Research on the topic "Wiwitan Tradition as Cultural-Based pastoral care in Bansari Village" Temanggung wants to answer problems related to wiwitan tradition and pastoral care contained in it. How is the tradition of wiwitan as a tools, agrarian community media to do mutual caring? Whatever happens with the results of farmers' hard work: crops are eaten by pests, crops are loss-making, tobacco prices are unfavorable, the weather is not supportive or rainfall is high, farmers still hold wiwitan rituals. Farmers remain strong, still have new expectations of God's abundant blessings in the next growing season. To answer the above problem, the methodology that will be used is a kwalitative approach that is carried out by observative data excavation techniques and participatory interviews. Why participatory? Because researchers are directly involved in wiwitan rituals carried out by farmers. In this way researchers can produce research findings related to the meaning of wiwitan tradition in spiritual and social pastoral care in the spirit of harmony of jagad ageng and jagad alit, the spirit of personal and communal relations is imbued by spiritual and philosophical values of solidarity, harmony and feelings of handarbeni (having) as a family that is tied geographically and culturally. Wiwitan rituals become tools for the way humans to sustain, guide, reconcile and empower others. AbstrakPenelitian dengan topik “Tradisi Wiwitan sebagai Pendampingan Pastoral Berbasisi Budaya di Desa Bansari” Temanggung hendak menjawab persoalan-persoalan terkait tradisi wiwitan dan pendampingan pastoral yang terkandung di dalamnya. Bagaimana tradisi wiwitan sebagai tools, media masyarakat agraris untuk melakukan mutual caring? Apapun yang terjadi dengan hasil kerja keras petani: tanaman dimakan hama, hasil panen merugi, harga tembakau tidak menguntungkan, cuaca tidak mendukung atau curah hujan tinggi, petani tetap mengadakan ritual wiwit. Petani tetap tegar, tetap memiliki pengaharapan baru akan berkah Tuhan yang melimpah pada musim tanam berikutnya. Untuk menjawab persoalan di atas, metodologi yang akan digunakan adalah pendekatan kualitatif yang disokong oleh teknik penggalian data secara observatif dan wawancara partisipatif. Mengapa partisipatif? Dikarenakan peneliti terlibat secara langsung dalam ritual wiwitan yang dilakukan masyakatat petani. Dengan cara demikian peneliti dapat menghasilkan temuan penelitian yang berkaitan dengan makna tradisi wiwitan dalam pendampingan pastoral secara spiritual dan sosial dalam semangat harmoni jagad ageng dan jagad alit, semangat relasi personal dan komunal dijiwai oleh nilai-nilai spiritualitas dan filosofis tentang solidaritas, guyup rukun dan perasaan handarbeni (memiliki) sebagai keluarga yang diikat secara geografis dan kultural. Dengan demikian ritual wiwitan menjadi tools cara manusia menopang, membimbing, menuntun, mendamaikan dan memberdayakan sesama.