Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Budidaya Sugar apple(Srikaya) new variety di Bejana Gelap Yudi Anto
JURNAL GALUNG TROPIKA Vol 6 No 2 (2017)
Publisher : Fapetrik-UMPAR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31850/jgt.v6i2.882

Abstract

Sustainable Organic Agriculture Yudi Anto
Agrifor : Jurnal Ilmu Pertanian dan Kehutanan Vol 11, No 2 (2012): Oktober
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31293/agrifor.v11i2.5932

Abstract

Pertanian organik adalah teknik budidaya, pemeliharaan, atau pengolahan makanan tanpa menggunakan sebagian besar pestisida dan pupuk sintetis, serta bioengineering, radiasi pengion, dan lumpur limbah.Petani organik berbeda dari petani konvensional karena mereka menolak menggunakan bahan kimia di lahan mereka. Artinya, mereka tidak pernah menggunakan pestisida atau pupuk kimia di ladang mereka. Ini juga menyiratkan bahwa mereka tidak pernah memberi makan hewan mereka pakan non-organik atau memberikan obat-obatan kepada mereka setelah usia tertentu.Di Jakarta, produk petani harus bebas bahan kimia setidaknya selama empat tahun sebelum ia dapat memasarkannya sebagai organik bersertifikat. Namun, itu berbeda dari satu negara bagian ke negara bagian lainnya. Sementara di Indonesia, tanah bebas bahan kimia diperlukan hanya untuk satu tahun, di negara bagian tertentu, diperlukan untuk sepuluh tahun!
Pertanian Bebas Kimia dalam Aksi: Pertanian Organik Yudi Anto
Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil Vol 3, No 1 (2013): Volume 3 Nomor 1 Tahun 2013
Publisher : Lembaga Penelitian & Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) Universitas Mikroskil

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55601/jwem.v3i1.843

Abstract

Ketahanan pangan telah lama dianggap sebagai aspek terpenting dari strategi pertanian Indonesia. Menggunakan input kimia seperti pupuk dan insektisida sebagai komponen utamanya, teknologi Revolusi Hijau secara dramatis meningkatkan produktivitas padi nasional.Sebaliknya, kontrol input kimia yang tidak memadai memiliki pengaruh negatif terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Memasuki abad kedua puluh satu, gaya hidup sehat berdasarkan moto "kembali ke alam" telah muncul sebagai tren baru, karena orang menjadi lebih sadar akan efek negatif dari input kimia dalam pertanian. Akibatnya, pertanian organik adalah pilihan terbaik untuk gaya hidup baru.
Pacu Produksi panen tanaman kentang dengan aplikasi pupuk cair Yudi Anto
AGRIVITA, Journal of Agricultural Science Vol 38, No 2 (2016): JUNE
Publisher : Faculty of Agriculture University of Brawijaya in collaboration with PERAGI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17503/agrivita.v38i2.3649

