Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Intervensi Oral Neuromuscular Training untuk Pasien Lansia dengan Disfagia Pasca Stroke Agnes Dewi Astuti; Bernadetta Germia Aridamayanti
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 12 (2021): Nomor Khusus November 2021
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf12nk304

Abstract

Background: Dysphagia is one of the most common complications in patients suffering from acute stroke. Dysphagia in acute and chronic stroke patients can be caused by various factors. Giving therapy and exercises during the rehabilitation period will accelerate recovery in dysphagia patients, especially the elderly. Objective: To describe the various forms of neuromucular oral exercise intervention in elderly patients suffering from poststroke dysphagia. Methods: The databases used in this study are Scopus, Proquest and Science Direct, limited to publications for the last 5 years from 2017 to 2021, full text articles and in English. The keywords used in the search were “dysphagia intervention” AND “elderly stroke” AND “oral neuromuscular training”. This systematic review uses 7 articles that match the inclusion criteria. Results: There are 7 exercise interventions that can stimulate motor muscles in the pharynx of patients suffering from dysphagia. These interventions include oral neuromuscular training, orofacial sensory-vibration stimulation, Mendelsohn's Maneuvers, oro-esophageal tube training, acupuncture, He's Santong Needling Method and Surface Electromyographic Biofeedback and the Effortful Swallow Exercise. Each exercise or therapy that is given has its own advantages and works in accordance with the stimulation of neuroplasticity in various areas of the brain so as to accelerate the increase in oxygen, glucosan and metabolites which will eventually stimulate the movement to return to swallowing and speaking normally. Conclusion: Various kinds of therapy in the form of exercise can be given to post-stroke dysphagia patients, especially in elderly patients. These interventions provide concrete evidence in stimulation of the motor pharyngeal muscles so that they can help speed up recovery in the rehabilitation phase. Suggestion: The interventions described in this systematic review are deemed necessary to be applied in hospitals in Indonesia.Keywords: dysphagia intervention; elderly stroke; oral neuromuscular trainingABSTRAKLatar belakang: Disfagia merupakan salah satu komplikasi tersering pada pada pasien yang menderita stroke akut. Disfagia pada pasien stroke akut dan kronis dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor. Pemberian terapi dan latihan pada masa rehabilitasi akan mempercepat pemulihan pada pasien disfagia terutama lansia. Tujuan: Untuk menjabarkan berbagai bentuk intervensi latihan oral neuromucular pada pasien lansia yang menderita disfagia post stroke. Metode: Database yang digunakan dalam penelitian ini adalah Scopus, Proquest dan Science Direct terbatas untuk publikasi 5 tahun terakhir dari 2017 hingga 2021, full text article dan berbahasa Inggris. kata kunci yang digunakan pada pencarian artikel adalah “dysphagia intervention” AND “elderly stroke” AND “oral neuromuscular training”. Systematic review ini menggunakan 7 artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi. Hasil: Terdapat 7 intervensi latihan yang dapat menstrimulasi otot motorik pada faring pasien yang menderita disfagia. Intervensi tersebut antara lain adalah oral neuromuscular training, orofacial sensory-vibration stimulation, Manuver Mendelsohn, oro-esophageal tube training, acupuncture, He’s Santong Needling Method dan Surface Electromyographic Biofeedback and the Effortful Swallow Exercise. Setiap latihan atau terapi yang diberikan memiliki keunggulannya masing masing dan bekerja sesuai dengan rangsanagan dari neuroplastisitas pada berbagai area otak sehingga memperlancar peningkatan oksigen, glukosan dan metabolit yang akhirnya akan menstimulasi gerakan untuk kembali dapat menelan dan berbicara secara normal. Simpulan: Berbagai macam terapi dalam bentuk latihan yang dapat diberikan pada pasien disfagia post stroke terutama pada pasien lansia. Intervensi-intervensi ini memberikan bukti yang konkret dalam stimulasi otot motorik faring sehingga dapat membantu mempercepat pemulihan pada fase rehabilitasi. Saran: Intervensi yang dijabarkan pada systematic review ini dipandang perlu untuk diterapkan di rumah sakit yang ada di Indonesia.Kata kunci: dysphagia intervention; elderly stroke; oral neuromuscular training
Penyebab Mortalitas Lansia Selama Masa Perawatan Rumah Sakit COVID-19: A Systematic Review Agnes Dewi Astuti; Bernadetta Germia Aridamayanti
Jurnal Penelitian Kesehatan SUARA FORIKES Vol 12, No 4 (2021): Oktober 2021
Publisher : FORIKES

