Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

SWAMEDIKASI PEMBERIAN ANTISEPTIK DAN PENYULUHAN PENCEGAHAN PENYAKIT RABIES DENGAN MEDIA BOOKLET Wahyuni Aziza; Frenky Aipassa; Ramdhani M Natsir
SELAPARANG Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 4, No 1 (2020): November
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (228.367 KB) | DOI: 10.31764/jpmb.v4i1.3255

Abstract

ABSTRAKRabies (penyakit anjing gila) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus, bersifat akut dan menyerang susunan saraf pusat. Bentuk pencegahan penyakit rabies adalah melakukan swamedikasi pemberian antiseptik sebagai penanganan awal jika digigit hewan penular rabies. Swamedikasi atau pengobatan mandiri adalah kegiatan atau tindakan mengobati diri sendiri dengan obat seperti antiseptik atau tanpa resep secara tepat dan bertanggung jawab (rasional).  Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan pemahaman tentang bahaya rabies dan cara penularannya serta meningkatkan pengetahuan dalam melakukan penanganan awal luka gigitan hewan penular rabies melalui swamedikasi pemberian antieptik. Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk penyuluhan melalui media booklet. Pada kegiatan ini dilakukan tahapan pre dan post test sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan. Secara statistik hasil dari pelaksanaan pre test dan post test diuji analisis dengan menggunakan analisis paired sample t-test dengan hasil perolehan adalah p = 0.006 (r = 0,589). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan pengetahuan antara sebelum dan sesudah dilakukan kegiatan penyuluhan.  Hal ini mengindikasikan bahwa pemberian swamedikasi pemberian antiseptik dan penyuluhan pencegahan penyakit rabiet sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan masyarakat. Kata kunci: swamedikasi; antiseptik; rabies. ABSTRACTRabies (mad dog disease) is a disease caused by a virus, is acute and attacks the central nervous system. The form of prevention of rabies is to self-medicate the administration of antiseptics as an initial treatment if bitten by an animal that transmits rabies. Self-medication or self-medication is the activity or act of treating yourself with drugs such as antiseptics or without a prescription appropriately and responsibly (rationally). The purpose of this activity is to increase understanding of the dangers of rabies and how it is transmitted and to increase knowledge in early handling of bite wounds of rabies-infected animals through self-medicated administration of antieptics. This activity is carried out in the form of counseling through booklet media. In this activity, the pre and post test stages were carried out before and after counseling. Statistically, the results of the pre-test and post-test implementation were analyzed using paired sample t-test analysis with the results of p = 0.006 (r = 0.589). This shows that there is a knowledge relationship between before and after extension activities are carried out. This indicates that the provision of self-medicated giving of antiseptics and counseling on the prevention of rabbits greatly affects the level of public knowledge. Keywords: self-medication; antiseptic; rabies.
EDUKASI ALAT PELINDUNG DIRI SAAT DISPENSING OBAT SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN VIRUS MELALUI PEMBAGIAN BOOKLET Ramdhani M. Natsir; Muhammad Hasan W; Frenky Aipassa
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 4, No 3 (2021): Agustus
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (282.397 KB) | DOI: 10.31764/jpmb.v4i3.4812