Abstract

Berapa produksi kentang granola per ha? Jika pertanyaan itu diajukan kepada Yuli Sungkowo, pekebun di Tosari, Kabupaten Pasuruan, langsung dijawab cepat: 70 ton. Itu 3 kali lipat dari rata-rata produksi pekebun lain di Indonesia yang cuma 20—25 ton per ha. Malahan Yuli yang mengelola 5 ha lahan dapat panen lebih cepat 45 hari ketimbang pekebun lain.Yuli Sungkowo tidak menanam kentang di lahan bukaan baru. Bukan. Pekebun kentang sejak 25 tahun lamnan itu membudidayakan Solatium tuberosum di lahan yang bertahun-tahun juga ditanami kentang. Lahannya di sentra Gunung Bromo, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, di ketinggian 1.700 m dpi.Teknik budidaya kentang organik  serupa dengan pekebun kentang lain di Indonesia. Misalnya sebelum penanaman, tanah diolah, diratakan, dan dibuat guludan dengan lebar 75 cm. Jarak antarbedengan 30 cm. Setelah itu, guludan ditaburi 1,5 ton pupuk kandang dan 800 kg pupuk ponska per hektar. Tanah diaduk dan diratakan kembali dengan cangkul. Sebelum penanaman, Furada ditaburkan di lahan itu.Pupuk cairSatu hal yang membedakan cara budidaya itu adalah Yuli Sungkowo menambahkan pupuk cair. Itu dilakukan pekebun lain di sana. Kandungan pupuk cair yang berbahan baku ikan mujair itu berupa nitrogen 3,12%, fostat 0,25%, kalium oksida 3,04%. Nutrisi itu juga mengandung unsur mikro seperti besi, mangan, tembaga, khlorin, dan sulfat.Pupuk cair itu dilarutkan dalam air dengan perbandingan 1:4. Untuk satu hektar, Yuli perlu 576 liter larutan hasil pencampuran 12 botol berisi masing-masing 12 cc. Penyemprotan pertama saat anggota famili Solanaceae itu berumur 12 hari dengan interval 8 hari dan frekuensi 5 kali. Dampak pemberian pupuk itu tampak ketika tanaman berumur sebulan. Saat itu Januari 2006, tanaman milik pekebun-pekebun lain luluh lantak akibat derasnya hujan. Kentang di kebun Yuli tetap vigor.Ketika berumur sebulan, tanaman kentang tampak subur. Itu terlihat dari sosok tanaman yang lebih rimbun dibanding tanaman pekebun lain. Oleh karena itu ia pun berencana memanennya pada umur 70 hari untuk dimanfaatkan sebagai bibit. Pada 20 Maret 2006, ia memanen kerabat tomat itu. Hasilnya membuat ia terbelalak. Sebab, ukuran umbi amat besar layaknya untuk konsumsi, mencapai 100—500 g. Padahal, bobot umbi untuk bibit rata-rata 60—80 gram.Meski umur tanaman baru 70 hari, daging umbi lebih padat dan layak konsumsi. Itu diukur dari bobot per karung ukuran 75 cm x 60 cm yang biasanya memuat 54—64 kg, kini menjadi 60—70 kg. Artinya, selain mendongkrak produktivitas, Yuli juga berhasil memangkas waktu produksi yang biasanya 115—120 hari, kini hanya 70—75 hari.Total jenderal volume panen perdana mencapai 35 ton dari lahan 0,5 ha dengan populasi 45.000 tanaman “Ini luar biasa” ujarnya. Ia memang mengelola 5 ha lahan,tetapi panen dilakukan bertahap. Panen periode berikutnya berlangsung pada akhir April 2006 sehingga volume panen belum diketahui. Artinya produksi rata-rata sekitar 70 ton per ha. Jika memanen untuk bibit, biasanya ia hanya mengangkut 12 ton dari lahan 0,5 hektar atau 24 ton per hektar. Peningkatannya hingga 23 ton.Untung besarDari total produksi 35 ton, 70% atau sekitar 24,5 ton kentang bermutu A yang dijual Rp2.200 per kg. Cirinya bobot umbi lebih dari 100 g. Sedangkan kentang bermutu B bobot 60—100 g, hanya 25% (8,75 ton). Namun, ia tidak menjualnya. “Saya simpan untuk bibit,” kata Yuli. Kentang berkualitas rendah alias apkir sekitar 1,75 ton, dijual Rpl.000 per kg.Total jenderal, Yuli meraup omzet Rp55-juta atau untung sekitar Rp44- juta dari lahan 0,5 hektar. Jika dijual seluruhnya (termasuk kentang mutu B, red), Yuli bisa mendapatkan tambahan keuntungan Rpl5,75-juta. Menurut ayah 2 anak itu, biaya penanaman kentang 0,5 hektar Rp 10.942.000. Jumlah itu tidak jauh berbeda dengan biaya produksi pada musim tanam sebelumnya. “Saya hanya menambah biaya Rp252.000 untuk membeli tambahan pupuk cair,” ujar pria 46 tahun itu.Menurut Ir Gustaaf A Wattimena PhD, guru besar bidang hortikultura dan kultur jaringan Institut Pertanian Bogor, hasil yang dicapai Yuli sangat fantastis. Biasanya, kentang berumbi pada umur 45—60 hari. Setelah itu, pekebun bisa memanen 600 kg umbi per hari selama 60 hari berturut-turut dari lahan 1 ha. Total volume produksi 36 ton per hektar.Keberhasilan Yuli mendongkrak produksi kentang, belum dapat diklaim akibat pupuk cair yang ia gunakan. “Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas tanaman,” kata Wattimena. Faktor-faktor itu antara lain rendahnya serangan hama dan penyakit, kondisi tanah, ketersediaan air, serta iklim. “Kalau pun kondisinya sangat ideal, produksi kentang maksimal 40 ton per hektar,” ujar ahli mikrobiologi itu.Dosen Fakultas Pertanian IPB itu mengungkapkan, meski umbi jumbo, belum tentu berkualitas prima. “Umbi besar tapi kandungan airnya tinggi, tetap saja tidak bermutu. Kualitas diukur dari bobot kering umbi,” kata peraih doktor hortikultura University of Wisconsin, Amerika Serikat itu.Untuk kentang granola, bobot kering minimal 14% dari bobot total umbi. Sedangkan untuk kentang industri pengolahan minimal 20%. Memang kualitas umbi yang dihasilkan Yuli belum teruji kualitasnya. Meski begitu, toh Yuli telah meraup untung hingga berlipat-lipat. Itulah sebabnya, pekebun-pekebun lain di Pasuruan kini mengikuti jejak Yuli: menambahkan pupuk cair.
Industri Pertanian Organik Yudi Anto
Gontor AGROTECH Science Journal Vol 2, No 1 (2015): December 2015
Publisher : University of Darussalam Gontor, Ponorogo, East Java Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/agrotech.v2i1.7201