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33846/sf12431

Abstract

Background: The first case of COVID-19 was first reported in China in December 2019 and spread rapidly to various countries. On July 13, 2020, COVID-19 was officially declared a world pandemic by the WHO. COVID19 affects more than 210 countries in the world and kills millions of people with 21% of deaths occurring in the elderly. Objective: To describe the risk factors and causes of elderly mortality during the period of treatment or quarantine in the hospital by COVID-19. Methods: The database used as a reference, among others, is Scopus, PubMed and Science Direct, which is limited to publications in the last 2 years from 2020 to 2021, full text articles selected in English. Meanwhile, the keywords used in the article search are "COVID-19" AND "elderly clinical of SARS-CoV-2" AND "pandemic mortality". This systematic review used 5 articles that met the inclusion criteria. Results: Risk factors or causes of elderly mortality during COVID-19 hospital treatment include chormobid such as dementia, respiratory disorders such as asthma, diabetes mellitus, chronic kidney disease and hypertension. Conclusions: Various non-communicable diseases that accompany COVID-19 will be a risk factor and even a leading cause of death in the elderly during hospital treatment.Keywords: COVID-19; elderly clinical of SARS-CoV-2; pandemic mortalityABSTRAKLatar belakang: Kasus pertama COVID-19 pertama kali dilaporkan di China pada Desember 2019 dan menyebar dengan cepat ke berbagai negara. Pada 13 Juli 2020, COVID-19 resmi diumumkan sebagai pandemik dunia oleh WHO. COVID-19 mempengaruhi lebih dari 210 negara yang ada di dunia dan membunuh jutaan jiwa dengan 21% kasus kematian paling banyak terjadi pada lansia. Tujuan: Untuk menjabarkan faktor risiko maupun penyebab kejadian mortalitas lansia selama masa perawatan atau karantina di rumah sakit oleh COVID-19. Metode: Database yang digunakan sebagai referensi antara lain adalah Scopus, PubMed dan Science Direct yang dibatasi dalam publikasi 2 tahun terakhir terhitung sejak dari 2020 hingga 2021, full text article yang dipilih menggunakan bahasa Inggris. Sedangkan, kata kunci yang digunakan pada pencarian artikel adalah “COVID-19” AND “elderly clinical of SARS-CoV-2” AND “pandemic mortality”. Systematic review ini menggunakan 5 artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi. Hasil: Faktor Risiko ataupun penyebab mortalitas lansia selama masa perawatan COVID-19 dirumah sakit antara lain adalah kormobid seperti demensia, gangguan pernapasa seperti asma, diabetes melitus, penyakit ginjal kronis dan hipertensi. Simpulan: Berbagai macam penyakit tidak menular yang disertai dengan COVID-19 akan menjadi faktor risiko bahkan penyebab utama kematian pada lansia selama masa perawatan di rumah sakit.Kata kunci: COVID-19; elderly clinical of SARS-CoV-2; pandemic mortality
Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan Minum Obat pada Pasien DM Tipe II Reny Sulistyowati; Agnes Dewi Astuti
Jurnal Surya Medika (JSM) Vol 6 No 1 (2020): Jurnal Surya Medika (JSM)
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33084/jsm.v6i1.1339

