Lampung. This is a qualitative research which uses interview and observation as the instrumentation. Based on the result of the research, there are two reasons of having coaching in Lapas (prison) of Metro; First is a form of government concern in order to minimize the occurrence of repeated crimes by providing the inmates with skills that will be able to help them by the time they are free from the punishment. Second, the economic value: that this activity can generate income or income, hence, the inmates can fulfill the daily needs that are not paid by the state. From their works’ result the inmates will receive a wage between 15 - 35% of the total profit. Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan pada pasal 1 ayat 2 dinyatakan bahwa pemasyarakatan sesungguhnya adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan dan cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana. Berdasarkan amanat UU No.12 Tahun 1995 di atas, maka penelitian ini difokuskan pasa pembinaan yang dilakukan pada Lapas Kota Metro Bandar Lampung. Dengan menggunakan penelitian kualitatif dalam bentuk wawancara dan observasi, diperoleh hasil bahwa terdapat dua alasan pembinaan kerja yang dilakukan Lapas Kota Metro; Pertama merupakan bentuk kepedulian pemerintah dalam hal ini Lapas Kota Metro dalam rangka meminimalisir terjadinya kejahatan berulang yakni dengan membekali para narapidana dengan skill yang nantinya akan mampu membantu mereka setelah keluar dari Lapas. Kedua, bernilai ekonomi, artinya kegiatan ini dapat menimbulkan income atau pendapatan, sehinggaa narapidana dapat memenuhi kebutuhan keseharian yang tidak dibiayai oleh Negara. Dari hsil kerjanya narapidana akan meneriman upah yang besarannya antara 15 – 35 % dari total keuntungan.
LAPAS, NARAPIDANA DAN EKONOMI: TINJAUAN PEMBINAAN EKONOMI PRODUKTIF DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KOTA METRO LAMPUNG Diana Ambarwati
Islam Realitas: Journal of Islamic and Social Studies Vol 3, No 2 (2017): December 2017
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30983/islam_realitas.v3i2.398

Abstract

According to Law No. 12/1995 on penitentiary in article 1, paragraph 2, it is stated that the real community is an activity to carry out guidance of prisoners based on the system, institutional and guidance method which is the final part of the criminal justice system. Based on the mandate of Law No.12 of 1995 above, this research is focused on coaching conducted by Lapas (prison) at Metro Bandar Lampung. This is a qualitative research which uses interview and observation as the instrumentation. Based on the result of the research, there are two reasons of having coaching in Lapas (prison) of Metro; First is a form of government concern in order to minimize the occurrence of repeated crimes by providing the inmates with skills that will be able to help them by the time they are free from the punishment. Second, the economic value: that this activity can generate income or income, hence, the inmates can fulfill the daily needs that are not paid by the state. From their works’ result the inmates will receive a wage between 15 - 35% of the total profit. Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan pada pasal 1 ayat 2 dinyatakan bahwa pemasyarakatan sesungguhnya adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan warga binaan pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan dan cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana. Berdasarkan amanat UU No.12 Tahun 1995 di atas, maka penelitian ini difokuskan pasa pembinaan yang dilakukan pada Lapas Kota Metro Bandar Lampung. Dengan menggunakan penelitian kualitatif dalam bentuk wawancara dan observasi, diperoleh hasil bahwa terdapat dua alasan pembinaan kerja yang dilakukan Lapas Kota Metro; Pertama merupakan bentuk kepedulian pemerintah dalam hal ini Lapas Kota Metro dalam rangka meminimalisir terjadinya kejahatan berulang yakni dengan membekali para narapidana dengan skill yang nantinya akan mampu membantu mereka setelah keluar dari Lapas. Kedua, bernilai ekonomi, artinya kegiatan ini dapat menimbulkan income atau pendapatan, sehinggaa narapidana dapat memenuhi kebutuhan keseharian yang tidak dibiayai oleh Negara. Dari hsil kerjanya narapidana akan meneriman upah yang besarannya antara 15 – 35 % dari total keuntungan.
Pengendalian Financial Distres Pada Keluarga Muslim Di Kota Metro Diana Ambarwati; Aisyah Sunarwan; Alva Yenica Nandavita
Adzkiya : Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah Vol 11 No 1 (2023): Adzkiya: Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah
Publisher : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Meto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32332/adzkiya.v11i1.5611

