Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

IDENTITAS BUDAYA DAN SEJARAH SUKU BAJO DI BAJO PULAU PASCANOMADEN Aziz Ali Haerulloh; Siti Lilik Nurrohmah; Muhamad Alim; Taufik Ampera
Metahumaniora Vol 11, No 1 (2021): METAHUMANIORA, APRIL 2021
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/metahumaniora.v11i1.32115

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk mengetahui identitas budaya dan sejarah suku Bajo yang menetap di Bajo Pulau. Keunikan Bajo Pulau sebagai daerah yang merepresentasikan budaya bahari dan sejarah suku Bajo yang dikenal sebagai suku nomaden laut yang sudah mulai hidup beberapa dekade yang lalu. Metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah yang memiliki empat tahapan kerja yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan kesejarahan. Artikel ini menyimpulkan bahwa identitas budaya suku Bajo telah mengalami pergeseran akibat kontak langsung dengan budaya daratan yang mempengaruhi suku Bajo untuk mulai hidup menetap di sebuah pulau setelah Kesultanan Bima bergabung dengan Republik Indonesia. Bergesernya pola kehidupan masyarakat dari budaya bahari ke semi daratan ditandai dengan menurunnya tingkat kesadaran generasi muda seperti tidak terlalu banyak yang tertarik untuk mengambil untung dengan budaya bahari disertai dengan pudarnya kearifan lokal untuk melestarikan daya dukung daya dukungnya. lingkungan karena budaya penangkapan ikan bersifat merusak dan tidak lestari.
PENGGUNAAN VOKATIF NAMA DIRI DALAM CARITA NYI HALIMAH KARYA SAMSOEDI Wahya Wahya; R. Yudi Permadi; Taufik Ampera
Metahumaniora Vol 11, No 2 (2021): METAHUMANIORA, SEPTEMBER 2021
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/metahumaniora.v11i2.35429