Abstract

ABSTRAKVirus merupakan mikroorganisme pathogen dan tersebar di berbagai penjuru dunia. Meluasnya penyebaran virus di Indonesia berdampak terhadap semua bidang terutama bidang usaha yang menawarkan jasa atau bekerja di sarana pelayanan kefarmasian. Virus ini bisa menyerang siapa saja. Meluasnya penyebaran virus di Indonesia berdampak terhadap semua bidang terutama sekali bidang usaha yang menawarkan jasa atau bekerja di sarana pelayanan kefarmasian. Oleh karena itu untuk meminimalisir penularan penyebaran virus banyak hal yang harus diperhatikan oleh tenaga kesehatan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk melakukan upaya perlindungan diri saat dispensing obat dari pencegahan penyebaran virus dalam memberikan pelayanan kefarmasian. Kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk penyuluhan melalui media booklet. Pada kegiatan ini dilakukan tahapan pre dan post test sebelum dan setelah dilakukan penyuluhan. Secara statistik hasil dari pelaksanaan pre test dan post test diuji analisis dengan menggunakan analisis paired sample t-test dengan dengan hasil perolehan adalah nilai sig (2-tailed) sebesar 0,000 < 0,05, maka terdapat perbedaan yang signifikan antara pre test dan post test. Hal ini mengindikasikan bahwa edukasi alat pelindung diri saat dispensing obat sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan masyarakat. Terjadi peningkatan pengetahuan setelah dilakukan kegiatan penyuluhan. Hal ini mengindikasikan bahwa pemberian edukasi alat pelindung diri saat dispensing obat sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan tenaga kefarmasian..Kata kunci: alat pelindung diri; virus ABSTRACTViruses are pathogenic microorganisms and are spread all over the world. The widespread spread of the virus in Indonesia has an impact on all fields, especially the business sector that offers services or works in pharmaceutical service facilities. This virus can attack anyone. The wide spread of the virus in Indonesia has an impact on all fields, especially the business sector that offers services or works in pharmaceutical service facilities. Therefore, to minimize the transmission of the spread of the virus, there are many things that must be considered by health workers. The purpose of this activity is to carry out self-protection efforts when dispensing drugs from preventing the spread of the virus in providing pharmaceutical services. This activity is carried out in the form of counseling through booklet media. In this activity, pre and post test stages were carried out before and after counseling. Statistically, the results of the pre-test and post-test were analyzed using paired sample t-test analysis with the results obtained is a sig (2-tailed) value of 0.000 <0.05, so there is a significant difference between pre-test and post-test. . This indicates that education on personal protective equipment when dispensing drugs greatly affects the level of public knowledge. There was an increase in knowledge after the counseling activities were carried out. This indicates that the provision of personal protective equipment education when dispensing drugs greatly affects the level of knowledge of pharmacists. Keywords: personal protective equipment; dispensing; virus
Korelasi Albumin dengan Derajat Hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha Ina Kaka Ambon Frenky Aipassa; Ramdhani M Natsir; Prasetyawati
Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia Vol. 1 No. 8 (2021): Cerdika: Jurnal Ilmiah Indonesia
Publisher : Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3221.628 KB) | DOI: 10.59141/cerdika.v1i8.144

Abstract

Latar Belakang: Hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita para lansia. Albuminuria adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya albumin (yang merupakan protein darah) dalam urin. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi albumin dengan derajat hipertensi. Metode: Penelitian akan dilakukan dengan menggunakan desain penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mendiskripsikan pristiwa - pristiwa urgen yang terjadi pada masa kini dengan pendekatan cross sectional. Populasi dari penelitian ini adalah pasien hipertensi di Panti Tresna Werdha Ina Kaka Ambon. Pengambilan sampel menggunakan metode sampling accidental yaitu teknik pengambilan responden yang kebetulan ada atau tersedia disuatu tempat sesuai dengan konteks penelitian. Hasil: Hipertensi berdasarkan kelompok derajat hipertensi terbanyak yaitu hipertensi derajat dua dan hipertensi derajat tiga yang masing-masing berjumlah 7 orang (35 %) sedangkan hipertensi derajat satu berjumlah 6 orang (30 %). Karakteristik kadar albuminuria terbanyak adalah kadar 100 mg/dl berjumlah 11 orang (55 %), dan yang lainnya yaitu kadar 50 mg/dl berjumlah 6 orang (30 %) dan kadar 20 mg/dl berjumlah 3 orang (15 %). Kesimpulan: terdapat hubungan yang signifikan antara albuminuria dengan derajat hipertensi pada pasien lansia sehingga semakin tinggi derajat hipertensi maka semakin tinggi kadar albuminuria dengan hasil perhitungan didapatkan nilai signifikasi 0,037 (p < 0,05) pada uji chi-square.