Pengendalian gulma pada lahan yang cukup luas biasanya dilakukan menggunakan herbisida kimiawi yaitu seperti herbisida sistemik sehingga gulma lebih cepat diatasi. Herbisida kimia memiliki bahan aktif yang dapat mempermudah dan mempercepat proses kematian gulma.. Bahan aktif yang terkandung di dalam herbisida dapat teresidu di tanah, sehingga tidak hanya bersifat toksin pada gulma tetapi juga dapat mempengaruhi aktivitas biota tanah. Penelitian ini di lakukan di lahan praktek mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan (STIPAP). Pene;itian ini bertujuan untuk mendapatkan dosis yang tepat dalam penggunaan herbisida glifosat untuk mengendalikan gulma dan mengetahui dampajnya terhadap mikroorganisme tanah.Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Non faktorial dengan lima taraf dan tiga ulangan sehingga diperoleh 15 satuan penelitian. Menggunakan 5 perlakuan yaitu : tanpa perlakuan (P0),glifosat 5 ml/ L dengan frekuensi 2 minggu(P1), glifosat 5 ml/ L dengan frekuensi 1 minggu(P2), glifosat 10 ml/ L dengan frekuensi 2 minggu (P3),glifosat 10 ml/ L dengan frekuensi 1 minggu (P4). Gulma terbanyak pada plot penelitian adalah sambung rambat (Micania micrata) sebanyak 269 gulma, dan gulma paling sedikit adalah patikan kebo (Eurphorbiata) dan putri malu (Mimosa pudica) yang masing-masing berjumlah 4 gulma. Mortalitas tertinggi pada 1 minggu setelah aplikasi (MSA) terjadi perlakuan P1 dengan persentase 96 % dan mortalitas terendah terdapat di perlakuan P4 dengan persentase 91,3 %.Aplikasi herbisida sistemik berbahan aktif glifosat berpengaruh tidak nyata terhadap total mikroba tanah antar perlakuan.