Herlina Tarigan
Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

Pengaruh Pemilikan Aset Teknologi Informasi dan Telekomunikasi terhadap Kemiskinan Rumah Tangga Tani Pantjar Simatupang; Herlina Tarigan
Jurnal Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia Vol 10 No 1 (2021): April
Publisher : Jurnal Ekonomi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52813/jei.v10i1.75

Abstract

Pengurangan prevalensi kemiskinan pada rumah tangga pertanian adalah kunci untuk mewujudkan angka kemiskinan nasional menjadi satu digit. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh pemilikan aset teknologi informasi dan telekomunikasi (TIK) terhadap kemiskinan rumah tangga tani di pedesaan Indonesia. Kemungkinan terjerumus ke dalam kemiskinan dianalisis dengan menggunakan model probabilitas logit, dan media transmisi dampak diuji dengan fungsi pengeluaran menggunakan data BPS-Susenas 2017. Penelitian menunjukkan bahwa aset penghidupan yang berpengaruh nyata terhadap kemungkinan rumah tangga tani keluar dari kemungkinan masuk ke dalam kemiskinan ialah akses terhadap teknologi informasi dan telekomunikasi digital.
Dampak Undang-Undang Sumber Daya Air terhadap Eksistensi Kelembagaan Subak di Bali Herlina Tarigan; Pantjar Simatupang
Analisis Kebijakan Pertanian Vol 12, No 2 (2014): Analisis Kebijakan Pertanian
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/akp.v12n2.2014.103-117

Abstract

Di Bali, implementasi Undang-Undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air berkelindan dengan politik ekonomi dan pembangunan pariwisata massal, secara sinergis menyebabkan perubahan dimensi pemanfaatan air dari fungsi sosial, pertanian, dan lingkungan yang mengedepankan keseimbangan dan harmoni, ke arah fungsi ekonomi dan pariwisata yang mengedepankan efisiensi dan nilai tambah ekonomi. Penelitian ini bertujuan menganalisis dampak implementasi undang-undang tersebut terhadap kelembagaan pengairan subak dan sektor pertanian. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktor kapitalis dalam pengelolaan dan pemanfaatan air yang berperan mendukung pembangunan berbasis pariwisata berkembang pesat, mendorong munculnya fenomena privatisasi dan komersialisasi air, yang selanjutnya menyebabkan eksploitasi air secara berlebihan, penurunan air untuk pertanian, dan konversi lahan pertanian, yang akhirnya menurunkan produksi pertanian dan pendapatan petani. Privatisasi dan komersialisasi air juga menyebabkan perubahan kelembagaan berupa peluruhan ruang spasial, nilai-nilai otonomi dan kelekatan sosial, tata kelola, kepemimpinan dan kuasa serta kewenangan subak. UU No. 7/2004 seyogianya diterapkan penuh disiplin atau malah mungkin lebih baik direvisi atau dikaji ulang konstitusionalitasnya.
Strategi Komunikasi Pemanfaatan Varietas Unggul Baru Padi Toleran Rendaman Herlina Tarigan; Rita Nur Suhaeti; Rudy Sunarja Rivai
Analisis Kebijakan Pertanian Vol 14, No 2 (2016): Analisis Kebijakan Pertanian
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/akp.v14n2.2016.97-112