Abstract

Untuk mulai mengklasifikasikan pertanian modern, perlu untuk menganalisis dua kategori utama sistem pertanian yang telah berkembang di masyarakat: industri dan organik.Kata "industri" pertanian berasal dari Revolusi Hijau, yang melanda dunia pada pertengahan abad kedua puluh. Perkembangan teknologi pertanian selama periode ini menghasilkan tanaman yang lebih kuat dan tahan penyakit. Tren tanaman pertanian rekayasa genetika dimulai dengan revolusi ini. Apa yang dimulai sebagai kesuksesan kecil yang berpusat di Meksiko, asal mula "revolusi hijau", dengan cepat menyebar ke seluruh dunia. Dalam masyarakat saat ini, kata "industri" pertanian mengacu pada penggunaan modifikasi genetik dan pupuk sintetis dalam hubungannya dengan teknik pertanian tradisional (Briney, 2010).Ungkapan pertanian "organik" mengacu pada spesies yang telah dibudidayakan tanpa menggunakan bantuan sintetis apa pun, seperti manipulasi genetik atau aplikasi pupuk dan pestisida sintetis.Pertanian organik didefinisikan sebagai "praktik pertanian yang agroekologis, berkelanjutan, atau ekologis; memanfaatkan proses siklus nutrisi alami (non-sintetik); tidak termasuk atau jarang menggunakan pestisida sintetis; dan mempertahankan atau memulihkan kualitas tanah" (Badgley, 2006). Petani kecil yang tumbuh secara organik untuk memberi makan keluarga dan masyarakat lokal telah mempraktikkan pertanian organik selama beberapa generasi. Secara tradisional, peternakan, peternakan, dan produksi tanaman semuanya merupakan bagian dari siklus yang sama.
Economic benefits of organic farming Yudi Anto
Indobiosains 2019: Volume 1 No 1 Februari 2019
Publisher : Universitas PGRI Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31851/indobiosains.v1i1.7198

