Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

PELAKSANAAN ADVOKASI PERAWAT DALAM INFORMED CONSENT DI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG Tri Sulistiyowati, Maria Agustina Ermi
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol 8, No 2 (2016): Juni 2016
Publisher : Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pelaksanaan praktik informed consent sebagian besar difokuskan untuk mendapatkan tanda tangan dari pasien, dan dokter memilih perawat untuk bertindak sebagai delegasi  daripada sebagai advokat pasien  yang dapat berkontribusi mandiri sesuai  keahlian perawat sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan advokasi perawat dalam informed consent di rumah sakit Islam Sultan Agung Semarang.Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi fenomenologi. Informan utama dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana, sedangkan  informan triangulasi adalah kepala ruang. Informan utama diambil dengan tehnik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, diskusi kelompok terarah dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan advokasi perawat dalam informed consent meliputi : memberikan informasi rencana tindakan, menjelaskan hak pasien, memastikan pasien/keluarga kompeten,  klarifikasi pemahaman pasien, menjadi penghubung antara pasien dan dokter, menjadi saksi, meminta dokter menjelaskan kembali, memberikan kesempatan untuk mengambil keputusan, menanyakan keputusan, menanyakan alasan penolakan, dan menghargai keputusan pasien. Hambatan pelaksanaan advokasi adalah kurangnya kemampuan komunikasi perawat dan belum terjalinnya hubungan kemitraan antara perawat dan dokter.Perawat sudah melaksanakan advokasi dalam informed consent, tetapi belum optimal. Disarankan kepada manajer rumah sakit untuk mengkaji kembali standar operasional prosedur informed consent, dan meningkatkan peran komite keperawatan. Perawat perlu meningkatkan pengetahuan dan menjalin kemitraan dengan dokter. Kata kunci : advokasi, perawat, informed consent
PERBEDAAN BTA SEBELUM DAN SESUDAH PENGOBATAN TUBERKULOSIS PARU DENGAN STRATEGI DOTS Wahyuni, Veronika Kristina; Sulistiyowati, Maria Agustina Ermi Tri; Novitasari, Diana
Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia Vol 4, No 1 (2020): Jurnal Keperawatan Widya Gantari Indonesia
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52020/jkwgi.v4i1.1621

Abstract

Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan kuman Mycobacterium tuberculosis. Sumber penularan adalah pasien TB paru BTA positif. Data WHO Global Tuberculosis Report 2016, Indonesia menempati posisi kedua dengan beban TB tertinggi di dunia. Angka keberhasilan pengobatan TB di Indonesia masih dibawah standar Nasional. Strategi yang digunakan untuk penatalaksanaan TB adalah strategi DOTS. Perbedaan BTA sebelum dan sesudah pengobatan sangatlah penting untuk menentukan angka keberhasilan pengobatan TB. Jenis penelitian kuantitaf obsevasional analitik.  Sampel penelitian sebanyak 71 responden diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Data diambil dari rekam medis di register TB 03, TB 04 berupa hasil BTA sebelum dan sesudah pengobatan TB paru. Analisa data menggunakan uji Marginal Homogeneity. Hasil BTA paling banyak sebelum pengobatan adalah BTA +1 yaitu 30 responden ( 42,3 % ). Hasil BTA paling sedikit sebelum pengobatan adalah  BTA +2 yaitu 8 responden ( 11,3 % ). Hasil BTA paling banyak sesudah pengobatan adalah BTA negatif yaitu 70 responden ( 98,6 % ). Hasil BTA paling sedikit sesudah pengobatan adalah BTA +1 yaitu 1 responden ( 1,4 % ).Ada perbedaan BTA sebelum dan sesudah pengobatan Tuberkulosis paru dengan strategi DOTS di RS St. Elisabeth Semarang dengan p value < 0,001. Ada perbedaan BTA sebelum dan sesudah pengobatan Tuberkulosis paru dengan strategi DOTS dengan p value             < 0,001. Kata kunci : Perbedaan BTA, Strategi DOTS
GAMBARAN KARAKTERISTIK PEMBIMBING KLINIK Maria Agustina Ermi Tri Sulistiyowati
Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan Vol 4 No 1 (2020): Jurnal Manajemen Asuhan Keperawatan
Publisher : Universitas Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33655/mak.v4i1.75