Abstract

Indonesia is still in struggle achieving sustainable food self-sufficiency, especially for rice. Rice production enhancement deals with many challenges, among others, negative impacts of climate change such as floods and droughts. Submergence tolerant rice varieties (STRV) invented by IAARD takes a relatively long time to be adopted by rice farmers. It needs an effective communication strategy to overcoming this situation. This paper identifies communication system in STRV dissemination process and acceptance while trying to formulate an effective communication strategy to speed up the adoption process to support food self-sufficiency achievement. Farmers’ rate of adoption of technology innovation was influenced by internal factors, external factors, socio-economic and environmental conditions. The research was conducted in 2015 on various types of lowland, that is, prone-flood irrigated lowland in West Java Province and in swamp tidal irrigated lowland and swampy irrigated lowland in South Kalimantan Province. The data were analyzed using both communication theory and institutional evaluation. SRTV socialization communication and adoption was a stratified communication linear model, directional, and no room for feedback. This system could only work effectively in a relatively long time such that the behavior change was slow. The system will be more effective in reaching early adopter groups and takes longer to spread to other recipient groups. An effective, equitable interactional communication model was required by setting up dialogues on each stage such that STRV adoption could be accelerated. Institutionally, STRV adoption required new breakthroughs because, in addition to technical problems, it was necessary to improve technology dissemination mechanism with better communication systems. AbstrakIndonesia terus berupaya mencapai swasembada pangan berkelanjutan, terutama untuk komoditas beras. Peningkatan produksi padi banyak menghadapi tantangan antara lain dampak negatif perubahan iklim seperti banjir dan kekeringan. Hasil penelitian Badan Litbang Pertanian yang potensial seperti varietas unggul baru padi toleran rendaman (VUB-PTR) seringkali lama diadopsi karena komunikasi dan strateginya kurang efektif. Tulisan ini bertujuan mengidentifikasi sistem komunikasi pada proses sosialisasi dan pemanfaatan VUB-PTR sekaligus mencoba merumuskan strategi komunikasi yang efektif untuk mempercepat proses adopsinya sehingga dapat mendukung pencapaian swasembada pangan. Tingkat penerimaan petani terhadap teknologi inovasi dipengaruhi oleh faktor internal, faktor eksternal, dan kondisi sosial ekonomi lingkungan. Penelitian dilaksanakan tahun 2015 pada berbagai tipe lahan sawah, yaitu lahan sawah irigasi rentan banjir di Provinsi Jawa Barat dan lahan rawa pasang surut dan rawa lebak di Provinsi Kalimantan Selatan. Analisis data menggunakan kombinasi teori komunikasi dengan analisis kelembagaan. Sistem komunikasi sosialisasi dan pemanfaatan VUB-PTR merupakan komunikasi berjenjang dengan model linier, sifatnya searah, dan tidak ada ruang untuk menyampaikan umpan balik. Sistem ini hanya bisa berjalan efektif dalam waktu relatif lama sehingga perubahan perilaku lambat. Sistem lebih efektif menjangkau kelompok pengguna awal dan membutuhkan waktu lebih lama untuk menyebar ke kelompok penerima lainnya. Diperlukan pembangunan sistem komunikasi yang lebih efektif dan setara model interaksional dengan membuka ruang dialog pada masing-masing tahapan sehingga adopsi inovasi bisa dipercepat. Secara kelembagaan, pemanfaatan VUB-PTR memerlukan terobosan baru karena selain persoalan teknis, perlu perbaikan mekanisme diseminasi teknologi dengan sistem komunikasi yang lebih baik.
Inovasi Pertanian dan Pemberdayaan Masyarakat Petani di Lahan Gambut Rika Reviza Rachmawati; Herlina Tarigan
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 37, No 1 (2019): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v37n1.2019.77-94

Abstract

Indonesia is blessed with large potential peatland areas. Growing rice in peatland areas, for example, may be harmful to the environment if it is inappropriate farming practice. This paper aims to identify the best agricultural innovation and to propose strategic recommendation for peatland areas management. Farmers have applied agricultural innovations in growing rice in peatland areas with limited ecological damages carried out through water control management such as one way-water management, canal blocking, surjan or tukungan, and varieties adapted to peatland environment. The government has launched some measures to support peatland ecosystem but farmers’ support is inadequate. Implementing good agricultural technology through increased community participation in sustainable peatland management practices, strengthening farmers’ institution, information dissemination, and mutual community partnership. AbstrakIndonesia dikaruniai lahan gambut yang tersebar luas. Pemanfaatan lahan gambut untuk kegiatan pertanian padi banyak menimbulkan kontroversi apabila tidak dibudidayakan secara tepat. Tulisan ini membahas inovasi pertanian yang tepat dan merekomendasikan strategi pemberdayaan petani di kawasan lahan gambut. Inovasi pertanian untuk menanam padi di lahan gambut tanpa merusak lingkungan di antaranya pengaturan tata air yang mampu menekan terjadinya penurunan fungsi lingkungan, seperti tata air satu arah, tabat konservasi, surjan dan tukungan, sistem drainase dangkal, hingga inovasi pemberian kapur (ameliorasi), pemupukan N dan P serta  pemilihan varietas tanaman adaptif  baik tanaman pangan, hortikultura, dan  perkebunan.  Berbagai usaha dan kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk menjaga ekosistem lahan gambut belum optimal hasilnya karena kurang mendapat dukungan masyarakat setempat. Diperlukan pemberdayaan petani di kawasan lahan gambut agar lebih peduli kelangsungan ekosistem. Penguatan kelembagaan petani berperan dalam pemecahan masalah usaha tani, penyebarluasan informasi, penerapan teknologi sesuai agroekosistem, serta membangun kerja sama dan kemitraan yang saling menguntungkan.
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN PADA ERA DISRUPSI: UPAYA MENDUKUNG AGRIBISNIS INKLUSIF Herlina Tarigan
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 38, No 2 (2020): Forum penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v38n2.2020.89-101

