Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

KOLEKSI, ISOLASI DAN SELEKSI FUNGI PELAPUK DI AREAL RUTAN TANAMAN INDUSTRI PULP MANGIUM DAN EKALIPTUS Djarwanto Djarwanto; Sihati Suprapti; Dominicus Martono
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 26, No 4 (2008): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (8427.433 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2008.26.4.361-374

Abstract

Hutan tanaman industri (HTI) pulp menghasilkan limbah pembalakan berupa kayu, ranting, daun/ serasah dan kulit kayu. Fungi pelapuk merupakan mikroorganisme saprofit secara alami kosmopolitan, sehingga dapat ditemukan di areal HTI. Oleh karena itu, dalam rangka mempercepat proses perombakan limbah HTI tersebut dan menghasilkan nilai tambah, maka perlu dicari fungi yang mendekomposisi limbah tersebut. Untuk mendapatkan fungi pelapuk tersebut dilakukan koleksi, isolasi, pemeliharaan dan seleksi. Adapun tujuannya untuk mendapatkan informasi teknik koleksi, isolasi, pemeliharaan, dan seleksi, fungi pelapuk yang tumbuh secara alarni di areal HTI pulp. Hasil koleksi ditemukan 62 jenis fungi berdasarkan tubuh buah. Beberapa jenis fungi yang sering ditemukan yaitu Pycnoporus sanguineus, Dacryopinax spathularia, Schizophyllum commune, Polyporus sp., Trametes sp. Sedangkan isolasi miselium, tubuh buah yang tumbuh pada dahan/ ranting dan serasah mangium dan ekaliptus didapatkan 31 isolat. Hasil seleksi menggunakan uji aktivitas ensim secara kualitatif didapatkan 19 isolat digolongkan dalam kelompok fungi pelapuk putih dan 12 isolat kemungkinan termasuk kelompok fungi pelapuk cokelat.
LAJU INTENSITAS SERANGAN JAMUR. PEWARNA PADA KAYU TUSAM (PINUS MERKUSII JUNGH. ET DE VR.) Dominicus Martono
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 6, No 6 (1989): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1989.6.6.384-388

Abstract

The intensity of sapstain infestation on tusam logs (Pinus merkusii Jungh. et de Vr.) was studied in a field of Suka- bumi Forest District, West Java. The material used consisted of one meter long fresh logs taken from newly felled trees. The tested logs were tried at the filed for three months using four storage levels.Surface staining and the loss of water content were weekly observed for one .month, while the rate of staining penetration was observed for three months after the treatment.The result showed that the degree of staining defect was significantly defferent within the period of inspection, but that was not among the log sections. The rate of staining penetration is approximately 5 cm per week.
DICHLOFLUANID SEBAGAI PESTISIDA UNTUK PROTEKSI PAPAN RAMIN TERHADAP JAMUR BIRU Abdurahim Martawijaya; Dominicus Martono
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 1, No 3 (1984): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (25043.136 KB) | DOI: 10.20886/jphh.1984.1.3.39-43

Abstract

Pengujian efikasi dua macam  formulasi  Dichlofluanid  (DCFN)  komersial  terhadap  jamur  biru pada papan  ramin, masing-masing  dengan  kandungan   bahan  aktif  50  persen  dan 80 persen (DCFN 50 dan DCFN 80), baik sebagai larutan tunggal maupun  dikombinasikan   dengan garam Diazeniumdioxv (DD), Borax (B) dan BHC,  dibandingkan  dengan campuran NaPCP + B  +  BHC,  memberi  hasil sebagai berikut   :DCFN   50  dan  DCFN   80  sebagai  larutan   tunggal  menunjukkan  efikasi  yang  nyata   lebih baik  daripada campuran NaPCP + B + BHC, baik  dalam  hal pewarnaan  permukaan   maupun  pewarnaan  intern.DCFN 50  (tunggal)  menunjukkan efikasi yang  nyata  lebih  baik  daripada DCFN  80  (tunggal) dan dalam hal ini larutan 1.5 %  DCFN  50  memberi   hasil  yang  efektif    dengan   nilai  rata-rata pewarnaan   permukaan   dan  pewarnaan  intern kurang   dari  satu  persen.Borax  sebagai  larutan  tunggal  maupun  dicampur  dengan  BHC  tidak  dapat  mencegah  serangan jamur biru pada papan ramin, tetapi  efikasi DCFN  meningkat  secara nyata  jika  dikombinasikan  dengan  campuran  B + BHC,  terutama  pada DCFN  50.  Pada  kombinasi   1,5 % DCFN  50  + 1.5 % B  +  1,0 % BHC  diperoleh  papan  ramin  yang praktis  bebas dari pewarnaan  permukaan  dan pewarnaan intern  dengan  tingkat  serangan  kurang  dari satu  persen jauh  lebih  baik dari campuran  NaPCP + B + BHC. Efikasi  DCFN  80  juga  dapat  meningkat secara nyata  jika  dikombinasikan dengan  campuran  B + BHC  dan  memberi hasil  yang  nyata lebih baik  daripada  campuran   NaPCP  + B  + BHC. tetapi  masih  menunjukkan  tingkat  pewarnaan yang  nyata  di atas satu persen.Garam DD secara tunggal (0,1 - 1,5 %) memberi hasil yang nyata lebih  baik dari campuran  NaPCP + B + BHC,  tetapi tidak  sebaik  DCFN  50  atau  hombinasi  DCFN  50  +  B  + BHC.  Dalam hal ini penambahan   campuran  B  +  BHC  tidak meningkatkan efikasi  DD.Untuk  mencapai  hasil efektif   dengan  tingkat  pewarnaan  di  bawah satu persen,  dapat  digunakan  konsentrasi  DCFN 50 yang  lebih  rendah  dari  1,5 % tetapi  tidak  kurang dari 1,2 %, jika  dicampur  dengan  garam DD,  dalam  hal ini dengan kombinasi   1,2  % DCFN  50 + 0,4 % DD. Konsentrasi DCFN 50  dapat  dikurangi  lagi meniadi  0,8   % jika  ditambah dengan  campuran  DD+ B + BHC,  dalam hal ini berupa kombinasi 0,8 % DCFN 50 + 0,2  % DD+  1,5  % B + 1,0 % BHC.Dengan  menaikkan lagi konsentrasi   DCFN 50  dan  DD pada  kombinasi  DCFN  50  +  DD + B + BHC  menjadi  1,2 % DCFN  50 + 0,4% DD + 1,5%  B + 1,0 % BHC diperoleh  papan  ramin yang  bebas sama sekali dari pewarnaan  permukaan dan pewarnaan  intern. 
RESPONS KUMBANG AMBROSIA TERHADAP PERLAKUAN DENG AN PESTISIDA Paimin Sukartana; Abdurahim Martawijaya; Dominicus Martono
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 6, No 1 (1989): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4643.271 KB) | DOI: 10.20886/jphh.1989.6.1.12-17