Abstract

Latar Belakang: Pembelajaran praktik klinik memegang peranan penting dalam proses pendidikan mahasiswa keperawatan. Pembelajaran klinik memberikan pengalaman nyata kepada mahasiswa dalam memberikan asuhan keperawatan. Pencapaian ketrampilan mahasiswa dalam praktik klinik tidak lepas dari peran pembimbing klinik. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik pembimbing klinik. Metode: Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif. Sampel penelitian adalah pembimbing klinik di ruang rawat inap yang digunakan untuk praktik klinik mahasiswa keperawatan. Data dikumpulkan dengan kuesioner. Hasil: Berdasarkan tingkat pendidikannya, sebagian besar pembimbing klinik (53.85 %) adalah Ners. Berdasarkan jenjang karirnya, semua pembimbing klinik (100%) memiliki jenjang karir perawat klinik III. Berdasarkan pelatihan pembimbing klinik yang diikuti, sebagain besar pembimbing klinik (69.23 % ) telah mengikuti pelatihan pembimbing klinik. Simpulan: Sebagian besar pembimbing klinik (53.85%) adalah Ners. Semua pembimbing klinik (100%) memiliki jenjang karir perawat klinik III. Sebagain besar pembimbing klinik (69.23 % ) telah mengikuti pelatihan pembimbing klinik. Saran: Perlu dilakukan peningkatkan kompetensi pembimbing klinik melalui pendidikan formal ataupun non formal.
HUBUNGAN ANTARA LAMANYA PERSALINAN SPONTAN KALA II PADA IBU PRIMIPARA DENGAN NILAI APGAR Lucia Ratih Dyah A; Maria Agustina Ermi Tri S
PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL 2013: PROSIDING KONFERENSI NASIONAL PPNI JAWA TENGAH
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (264.197 KB)

Abstract

Pada tahun 2010 WHO mencatat terdapat angka kematian bayi dengan pervalensi 40% atau 3,1 juta bayi. Penyebab kematian bayi karena asfiksia dan trauma sebanyak 23%. Asfiksia dapat terjadi selama kehamilan, proses persalinan dan melahirkan. Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan antara lamanya persalinan spontan kala II pada ibu primipara dengan nilai APGAR. Desain penelitian ini adalah deskriptif korelatif. Teknik pengambilan sampel dengan cara retrospektif dan diperoleh 38 sampel. Studi korelasi ini dianalisis dengan uji Chi-Square menggunakan SPSS versi 16. Uji Chi-Square dengan fisher exact test didapatkan nilai signifikan p value 0,07. Hal ini menunjukkan probabilitas lebih dari 0,05 yang berarti tidak ada hubungan bermakna antara lamanya persalinan spontan kala II pada ibu primipara dengan nilai APGAR. Hal ini dapat di  simpulkan nilai APGAR tidak berhubungan dengan lamanya persalinan spontan  kala II pada ibu primipara.Kata Kunci : APGAR, Lama persalinan spontan kala II, Primipara
PELAKSANAAN ADVOKASI PERAWAT DALAM INFORMED CONSENT DI RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG Maria Agustina Ermi Tri Sulistiyowati
Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol 2, No 4 (2016): Juni 2016
Publisher : Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (709.526 KB)