Abstract

Inclusive and sustainable agribusiness development in the disruption era requires fundamental adaptation. Major changes in community’s activities take place from the real world to virtual activities. One of the urgent needs in inclusive and sustainable agribusiness development is agricultural human resources able to anticipate changes and successfully adapt to those changes. This paper aims to explore changes in the agribusiness order, challenges in the extension system and agricultural human resource development going forward.  Scientific review analysis shows that there are physical business cost savings, open and direct new markets, development of internet-based online shop services with smarter, easier, faster, more efficient, and more accurate transaction processes. The agribusiness system requires a new management system with more competitive human resources capacity. Three instruments for developing agricultural human resources are: (1) prioritizing skill improvement and providing infrastructure for information and communication technology (ICT), (2) capability of extension workers and researchers in creating, socializing and implementing inclusive technology with digital literacy, (3) training the farmers with ICT-based production skills, building partnerships, and accessing big data and information in accordance with their current. Accelerating instrument operations needs champions or youth driving agent.
TINJAUAN KRITIS TERHADAP PEMBOROSAN PANGAN: BESARAN, PENYEBAB, DAMPAK, DAN STRATEGI KEBIJAKAN Mewa Ariani; Herlina Tarigan; Achmad Suryana
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 39, No 2 (2021): Forum penelitian Agro Ekonomi : In Press
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v39n2.2021.135-146

Abstract

Food loss and waste are one of the indicators of Sustainable Development Goals (SDGs), namely goal 12: ensure sustainable food consumption and production patterns. Indonesia is committed to achieving the targets set out in the SDGs, one of which is target 12.3: to reduce food loss and waste by half by 2030. Achieving this target is beneficial for achieving national food and nutrition security, and environmental sustainability. This paper is a scientific review aimed at analyzing the magnitude, causes, impacts, and policy strategies for reducing food waste. The results of the analysis show that the percentage of food waste in the last two decades tends to increase. The largest proportion of food waste occurs at the household level. The main cause is the behavior of household food consumption patterns, ranging from planning, purchasing, and processing up to consumption, which do not aware that food waste has impacted not only individuals but also society in the form of economic, social, and environmental losses. Therefore, efforts to reduce food waste need to be carried out comprehensively and sustainably, considering that changing people's food consumption behavior takes a relatively long time. Another effort that needs to be done is to change the mindset of each individual toward the value of food through formal education from an early age and non-formal socialization by utilizing various communication media.
Karakteristik Komersial dan Perubahan Sosial Petani Kecil Herlina Tarigan
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 36, No 2 (2018): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v36n2.2018.129-142