Abstract

Pertanian organik dapat menguntungkan, dan makanan organik menarik bagi konsumen sebagai pilihan yang sehat dan etis. Di luar uang dan etika, praktik pertanian organik menghasilkan banyak manfaat lingkungan. Mengurangi Paparan Pestisida dan Bahan KimiaAsosiasi Perdagangan Organik mencatat bahwa bisnis pertanian dan peternakan di Indonesia beralih ke produksi organik, kita dapat menghilangkan 500 juta pon pestisida yang persisten dan berbahaya memasuki lingkungan setiap tahun. Penggunaan pestisida dan bahan kimia menghasilkan banyak masalah lingkungan yang negatif:Pestisida memungkinkan resistensi penyakit menumpuk pada tanaman, gulma, serangga pemakan tumbuhan, jamur, dan bakteri.Pestisida dan bahan kimia yang disemprotkan pada tanaman mencemari tanah, pasokan air, dan udara. Terkadang pestisida berbahaya ini bertahan selama beberapa dekade (mungkin lebih lama).Bahan kimia sintetis juga mencegah praktik pertanian cerdas seperti tanaman penutup tanah dan rotasi tanaman, yang pada gilirannya dapat menyebabkan masalah lingkungan berbahaya lainnya seperti erosi.
organic livestock farming Yudi Anto
Alhurriyah Vol 1, No 2 (2016): Juli - Desember 2016
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30983/alhurriyah.v1i2.5241

Abstract

Seorang petani yang memiliki ternak sebagai bagian dari pertanian organiknya tidak perlu membeli lebih banyak produk penggabungan tanah. Di peternakan, limbah ternak dapat digunakan seperti halnya pupuk kandang. Kotoran dari susu dan unggas, menurut Penelitian dan Pendidikan Pertanian Berkelanjutan , memiliki efek pengapuran dan benar-benar menangkal pengasaman. Memasukkan kotoran hewan yang dapat diterima secara lingkungan dapat bermanfaat dalam berbagai cara, menurut laporan tersebut.Struktur tanah yang lebih baik, misalnya, menyebabkan peningkatan infiltrasi air, kapasitas menahan air yang lebih baik, retensi nutrisi yang baik, dan peningkatan keragaman mikroba. Kapasitas untuk katalisis dan pH tanah keduanya dipengaruhi secara positif.Menurut 'Komunitas Pembelajaran Lingkungan Ternak dan Unggas', pupuk kandang yang diterapkan dengan tepat berpotensi memberikan berbagai manfaat lingkungan, termasuk peningkatan kadar karbon tanah dan kadar karbon atmosfer yang lebih rendah, pengurangan pencucian nitrat, dan pengurangan erosi tanah.Aplikasi permukaan pupuk organik bertindak serupa dengan sisa tanaman, menurut percobaan di lapangan. Pupuk kandang, seperti sisa-sisa pertanian, dapat melapisi permukaan tanah dan mencegah erosi yang disebabkan oleh hujan.
Menyiasati Rendahnya Harga Dasar Gabah Dikalangan Petani Yudi Anto
Biospektrum Jurnal Biologi No. 01 Tahun I/Juli 2018
Publisher : Program Studi Biologi - Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (kampus Kota Madiun)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33508/bios.v1i01.1062

Abstract

Akhir-akhir ini beras jadi primadona lagi. Harga padi yang semula membaik, anjlok tanpa sebab yang jelas. Beberapa pendapat menuding beras impor sebagai penyebabnya. Peran Bulog pun ikut dipertanyakan. Sejumlah kebijakan yang dikeluarkan pemerintah masih juga belum bisa mendongkrak harga beras. Apa yang terjadi?Saat orang ramai-ramai mengkambing hitamkan beras impor, sejumlah pemerhati malah membedah kebijakan beras yang berlaku. Mereka yang tergabung dalam Tim Himpunan Alumni IPB mempertanyakan arah kebijakan beras yang dianggap membingungkan.Seperti diketahui Orde Baru membangun sistem perberasan dengan 5 unsur. "Yaitu menetapkan harga dasar gabah, memberikan fasilitas KUT, melakukan pembelian gabah oleh Bulog, mengendalikan impor melalui monopoli impor oleh Bulog, dan melakukan manajemen stok oleh Bulog," jelas Dr. Bayu Krisnamurti.Ironisnya, "Kerangka kebijakan pangan kabinet hari ini masih menggunakan cara lama, baik semangat, karakter, dan platform-nya," ujar Dr. Bustanul Arifin. Padahal banyak hal yang sudah tidak selaras, tetapi masih juga diteruskan.Misalnya, pemerintah terlalu tergantung pada Bulog. "Padahal kita tahu monopoli beras tidak lagi dipegang oleh Bulog," tutur Bustanul. Jika dahulu Bulog mendapat dana dari KLBI sekitar Rp400 milyar Rp600-milyar, kini sudah tak ada lagi. Alhasil gabah menumpuk dan harga gabah masih anjlok.
organic livestock farming Yudi Anto
Alhurriyah Vol 1, No 2 (2016): Juli - Desember 2016
Publisher : Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (8.464 KB) | DOI: 10.30983/alhurriyah.v1i2.5241