Abstract

The level of adherence usually decreases in patients with chronic conditions compared to acute conditions; this is related to the long-term nature of chronic disease due to the most rapid decrease in adherence after the first 6 months of therapy. The decline in compliance not only resulted in poor health outcomes but also had a significant impact on health costs. The purpose of this study was to determine family support for medication adherence in type 2 DM patients. This study used descriptive correlational using a cross-sectional study approach of 100 respondents. Patient demographic data and family support were obtained using a questionnaire while the level of compliance used Morisky Medication Adherence Scales. The results show that there is a relationship between family support and medication adherence in patients with type 2 diabetes, which is viewed from 4 dimensions: appreciation support, emotional support, information support, and instrumental support. Support from family can improve medication adherence in type 2 DM patients.
STATUS PERKAWINAN MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI PSTW SINTA RANGKANG TANGKILING KALIMANTAN TENGAH Agnes Dewi Astuti
Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat Cendekia Utama Vol 8, No 1 (Maret 2019) : Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Masyarakat Cendekia Utama
Publisher : STIKES Cendekia Utama Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (600.626 KB) | DOI: 10.31596/jcu.v8i1.300

Abstract

Proses penuaan adalah hal yang alamiah dialami oleh semua manusia yaitu dengan  adanya kehilangan kemampuan jaringan organ tubuh dalam memperbaiki diri dan bersifat irreversible.  Lansia merupakan tahapan akhir dari siklus kehidupan dalam  proses penuaan dengan perubahan-perubahan pada aspek fisik atau fisiologi, psikologi, dan sosial  (Miller, 2004). Faktor tersebut mempengaruhi kualitas hidup lansia karena mempunyai hubungan signifikan terhadap angka kesakitan, kematian dan mempengaruhi usia harapan hidup lansia serta mempengaruhi kapasitas fungsional, psikologi kesehatan sosial dan kesejahteraan lansia sebagai kondisi fungsional lansia yang seharusnya berada pada kondisi maksimum. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup lansia di PSTW Sinta Rangkang Tangkiling Kalimantan Tengah. Desain menggunakan cross sectional pada 52lansia di PSTW Sinta Rangkang Tangkiling Kalimantan Tengah.Hasil menunjukkan faktor yang sangat berpengaruh pada kualitas hidup pada lansia adalah status perkawinan.  Pentingnya komunikasi dan keintiman dalam kehidupan dapat meningkatkan kualitas hidup lansia. Kesimpulannya lansia yang memiliki status perkawinan menikah atau memiliki pasangan memiliki kemungkinan dalam peningkatan kualitas hidup lansia. Faktor paling dominan adalah status perkawinan setelah dikontrol dengan usia, penyakit >2 macam dan tingkat kemandirian.Direkomendasikan pada pihak PSTW untuk memfasilitasi daam meningkatkan kualitas hubungan interaksi antar lansia dalam melakukan aktifitas kehidupannya sehari-hari. Kata kunci: kualitas hidup, lansia, PSTW
Kemandirian Lansia yang Rendah Meningkatkan Risiko Depresi pada Lansia Agnes Dewi Astuti
Jurnal Forum Kesehatan Vol 8 No 2 (2018): Agustus 2018
Publisher : POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (209.874 KB)