Abstract

PENGGUNAAN VOKATIF NAMA DIRI DALAM CARITA NYI HALIMAH  KARYA SAMSOEDI   AbstrakSetiap bahasa di dunia secara universal memiliki unsur bahasa yang disebut vokatif. Vokatif merupakan nomina yang digunakan sebagai panggilan atau sapaan yang bukan merupakan salah satu fungsi sintaksis kalimat, kehadirannya  dalam kalimat bersifat opsional, menunjuk kepada orang yang diajak bicara, dan sering menjadi anteseden subjek kalimat.  Wujud vokatif  bermacam-macam, di antaranya,  nama diri. Demikian pula halnya dalam bahasa Sunda.  Tulisan ini membahas vokatif nama diri bahasa Sunda  yang terdapat dalam  Cerita Nyi Halimah cerita rekaan karya Samsoedi (2018). Berdasarkan penelitian, ditemukan 24 data kalimat yang memuat  lima vokatif nama diri tokoh di dalamnya. yaitu (1)  Halimah vokatif nama diri utuh disertai variasinya  Limah dan Lim vokatif nama diri kependekan yang ketiganya terdapat dalam sembilan belas  data, (2) Yam vokatif nama diri kependekan dari Maryam yang terdapat pada satu data, (3) Mi vokatif nama diri kependekan dari Emi yang terdapat pada satu data, (4) Yo vokatif nama diri kependekan dari  Yopie yang terdapat pada satu data, dan Sarja vokatif nama diri utuh yang terdapat pada dua data. Vokatif nama diri kependekan  lebih sering muncul, yakni lima belas data,  dibandingkan  dengan  vokatif nama diri utuh, yakni sembilan data. Vokatif  nama diri terdapat dalam tujuh kalimat deklaratif,  sebelas kalimat interogatif, lima kalimat imperatif, dan satu kalimat eksklamatif.  Selanjutnya, vokatif nama diri berdistribusi di awal kalimat pada empat belas data, di tengah kalimat pada tiga data, dan di akhir kalimat pada tujuh data. Di samping itu, ditemukan sebelas data yang di dalamnya terdapat pronomina persona kedua tunggal sebagai subjek yang memiliki anteseden vokatif  nama diri. Dari sebelas data ini, delapan data memiliki perujukan anaforis dan tiga nada memiliki perujukan kataforis terhadap antesen vokatif nama diri. Kata kunci: vokatif nama diri, distribusi, anteseden, anaforis, kataforis  AbstractEvery language in the world universally has a language element called vocative. Vocative is a noun that is used as a call or greeting which is not one of the syntactic functions of the sentence, its presence in the sentence is optional, refers to the person being spoken to, and is often the antecedent of the subject of the sentence. There are various forms of vocatives, including self names. The same is true in Sundanese. This paper discusses the vocative Sundanese self-name contained in the Nyi Halimah story, a fictional story by Samsoedi (2018). Based on the research, found 24 sentence data containing five vocative names of thecharacters in them. namely (1) Halimah vocative full self-name with its variations Limah and Lim vocative short self-name, all three of which are contained in nineteen data, (2) Yam vocative short self-name from Maryam contained in one data, (3) Mi vocative short self-name from Emi which is contained in one data, (4) Yo vocative self-name is short for Yopie which is contained in one data, and Sarja vocative full name of self contained in two data. Short self-name vocatives appear more often, which is fifteen data, compared to full-name vocatives, which are nine data. There are seven declarative sentences, eleven interrogative sentences, five imperative sentences, and one exclamative sentence. Furthermore, the self-name vocative was distributed at the beginning of the sentence on fourteen data, in the middle of the sentence on three data, and at the end of the sentence on seven data. In addition, eleven data were found in which there is a singular second person pronoun as a subject that has a vocative antecedent of self-name. Of these eleven data, eight data have anaphoric references and three data have cataphoric references to the vocative antecedent of self-name. Keywords: self-name vocatives, distribution, antecedent, anaphoric, cataphoric    
PENGUATAN PERPUSTAKAAN “BALE CALAKAN PAJAJARAN” JAYA LOKA LESTARI DESA JAYAPURA, KECAMATAN CIGALONTANG KABUPATEN TASIKMALAYA Taufik Ampera
Dharmakarya Vol 4, No 2 (2015): Dharmakarya
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (262.66 KB) | DOI: 10.24198/dharmakarya.v4i2.10036

Abstract

Pelaksanaan kegiatan Penguatan Perpustakaan “Bale Calakan Pajajaran” Jaya Loka Lestari DesaJayapura, Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmaya dilakukan melalui peresmian desa mitra.Penyelenggaraan desa mitra pada kegiatan PPMD Integratif pada kegiatan kali ini diorientasikan padaperan perpustakaan desa. Diharapkan perpustakaan Desa Jayapura Jaya Loka Lestari sebagai sarana/media bagi masyarakat untuk kepentingan pendidikan, informasi, penerangan, dan rekreasi” dalammeningkatkan dan mendukung kegiatan pendidikan masyarakat pedesaan,yang merupakan bagian integraldari kegiatan pembangunan desa/ kelurahan”. Metode yang digunakan dalam kegiatan tersebutadalah metode penyuluhan. Metode penyuluhan dianggap tepat karena metode penyuluhan merupakansuatu proses untuk memberikan penerangan kepada masyarakat tentang segala sesuatu yang “belumdiketahui” dengan jelas untuk dilaksanakan atau ditetapkan dalam rangka meningkatkan produksidan pendapatan atau keuntungan yang ingin dicapai melalui suatu kegiatan.
APRESIASI CERITA REKAAN UNTUK ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI SAYANG JATINANGOR Wahya Wahya; R. Yudi Permadi; Taufik Ampera
Midang Vol 1, No 2 (2023): Midang: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, Juni 2023
Publisher : Unpad Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/midang.v1i2.47517