Abstract

Pelaksanaan praktik informed consent sebagian besar difokuskan untuk mendapatkan tanda tangan dari pasien, dan dokter memilih perawat untuk bertindak sebagai delegasi  daripada sebagai advokat pasien  yang dapat berkontribusi mandiri sesuai  keahlian perawat sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan advokasi perawat dalam informed consent di rumah sakit Islam Sultan Agung Semarang.Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi fenomenologi. Informan utama dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana, sedangkan  informan triangulasi adalah kepala ruang. Informan utama diambil dengan tehnik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, diskusi kelompok terarah dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan advokasi perawat dalam informed consent meliputi : memberikan informasi rencana tindakan, menjelaskan hak pasien, memastikan pasien/keluarga kompeten,  klarifikasi pemahaman pasien, menjadi penghubung antara pasien dan dokter, menjadi saksi, meminta dokter menjelaskan kembali, memberikan kesempatan untuk mengambil keputusan, menanyakan keputusan, menanyakan alasan penolakan, dan menghargai keputusan pasien. Hambatan pelaksanaan advokasi adalah kurangnya kemampuan komunikasi perawat dan belum terjalinnya hubungan kemitraan antara perawat dan dokter.Perawat sudah melaksanakan advokasi dalam informed consent, tetapi belum optimal. Disarankan kepada manajer rumah sakit untuk mengkaji kembali standar operasional prosedur informed consent, dan meningkatkan peran komite keperawatan. Perawat perlu meningkatkan pengetahuan dan menjalin kemitraan dengan dokter. Kata kunci : advokasi, perawat, informed consent
Pendidikan Kesehatan tentang Hipertensi dan Perawatannya pada Anggota PKK RT 01 RW 06 Pedurungan Tengah Semarang Maria Agustina Ermi Tri Sulistiyowati; Raimonda Amayu Ida Vitani; Dian Puspitasari; Florentina Niken Widyastuti
JPKMI (Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Indonesia) Vol 2, No 2: Mei (2021)
Publisher : ICSE (Institute of Computer Science and Engineering)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36596/jpkmi.v2i2.150

Abstract

Abstrak: Hipertensi merupakan suatu penyakit yang banyak dijumpai dan sangat sering menyebabkan serangan jantung yang mematikan. Penyakit ini menempati urutan pertama penyebab kematian di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Hipertensi merupakan silent killer sehingga pengobatannya sering terlambat. Hipertensi  dan komplikasinya dapat dicegah dengan menerapkan pola hidup sehat.  Pendidikan kesehatan dilaksanakan kepada anggota PKK RT 01 RW 06 Pedurungan Tengah dengan memberikan materi tentang hipertensi dan perawatannya. Setelah pemberian materi dan diskusi, dilanjutkan dengan pemeriksaan tekanan darah. Peserta antusias mengikuti penyuluhan dari awal sampai akhir. Dari hasil evaluasi dengan memberikan pertanyaan terkait materi yang diberikan, mereka dapat menyebutkan kembali pengertian, penyebab, tanda gejala, pencegahan serta perawatan hipertensi dengan benar. Dampak dari kegiatan pendidikan kesehatan ini adalah meningkatnya pengetahuan anggota PKK RT 01 RW 06 Pedurungan Tengah tentang hipertensi dan  perawatannya.Abstract: Hypertension is a disease that is common and very often causes deadly heart attacks. This disease ranks as the first cause of death worldwide, including in Indonesia. Hypertension is a silent killer, so treatment is often late. Hypertension and its complications can be prevented by adopting a healthy lifestyle. Health education is carried out to members of the PKK RT 01 RW 06 Pedurungan Tengah by providing material about hypertension and its treatment. After providing material and discussion, it was followed by blood pressure checks. Participants were enthusiastic about attending the counseling from beginning to end. From the results of the evaluation by asking questions related to the material given, they can recite the meaning, causes, symptoms, prevention and treatment of hypertension correctly. The impact of this health education activity is to increase the knowledge of PKK RT 01 RW 06 Pedurungan Tengah members about hypertension and its treatment.
The Role of Clinical Instructor in Nursing Clinic Practice Maria Agustina Ermi Tri Sulistiyowati; Emirensiana Anu Nono; Maria Karolina Selano
Jurnal Kesehatan Vol 10, No 1 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngesti Waluyo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46815/jkanwvol8.v10i1.110