Abstract

Pembangunan kesehatan merupakan proses perubahan tingkat kesehatan dari tingkat yang kurang baik menjadi lebih baik sesuai dengan standar kesehatan. Perubahan ini dapat dikenali dengan mengamati di setiap tingkatan usia, salah satunya adalah perubahan kesehatan pada tingkat usia lanjut (lansia) (BPS, 2015). Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Tengah, jumlah dan persentase lansia di provinsi Kalimantan Tengah dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dengan kondisi tubuh yang mengalami penurunan kemampuan dalam kemandirian beraktifitas sehingga berisiko mengalami depresi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat kemandirian dengan risiko depresi pada lansia. Desain menggunakan cross sectional pada 45 lansia di wilayah kerja Pustu Bangas Permai Kota Palangka Raya. Hasil menunjukkan bahwa tingkat kemandirian sangat berhubungan dengan dengan risiko depresi pada lansia. Kemandirian lansia dipengaruhi oleh kemampuan kognitif, fisik maupun sosial. Penurunan kemampuan belajar/ kemampuan mengingat, penurunan kekuatan otot terutama ekstremitas, pengendalian stres, penurunan kegiatan dalam masyarakat membuat lansia merasa tidak puas akan kondisi dirinya dan berdampak pada kondisi kesedihan pada masa tuanya. Direkomedasikan pada tenaga kesehatan dalam membantu meningkatkan kemandirian melalui pemberdayaan keluarga untuk menurunkan risiko depresi pada lansia.
Kemandirian Lansia yang Rendah Meningkatkan Risiko Depresi pada Lansia Agnes Dewi Astuti
Jurnal Forum Kesehatan Vol 8 No 2 (2018): Agustus 2018
Publisher : POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pembangunan kesehatan merupakan proses perubahan tingkat kesehatan dari tingkat yang kurang baik menjadi lebih baik sesuai dengan standar kesehatan. Perubahan ini dapat dikenali dengan mengamati di setiap tingkatan usia, salah satunya adalah perubahan kesehatan pada tingkat usia lanjut (lansia) (BPS, 2015). Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Tengah, jumlah dan persentase lansia di provinsi Kalimantan Tengah dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dengan kondisi tubuh yang mengalami penurunan kemampuan dalam kemandirian beraktifitas sehingga berisiko mengalami depresi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat kemandirian dengan risiko depresi pada lansia. Desain menggunakan cross sectional pada 45 lansia di wilayah kerja Pustu Bangas Permai Kota Palangka Raya. Hasil menunjukkan bahwa tingkat kemandirian sangat berhubungan dengan dengan risiko depresi pada lansia. Kemandirian lansia dipengaruhi oleh kemampuan kognitif, fisik maupun sosial. Penurunan kemampuan belajar/ kemampuan mengingat, penurunan kekuatan otot terutama ekstremitas, pengendalian stres, penurunan kegiatan dalam masyarakat membuat lansia merasa tidak puas akan kondisi dirinya dan berdampak pada kondisi kesedihan pada masa tuanya. Direkomedasikan pada tenaga kesehatan dalam membantu meningkatkan kemandirian melalui pemberdayaan keluarga untuk menurunkan risiko depresi pada lansia.
GANGGUAN FUNGSIONAL MENETAP BERPENGARUH PADA RISIKO DEPRESI LANSIA DM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JEKAN RAYA KOTA PALANGKA RAYA Agnes Dewi Astuti; Reny Sulistyowati; Natalansyah Natalansyah
Jurnal Kesehatan Manarang Vol 3 No 2 (2017): Desember 2017
Publisher : Politeknik Kesehatan Kemenkes Mamuju

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (148.08 KB) | DOI: 10.33490/jkm.v3i2.36

Abstract

Aging is a a natural process in life. Aging is characterized by loss of slowly ability organ tissue repair itself and is irreversible. The elderly are the final statge of a person’s life cycle and experience the aging process with change in various physical or physiological, psychological and social aspects (Miller, 2012). Hanges dues to aging eldely comple raises enormous opportunity for the elderly are at risk of depression. The objective of this study was to determine the factors that influence the risk of depression in elderly at Puskesmas Jekan Raya of Palangka Raya City with descriptive correlational research design using cross sectional approach. The sampling technique in this research is by using probability sampling technique that sampling technique giving equal oppurtinity to every individual in the population to be the research sample.The statistical test used was descriptive test and Chi Square test. The result indicate that factors influencing the risk of depression in the elderly is functional impairment were settled with p value= 0,000. Conclusion of the elderly who have other diseases besides DM settle a vulnerable population at risk of depression. The most dominant factor is the functional disturbances persist after controlling the variable of age, live event s and other diseases (other than DM) with OR=39. Recommended in elderly nursing decision making in order to improve the health of elderly family based programs to prevent depression in the elderly and especially carring by elderly family members.
Relaksasi Otot Progresif untuk Mengurangi Gejala Fatigue pada Klien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Pusat Kesehatan Masyarakat Kayon Reny Sulistyowati; Agnes Dewi Astuti
PengabdianMu: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat Vol 4 No 2 (2019): PengabdianMu: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat
Publisher : Institute for Research and Community Services Universitas Muhammadiyah Palangkaraya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (282.538 KB) | DOI: 10.33084/pengabdianmu.v4i2.850