Abstract

Apresiasi cerita rekaan untuk anak di Sekolah Dasar Negeri Sayang, Jatinangor merupakan sebuah kegiatan yang dikemas dalam bentuk kegiatan pengabdian pada masyarakat yang dilakukan oleh tim dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran yang bertempat di Sekolah Dasar Negeri Sayang, Jatinangor. Kegiatan akademik ini dilakukan pada saat jam pelajaran dengan berfokus pada materi sastra dan pemberian tugas secara merata terhadap siswa. Kegiatan beranah afektif ini bertujuan meningkatkan apresiasi siswa terhadap karya sastra lokal, yakni karya sastra Sunda, yaitu novel anak-anak yang berjudul Budak Teuneung karya Samsoedi. Kegiatan yang mengembangkan proses belajar-mengajar bahasa Sunda untuk siswa sekolah dasar ini menggunakan metode melanjutkan pengajaran, yakni pengajaran Bahasa Sunda. Dalam pengajaran Bahasa Sunda di dalamnya terdapat pengajaran apresiasi sastra Sunda yang masih perlu ditingkatkan kualitas proses pembelajarannya. Bahasa pengantar yang digunakan selama kegiatan adalah bahasa Sunda. Kegiatan yang dilakukan meliputi menyimak pembacaan cerita, membaca cerita secara reseptif, membacakan cerita di depan kelas, bermain peran sambil melakukan dialog, bertanya-jawab tentang cerita, menyimak paparan tentang bahasa dan budaya yang terdapat dalam cerita, berlatih menggunakan tingkat tutur bahasa Sunda, dan menyimak paparan tentang menumbuhkan kecintaan dan kebanggaan terhadap karya sastra Sunda. Kegiatan dilaksanakan dengan pendekatan didaktis. Dari kegiatan yang dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa pada setiap tahap kegiatan siswa mengikutinya dengan penuh antusias dan senang. Pada akhir kegiatan siswa merasa senang dan mendapatkan manfaat serta ingin mendapatkan kegiatan yang serupa.
DIMENSI SINTAKSIS PENGGUNAAN VOKATIF NAMA DIRI DALAM NOVEL BERBAHASA SUNDA BÉNTANG HARIRING Wahya Wahya; R. Yudi Permadi; Taufik Ampera
Journal of Linguistic Phenomena (JLP) Vol 2, No 1 (2023): Journal of Linguistic Phenomena, Juli 2023
Publisher : Direktorat Pendidikan dan Internasionalisasi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jlp.v2i1.44472

Abstract

Penelitian ini membahas vokatif nama diri dari sisi sintaksis dan bersifat deskriptif kualitatif. Penyediaan data menggunakan metode simak dengan teknik catat dengan sumber data berupa novel berjudul Béntang Hariring. Penganalisisan data menggunakan metode distribusional dengan pendekatan sintaksis. Berdasarkan analisis data ditemukan 28 kalimat yang memuat vokatif nama diri dengan jumlah sebanyak 7 buah, yaitu Nia, Wina, Salma, Sari, dan Arumsari (bentuk utuh), Win dan Ni (bentuk penggalan). Vokatif nama diri hadir dalam kalimat deklaratif, imperatif, interogatif, dan eksklamatif masing-masing berjumlah 13, 5, 9, dan 1, juga hadir dalam 12 kalimat tunggal dan 1 kalimat majemuk subordinatif kalimat deklaratif. Vokatif nama diri utuh terdapat pada kalimat deklaratif, imperatif, interogatif, dan eksklamatif masing-masing 12, 5, 5, dan 1 buah. Vokatif nama diri penggalan terdapat pada kalimat deklaratif, imperatif, dan interogatif masing-masing 1, 1, dan 4 buah. Dengan demikian, vokatif nama diri cenderung lebih sering muncul dalam kalimat deklaratif berupa kalimat tunggal dan berwujud utuh pada akhir kalimat, sedangkan vokatif berwujud penggalan cenderung lebih sering muncul dalam kalimat interogatif pada akhir kalimat.