Reny Sawitri
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

HABITAT SIAMANG (Symphalangus syndactylus, Raffles 1821) DI KAWASAN TERDEGRADASI TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT, KABUPATEN PESISIR SELATAN M Bismark; Sofian Iskandar; Reny Sawitri; N. M. Heriyanto; Yulaeka Yulaeka
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 16, No 2 (2019): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphka.2019.16.2.133-145

Abstract

Siamang (Symphalangus syndactylus, Raffles 1821) adalah primata yang memiliki tingkat keterancaman yang tinggi, dan dijumpai di habitat terdegradasi Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui luasan mosaik di kawasan hutan, daerah penyangga, dan vegetasi pendukung untuk populasi siamang. Penelitian dilaksanakan pada bulan September dan November 2015 menggunakan metoda ground control point (GCP) untuk koordinat mosaik, point centre count (PCP) untuk populasi,dan data vegetasi di sekitar mosaik. Degradasi di kawasan hutan membentuk mosaik yang meliputi hutan primer dan sekunder, dan kebun agroforestri dan gambir dengan luas rata-rata 29,30 ha; 7,90 ha; 11,70 ha dan 7,80 ha, sedangkan jarak antar mosaik berturut-turut adalah 486,70 m; 458,75 m; 368,75 m dan 202,50 m. Kondisi ini yang membentuk fragmentasi habitat siamang. Namun, mosaik hutan primer masih memberikan kecukupan untuk habitat siamang, ditandai dengan populasi yang masih dalam selang kepadatan normal, yaitu 2,45 kelompok per km² atau 8,40 individu per km². Perilaku siamang sebagai pemakan buah-buahan menyebabkan biji-bijian menyebar di kawasan terdegradasi, ditandai dengan kerapatan tingkat semai mencapai 13.333 semai per ha. Lebih lanjut, pengelolaan daerah penyangga di perbatasan kawasan hutan dalam bentuk kebun agroforestri memiliki fungsi sebagai areal perluasan habitat untuk sumber pakan dan tempat bersosialisasi
KAJIAN USULAN ZONA KHUSUS TAMAN NASIONAL KUTAI Reny Sawitri; Yelin Adalina
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 13, No 2 (2016): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphka.2016.13.2.85-100

Abstract

ABSTRACTThe construction of the arterial road of Bontang-Sangatta in Kutai National Park triggering tenurial and wildlife conflicts due to communities occupation. Therefore, it should be managed into a special use zone. The objective of the study was to evaluate special use zone proposal, associated with the typology of ethnic communities, biophysical potency, as well as the communities perception. Structured questionnaires were used to interview 58 households. The proposed special use zone should urgently be defined considering of increasing communities population density of about 22% per year, and land encroachment of about ≥ 2 ha in Teluk Pandan and South Sangatta Sub-District. Land management lead to decreasing soil fertility. Rubber estate, however, enlarged orangutan home range. Communities perception revealed that 45% of the community wish that the area status is an enclave. It was indicated that most of the people wanted to stay in the area. The study identified 18.831 ha as a suitable area for a special use zone. The proposed zone should be arranged into three zones i.e., cultivation zone (250 m), interaction zone (251-750 m) and green belt zone (>751 m) from either side of the arterial Bontang-Sangatta road. The farmer and fishermen communities should also be advocated.Key words : Kutai National Park, special use zone, perception and managementABSTRAKPembangunan jalan poros Bontang-Sangatta di Taman Nasional Kutai memicu terjadinya konflik tenurial maupun konflik satwa, karena okupasi masyarakat. Kondisi ini mengarahkan pengelolaan kawasan ini menjadi zona khusus, untuk itu tujuan penelitian ini mengevaluasi usulan zona khusus dihubungkan dengan tipologi etnis masyarakat, potensi biofisik kawasan dan persepsi masyarakat. Metode penelitian dilakukan melalui wawancara dan kuesioner pada 58 Kepala Keluarga (KK). Usulan zona khusus ini layak ditetapkan mengingat peningkatan kepadatan penduduk sekitar 22% per tahun dan peningkatan pengusahaan lahan ≥ 2 ha pada masyarakatdi Kecamatan Teluk Pandan dan Sangatta Selatan. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan berdampak pada menurunnya kesuburan lahan. Sementara itu, keberadaan perkebunan karet memperluas daerah jelajah satwa terutama orangutan. Persepsi masyarakat terhadap status kawasan yang menghendaki enclave (45%) mengindikasikan bahwa mereka masih menginginkan menetapdi kawasan. Usulan hasil penelitian ini, pengelolaan kawasan seluas 18.831ha layak sebagai zona khusus dan penataan lahannya terbagi ke dalam zona budidaya selebar 250 m di kiri kanan jalan Bontang-Sangatta, zona interaksi selebar 251-750 m serta kawasan hijau yang berfungsi sebagai koridor > 751 m disertai pembinaan kelompok tani dan nelayan masyarakat.Kata kunci : Persepsi dan pengelolaan, Taman Nasional Kutai, zona khusus
KUALITAS PERAIRAN LAHAN BASAH DI SUNGAI COMAL, PEMALANG DAN SUNGAI KEDUNG COET, INDRAMAYU Reny Sawitri; Endang Karlina
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam Vol 3, No 2 (2006): Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphka.2006.3.2.185-193

Abstract

Pemanfaatan kawasan untuk jaringan pembuangan industri, sampah rumah tangga, eksploitasi  surnberdaya alam, konversi lahan, pertanian, dan pertambakan berdampak negatif  pada kualitas perairan lahan   basah. Penelitian bertujuan untuk  mendapatkan  informasi tentang berapa besar pengaruh dari berbagai pemanfaatan kawasan terhadap kualitas air secara fisik maupun kirma dan pengaruhnya terhadap keragaman jenis benthos dan plankton  sebagai indikator kualitas lingkungan perairan. Metode yang digunakan adalah purposive random sampling  pada badan Sungai (S) Comal, Pemalang dan S. Kedung Coet, Resor Pemangkuan  Hutan (RPH) Cemara, Bagian  Kesatuan Pemangkuan   Hutan  (BKPH) lndramayu.  Dan hasil penelitian disebutkan bahwa,  kualitas  air  secara fisik rnaupun kimia di  kedua sungai tersebut menurun sebagai akibat dan eksploitasi vegetasi mangrove dan intrusi  air laut dilihat dari residu terlarut (10,373 mg/I dan 33,357  mg/I), sahnitas (20 mg.II  dan 25 mg/I), BOD  (19,88  mgtl  dan 77, I 2 mg/I), COD (48,20  mg/I  dan  188,76  mg/I).  NIP rasio  (77,5 % dan 436,33 %). klorida (Cl)  (3,349 mg/I  dan  12,996  mg/I), sulfat  (179,34  mg/I dan 6,05 mg/I),  besi (0.387  mg/I dan 0.847 mg/I), dan tembaga (0,02 mg/I  dan 0.117 mg/I).  Jenis benthos yang mendominasi kawasan perairan  adalah Gammarus  spp merupakan  jenis yang bertoleransi terhadap pencemaran  lingkungan. Sedangkan dari jenis plankton, kawasan di S. Comal,  Pemalang  digolongkan ke dalam perairan eutrophic dan S. Kedung  Coet, RPH Cemara, BKPH lndramayu termasuk perairan antara eutrophtc dan oligotrophic.