Abstract

Diabetes mellitus (DM) is a group of heterogeneous disorders characterised by increases in blood glucose levels or hyperglycemia. Symptoms of fatigue are a widespread clinical complaint among adults with type 2 diabetes, this is associated with and reported to be bad for health and is a significant obstacle to the successful management of diabetes. Fluctuations in glucose levels can also cause fatigue. Progressive Muscle Relaxation is one of the natural and simple relaxation techniques. Based on the research that has been done, Progressive Muscle Relaxation can help to reduce fatigue symptoms in Type 2 DM clients. Community service activities were carried out in the PKM Kayon Working Area, precisely at Posbindu Bethesda for 30 participants. The activities include providing health services in the form of blood pressure measurement and blood glucose level examination, providing health education about DM and teaching progressive muscle training. The media used are leaflets and booklets. Participants enthusiastically participated in the activities from the beginning to the end. The evaluation that has been done, the post-test results for knowledge of DM have an increase in the average value of expertise by 17.85%.
PEMBERDAYAAN CAREGIVER DALAM MENINGKATKAN KESEHATAN LANSIA DIABETES MELLITUS Agnes Dewi Astuti
Jurnal Pengabdian Kesehatan Vol 2, No 1 (2019) : Januari 2019
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) STIKES Cendekia Utama Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31596/jpk.v2i1.21

Abstract

Lansia dengan diabetes mellitus memerlukan bantuan dalam penanganan masalah keehatannya terutama dari keluarga yang berperan sebagai caregiver bagi lansia. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa peran keluarga dalam memberikan dukungan bagi lansia sangat berpengaruh pada kondisi kesehatan lansia. Media promosi kesehatan bagi keluarga sebagai care giver  belum tersedia, sehingga pelaksanaan pengabdian masyarakat ini memberikan dampak yang positif dalam meningkatkan kesehatan lansia dengan diabetes mellitus yaitu dengan adanya peningkatan pengetahuan tentang penyakit diabetes melitus, perawatan dan pencegahannya terutama untuk latihan senam kaki bagi lansia diabetes melitus sebanyak 6 orang. Kata kunci: care giver, lansia, diabetes mellitus
DUKUNGAN INFORMASI DARI KELUARGA DAPAT MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP LANSIA HIPERTENSI agnes dewi astuti
JURNAL WACANA KESEHATAN Vol 1, No 2 (2016): Desember 2016
Publisher : AKPER Dharma Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (421.3 KB) | DOI: 10.52822/jwk.v1i2.23

Abstract

Jumlah lansia hipertensi di Puskesmas Jekan Raya meningkat. Pengamatan lapangan, keluarga kurang memberikan dukungan dalam pengendalian hipertensi, sehingga menganggap sembuh jika tekanan darah lansia menurun. Tujuan penelitian mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup lansia. Desain menggunakan cross sectional pada 108 lansia dan keluarga, dengan teknik klaster proporsional. Hasil menunjukkan ada hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup lansia. Salah satu elemen dukungan keluarga berhubungan bermakna adalah dukungan informasi setelah dikontrol dengan pendidikan, penghasilan, asuransi kesehatan. Direkomendasikan pada pengambil keputusan keperawatan lansia agar meningkatkan program kesehatan lansia berbasis keluarga untuk meningkatkan kualitas hidup lansia melalui pemberian informasi tentang kesehatan bagi lansia.