Abstract

Seorang petani yang memiliki ternak sebagai bagian dari pertanian organiknya tidak perlu membeli lebih banyak produk penggabungan tanah. Di peternakan, limbah ternak dapat digunakan seperti halnya pupuk kandang. Kotoran dari susu dan unggas, menurut Penelitian dan Pendidikan Pertanian Berkelanjutan , memiliki efek pengapuran dan benar-benar menangkal pengasaman. Memasukkan kotoran hewan yang dapat diterima secara lingkungan dapat bermanfaat dalam berbagai cara, menurut laporan tersebut.Struktur tanah yang lebih baik, misalnya, menyebabkan peningkatan infiltrasi air, kapasitas menahan air yang lebih baik, retensi nutrisi yang baik, dan peningkatan keragaman mikroba. Kapasitas untuk katalisis dan pH tanah keduanya dipengaruhi secara positif.Menurut 'Komunitas Pembelajaran Lingkungan Ternak dan Unggas', pupuk kandang yang diterapkan dengan tepat berpotensi memberikan berbagai manfaat lingkungan, termasuk peningkatan kadar karbon tanah dan kadar karbon atmosfer yang lebih rendah, pengurangan pencucian nitrat, dan pengurangan erosi tanah.Aplikasi permukaan pupuk organik bertindak serupa dengan sisa tanaman, menurut percobaan di lapangan. Pupuk kandang, seperti sisa-sisa pertanian, dapat melapisi permukaan tanah dan mencegah erosi yang disebabkan oleh hujan.
4 Jam Di Pasar Induk Singapura Yudi Anto
Pelita Perkebunan (a Coffee and Cocoa Research Journal) Vol 21 No 2 (2005)
Publisher : Indonesian Coffee and Cocoa Research Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pasir Panjang Wholesales Centre, tulisan besar-besar itu terpampang di pinggir Pasir Panjang road. Dari pasar induk yang bersih dan teratur rapi itulah produk pertanian dari mancanegara didistribusikan. Ada yang dikonsumsi lokal, banyak pula yang dire-ekspor ke negara lain. Wartawan Mitra Usaha Tani, Evy Syariefa Firstantinovi, melaporkan hasil perjalanannya ke sana. Jalan lebar beraspal mulus yang membelah deretan kios seakan menjadi awal aktivitas Pasir Panjang Wholesales Centre. Di sepanjang jalan berderet puluhan kontainer. Sejumlah pekeija pria sibuk menurunkan buah dan sayuran, lalu dipisahkan sesuai tujuan: pasar tradisional, cara menanam pohon coklat dari biji tatacara menanam coklat kebun coklat balongbendo krian sidoarjo kebun coklat sidoarjo cara budidaya kakao yang baik dan benar budidaya cocoa menanam kakao dari biji cara menanam kakao yang benar kebun coklat di blitar budidaya pohon coklat pasar swalayan atau dire-ekspor. Hampir seluruh buah dan sayuran impor masuk ke Singapura melalui pasar induk seluas 14ha yang dibangun pemerintah pada 1983 ini.