Abstract

The rapid development of technology in the field work does not only require that college graduates have extensive knowledge, but also have professional skills that are ready to be used in the job field. The achievement of student skills in clinical practice cannot be separated from the role of clinical instructor. Clinical instructors have a responsibility to ensure students learn and gain clinical skills experience. The nurses who are appointed as clinical instructor have a dual role. They are not only as clinical instructor, but also carrying out roles as team leaders, room manager and implementing nurses. This can have an impact on the implementation of the role as clinical instructor. This research aims to determine the role of clinical instructor at St. Elizabeth Hospital Semarang. This type of research is qualitative research. The main informants in this study are clinical instructor, while the triangulation informants are students who carry out clinical practice at St. Elisabeth Hospital Semarang. Informants were taken by using purposive sampling technique. Data collection was carried out by in-depth interviews. The research resulted in 2 themes, the role as an educator and as a motivator.
Self Care Activity : Pemanfaatan Tanaman Obat Keluarga (Toga) Dalam Peningkatan Daya Tahan Tubuh Untuk Persiapan Masa Endemi Covid-19 Kristiana Prasetia Handayani; Maria Agustina Ermi; Niken Setyaningrun; Apolonia Antonilda; Lydia Puspa Asmara; Ongky Ayodia
Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara Vol. 3 No. 1 (2022): Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Nusantara (JPkMN)
Publisher : Sistem Informasi dan Teknologi (Sisfokomtek)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (360.547 KB) | DOI: 10.55338/jpkmn.v3i1.286

Abstract

Virus Corona telah mengancam dunia dengan kematian yang semakin hari semakin bertambah. Diperlukan tingkat pengetahuan masyarakat dalam mendukung kemandirian untuk mendeteksi dan mencegah kejadian Covid 19. Tujuan dari pengabdian kepada masyarakat ini adalah memberikan pemahaman terkait self care activity tentang pemanfaatan tanaman obat keluarga (toga) dalam peningkatan daya tahan tubuh untuk persiapan masa endemic Covid-19.
PENGARUH SELF CARE ACTIVITIES PADA PASIEN DIABETES MELITUS TERHADAP KEJADIAN NEUROPATI DIABETIKUM Selano, Maria Karolina; Tri Sulistyowati, Maria Agustina Ermi; Nono, Emirensiana Anu
Jurnal Perawat Indonesia Vol. 4 No. 3 (2020): November 2020
Publisher : Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (147.078 KB) | DOI: 10.32584/jpi.v4i3.715

Abstract

International Diabetes  Federation (IDF) Atlas 2017 melaporkan bahwa epidemi diabetes di Indonesia masih menunjukkan kecenderungan meningkat. Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi karena pankreas tidak menghasilkan cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya. Seiring dengan bertambahnya jumlah penderita diabetes,  maka penderita diabetes  harus melakukan pengaturan diri terhadap penyakit dalam bentuk perawatan diri agar kadar glukosa berada pada level normal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh self care activities pada pasien diabetes melitus terhadap kejadian neuropati diabetikum yang merupakan salah satu komplikasi mikrovaskuler di Puskesmas yang ada di Kota Semarang. Adapun desain penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional study yang dilakukan terhadap 84 responden. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer. Populasi penelitian ini adalah pasien diabetes melitus baik tipe 1 maupun tipe 2. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner  The Summary of Diabetes Self-Care Activities (SDSCA) untuk menilai self care activities yang meliputi pengaturan pola makan (diet), pemantauan gula darah, terapi obat, perawatan kaki dan latihan fisik (olahraga)  serta  melakukan pengukuran sensitifitas kaki dengan menggunakan monofilament test untuk menentukan kejadian neuropati diabetikum. Data dianalisis secara univariat, bivariat dengan komputer menggunakan uji statistik chi-square. Hasil penelitian didapatkan 71 responden (84,5 %) patuh dalam melakukan self care activities, 46 responden (54,8%) mengalami neuropati diabetikum. Berdasarkan hasil uji analisa hubungan kedua variabel ditemukan nilai Asymp Sig 0,942 (P-value = 0,005). Karena nilai 0,942 > 0,005, maka dapat disimpulkan tidak ada pengaruh yang signifikan antara self care activities dengan kejadian neuropati diabetikum.