Abstract

Tujuan artikel ini mengurai tentang bagaimana pengendalian financial distress kelompok perempuan di Kota Metro. Dengan menggunakan metode Participatory Action Research, penelitian ini mengurai dan menemukan fenomena, penyebab dan alternatif solusi menghadapi gelombang financial distress, belajar dari pengalaman perempuan pengelola keuangan di Kota Metro. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi financial distress merupakan hal yang lazim dan terjadi pada pengelolaan keuangan rumah tangga yang disebabkan oleh beberapa faktor yakni pertama, faktor internal, yakni minimnya pendapatan, pola pikir dan cara pandang terhadap uang, pengendalian yang lemah, dan ketrampilan pengelola keuangan yang masih terbatas. Kedua, faktor eksternal, yakni kondisi sosial ekonomi, kondisi kesehatan, dan banyaknya mekanisme interaksi sosial di masyarakat. Pengendalian financial distress dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal yakni: fokus pada arus kas keluarga, mencari alternatif pendapatan tambahan, mengatur: mengurangi dan membatasi konsumsi rumah tangga, membuat skala prioritas dalam memenuhi kebutuhan dan menabung ala mereka dan menjadikan bersyukur menjadi salah satu karakter untuk menghindari financial distress. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kerentanan pengelola keuangan mengalami kecemasan/stres akibat bertumpunya tanggungjawab pengelolaan keuangan keluarga. Kesalingan antar anggota keluargalah yang kemudian menjadi fondasi keluarga agar mampu bertahan menghadapi gelombang financial distres
Pengendalian Financial Distres Pada Keluarga Muslim Di Kota Metro Diana Ambarwati; Aisyah Sunarwan; Alva Yenica Nandavita
Adzkiya : Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah Vol 11 No 1 (2023): Adzkiya: Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah
Publisher : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Meto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32332/adzkiya.v11i1.5611

Abstract

Tujuan artikel ini mengurai tentang bagaimana pengendalian financial distress kelompok perempuan di Kota Metro. Dengan menggunakan metode Participatory Action Research, penelitian ini mengurai dan menemukan fenomena, penyebab dan alternatif solusi menghadapi gelombang financial distress, belajar dari pengalaman perempuan pengelola keuangan di Kota Metro. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi financial distress merupakan hal yang lazim dan terjadi pada pengelolaan keuangan rumah tangga yang disebabkan oleh beberapa faktor yakni pertama, faktor internal, yakni minimnya pendapatan, pola pikir dan cara pandang terhadap uang, pengendalian yang lemah, dan ketrampilan pengelola keuangan yang masih terbatas. Kedua, faktor eksternal, yakni kondisi sosial ekonomi, kondisi kesehatan, dan banyaknya mekanisme interaksi sosial di masyarakat. Pengendalian financial distress dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal yakni: fokus pada arus kas keluarga, mencari alternatif pendapatan tambahan, mengatur: mengurangi dan membatasi konsumsi rumah tangga, membuat skala prioritas dalam memenuhi kebutuhan dan menabung ala mereka dan menjadikan bersyukur menjadi salah satu karakter untuk menghindari financial distress. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kerentanan pengelola keuangan mengalami kecemasan/stres akibat bertumpunya tanggungjawab pengelolaan keuangan keluarga. Kesalingan antar anggota keluargalah yang kemudian menjadi fondasi keluarga agar mampu bertahan menghadapi gelombang financial distres
Konsep Multikulturalisme dalam Bisnis Diana Ambarwati
Nuansa : Jurnal Studi Islam dan Kemasyarakatan Vol 14, No 1 (2021): Juni
Publisher : Universitas Islam Negeri Fatmawati Sukarno

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29300/njsik.v14i1.4607

Abstract

Tujuan dari artikel ini untuk menguraikan gagasan multikulturalisme dalam dunia bisnis. Hal ini disebabkan bisnis kekinian cenderung telah meninggalkan aspek budaya dalam operasionalnya. Para pelaku bisnis lupa bahwa manajemen bukan hanya sebuah ilmu untuk mengatur tetapi juga sebuah seni mempengaruhi dan mengatur orang. Kemampuan pelaku bisnis memperhitungkan multikulturalisme pada lingkungan internal merupakan sebuah kekuatan (strength). Sebaliknya ketidakmampuan menanganinya akan menjadi kelemahan (wekness). Demikian juga kemampuan mencermati dan menangani multikulturalisme pada lingkungan eksternal akan membuka peluang (opportunities) baru, sedangkan ketidakmampuan mecermati dan menanganinya maka hal ini akan menjadi momok tersendiri yang dapat mengancam kelangsungan bisnis.