Abstract

This article analyzes peasant’s commercial characteristics in irrigated lowland agro ecosystems and identifies its social change. Peasant’s performance includes limited land holding, poor infrastructure condition, family food security orientation, low access to capital, information and technology and institutional involvement, production cost dependence on traders, and strong social and employment institutional ties. Various policies needed for more commercial peasants include guarantee of land and market rights, farm management, risk mitigation and adaptation, promoting an efficient and inclusive food product value chain, develop modern agricultural farming and management techniques, establishing synergistic farmer’s economic institutions and extension institutions, and expanding business network. Policy strategies include flexible transfer of land tenure, instruments to reduce and manage farm risks, open access to market and marketing information, create favor value chains, vertical and horizontal coordination to meet the safety standards, peasant’s organization role enhancement, provide incentives for high-value commodity production, reduce trade barriers and technology subsidies that potentially reduce farmer’s employment and opportunities, and develop innovative financial service access systems. Priority policy includes better technology and natural resource management practices, input subsidies for food production, protection of land rights and farming system development to support non-farm diversification. AbstrakArtikel ini menganalisis karakteristik komersial petani pada agroekosistem sawah dan mengidentifikasi perubahan sosialnya. Selain pemilikan lahan terbatas, petani kecil juga bekerja dalam kondisi infrastruktur yang buruk, orientasi keamanan pangan keluarga, akses rendah terhadap modal, informasi, teknologi, dan kelembagaan, ketergantungan biaya produksi pada pedagang, serta ikatan sosial dan kelembagaan ketenagakerjaan yang kuat. Berbagai kebijakan yang diperlukan untuk petani agar lebih komersial diantaranya jaminan hak atas tanah dan pasar, strategi manajemen pertanian, mitigasi dan adaptasi risiko, mempromosikan rantai nilai produk makanan yang efisien dan inklusif lebih dekat ke sektor hulu, mengembangkan teknik pertanian dan manajemen pertanian modern, membangun institusi ekonomi dan lembaga penyuluhan petani yang sinergis, dan memperluas jaringan bisnis. Strategi untuk mengubah petani kecil agar komersial antara lain transfer lahan yang fleksibel, instrumen untuk mengurangi dan mengelola risiko usaha tani, membuka akses terhadap pasar dan informasi pasar, menciptakan rantai nilai baik, koordinasi vertikal dan horizontal untuk memenuhi standar keamanan, meningkatkan peran organisasi petani, insentif untuk produksi komoditas bernilai tinggi, mengurangi hambatan perdagangan dan subsidi teknologi yang berpotensi mengurangi pekerjaan dan peluang petani, serta mengembangkan sistem akses layanan keuangan yang inovatif. Skala prioritas meliputi teknologi yang lebih baik dan praktik manajemen sumber daya alam, input subsidi untuk produksi pangan, perlindungan hak atas tanah dan pengembangan sistem pertanian untuk mendukung diversifikasi non-pertanian.
Mekanisasi Pertanian dan Pengembangan Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) Herlina Tarigan
Forum penelitian Agro Ekonomi Vol 36, No 2 (2018): Forum Penelitian Agro Ekonomi
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/fae.v36n2.2018.117-128

Abstract

Agricultural Machinery Services Business (UPJA) is an institution based on the awareness of limited agricultural land, inadequate agricultural labor, fast planting time, and important agricultural modernization. UPJA is expected to overcome farming problems as well as being a factor of economic growth through capital accumulation and agricultural competitiveness. This paper is a critical review that aims to analyze agricultural mechanization and institutional development of UPJA as a rural economic institution for optimizing agricultural machinery. Results of the analysis show that the application of agricultural mechanization has been able to accelerate production process as well as to increase production and farming profits. The Special Effort (Upsus) program through agricultural machinery assistance has not run optimally. One way for optimizing the program is to grow and build UPJA as a manager of agricultural machinery. UPJA has the potential to spur the development of modern agriculture and at the same time it drives farmers’ economy in rural areas. Comprehensive and professional handling of UPJA is possible to develop this institution into a farmers’ corporation. AbstrakUsaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) adalah lembaga yang dibangun dari kesadaran bahwa lahan pertanian di Indonesia sudah relatif sempit, tenaga kerja pertanian makin terbatas, perlu mengejar waktu tanam, dan pentingnya modernisasi pertanian. UPJA diperkirakan mampu mengatasi masalah usaha tani sekaligus menjadi faktor pertumbuhan ekonomi melalui akumulasi modal dan daya saing pertanian. Tulisan ini merupakan review ilmiah (critical review) yang bertujuan menganalisis mekanisasi pertanian dan  pengembangan kelembagaan UPJA sebagai lembaga ekonomi desa dalam rangka optimalisasi alsintan. Hasil analisis menunjukkan penerapan mekanisasi pertanian telah mampu mempercepat proses produksi, meningkatkan produksi, dan keuntungan usaha tani.  Program Upsus melalui bantuan alsintan belum berjalan secara optimal.  Salah satu bentuk upaya optimalisasi adalah dengan menumbuhkan dan membangun UPJA sebagai pengelola alsintan. UPJA potensial memacu berkembangnya pertanian modern sekaligus menggerakkan ekonomi petani di pedesaan.  Penanganan UPJA secara menyeluruh dan profesional berpotensi mengembangkan lembaga ini menjadi korporasi petani.
Strategi Komunikasi Pemanfaatan Varietas Unggul Baru Padi Toleran Rendaman Herlina Tarigan; Rita Nur Suhaeti; Rudy Sunarja Rivai
Analisis Kebijakan Pertanian Vol 14, No 2 (2016): Analisis Kebijakan Pertanian
Publisher : Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (416.052 KB) | DOI: 10.21082/akp.v14n2.2016.97-112

Abstract

Indonesia is still in struggle achieving sustainable food self-sufficiency, especially for rice. Rice production enhancement deals with many challenges, among others, negative impacts of climate change such as floods and droughts. Submergence tolerant rice varieties (STRV) invented by IAARD takes a relatively long time to be adopted by rice farmers. It needs an effective communication strategy to overcoming this situation. This paper identifies communication system in STRV dissemination process and acceptance while trying to formulate an effective communication strategy to speed up the adoption process to support food self-sufficiency achievement. Farmers’ rate of adoption of technology innovation was influenced by internal factors, external factors, socio-economic and environmental conditions. The research was conducted in 2015 on various types of lowland, that is, prone-flood irrigated lowland in West Java Province and in swamp tidal irrigated lowland and swampy irrigated lowland in South Kalimantan Province. The data were analyzed using both communication theory and institutional evaluation. SRTV socialization communication and adoption was a stratified communication linear model, directional, and no room for feedback. This system could only work effectively in a relatively long time such that the behavior change was slow. The system will be more effective in reaching early adopter groups and takes longer to spread to other recipient groups. An effective, equitable interactional communication model was required by setting up dialogues on each stage such that STRV adoption could be accelerated. Institutionally, STRV adoption required new breakthroughs because, in addition to technical problems, it was necessary to improve technology dissemination mechanism with better communication systems. AbstrakIndonesia terus berupaya mencapai swasembada pangan berkelanjutan, terutama untuk komoditas beras. Peningkatan produksi padi banyak menghadapi tantangan antara lain dampak negatif perubahan iklim seperti banjir dan kekeringan. Hasil penelitian Badan Litbang Pertanian yang potensial seperti varietas unggul baru padi toleran rendaman (VUB-PTR) seringkali lama diadopsi karena komunikasi dan strateginya kurang efektif. Tulisan ini bertujuan mengidentifikasi sistem komunikasi pada proses sosialisasi dan pemanfaatan VUB-PTR sekaligus mencoba merumuskan strategi komunikasi yang efektif untuk mempercepat proses adopsinya sehingga dapat mendukung pencapaian swasembada pangan. Tingkat penerimaan petani terhadap teknologi inovasi dipengaruhi oleh faktor internal, faktor eksternal, dan kondisi sosial ekonomi lingkungan. Penelitian dilaksanakan tahun 2015 pada berbagai tipe lahan sawah, yaitu lahan sawah irigasi rentan banjir di Provinsi Jawa Barat dan lahan rawa pasang surut dan rawa lebak di Provinsi Kalimantan Selatan. Analisis data menggunakan kombinasi teori komunikasi dengan analisis kelembagaan. Sistem komunikasi sosialisasi dan pemanfaatan VUB-PTR merupakan komunikasi berjenjang dengan model linier, sifatnya searah, dan tidak ada ruang untuk menyampaikan umpan balik. Sistem ini hanya bisa berjalan efektif dalam waktu relatif lama sehingga perubahan perilaku lambat. Sistem lebih efektif menjangkau kelompok pengguna awal dan membutuhkan waktu lebih lama untuk menyebar ke kelompok penerima lainnya. Diperlukan pembangunan sistem komunikasi yang lebih efektif dan setara model interaksional dengan membuka ruang dialog pada masing-masing tahapan sehingga adopsi inovasi bisa dipercepat. Secara kelembagaan, pemanfaatan VUB-PTR memerlukan terobosan baru karena selain persoalan teknis, perlu perbaikan mekanisme diseminasi teknologi dengan sistem komunikasi yang lebih baik.