Abstract

A  case study   on  the  behavioral  responses  of  ambrosia  beetles  to some  pesticidal  formulations   was carried out  at  a logging area in West Kalimantan  in 1981.    Each  pesticide  formulation   was sprayed  to debarked  logs of fresh1%  felled  ramin trees  (Gonystylus bancanus Kurz.}.   The  tested   logs  were,  then,  allowed  for  the  beetle  infestations for  four  weeks,   and inspections  were conducted   weekly  to count  the beetle  tunnels. A  lower  intensity   of  the  beetle   infestation   on  the  treated  logs  than  those  on  the  controls   was  considered  as an inhibitory   response.  in contrast,   a  higher  intensity   of  the  infestation   on  the  treated  logs  was  indicatively   caused  by  a stimulatory    response. These following  conclusions  are drawn  from  this  study:                            1. A  highly  inhibitory   response  on  the  ambrosia  beetle  attacks  was shown  by  treatments   with  pesticide   containing  50% cypermethrin   or  50%  fenithrotion.2. Ramin   logs  treated  with  pesticide   containing   either  30%   TCMTB  or  a  mixture   of  90%  thiourea  + 10%  quarternary ammonium  +  0.1 % diazenium   dioxy   seemed   to  be  highly  stimulating   to  the  beetles.   The  stimulating   effect   of  the second  formulation   initially  decreased  and  lost afterwards  if  the diazenium   dioxy   component  was increased by 0.1   to 0.2%.   A  doubtful    record  was shown   if  the  TCMTB  was mixed   with  2%   borax.3. The pesticide  containing  5%  Cu-8-oxyquinolinolate   and 80% dichlofluanid   were also unaffected to the beetle  responses
KERENTANAN EMPAT JENIS KAYU RIMBA TERHADAP SERANGAN JAMUR PEWARNA Dominicus Martono
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 6, No 5 (1989): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3487.308 KB) | DOI: 10.20886/jphh.1989.6.5.314-317

Abstract

This study   evaluates  the  susceptibility   of  ramin (Gonystilus bancanus Kurz),  jelutung    (Dyera  sp),   mentibu   (Dacty- locladus  stenostachys  Oliv)  and  meranti   batu  (Shorea   sp)  against  sapstain.   The  material  used  consists  of  debarked   and unbarked   fresh  logs.  The  tested  logs  were  tried  at  swamp  forest   in  West  Kalimantan   in November   -   December   1978.The  data  were analysed  by  Nested   Classification  method.   The  degree  of  damage  was transformed   into  arcsin √%Inspections   were conducted   biweekly   for one month  after  treatment.The  result  showed  that  the  average degree  of  damage due    to  the sapstain  were  not  different  among  the four  wood species.  The effect  of debarking  treatment   increases the log susceptibility. There is no different of staining degree among  the log cutting  from  the  base, middle  and top of  the trees.
PERCOBAAN PENGGUNAAN PESTISIDA UNTUK MENCEGAH SERANGAN JAMUR PEWARNA PADA ROTAN Dominicus Martono
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 7, No 2 (1990): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1990.7.2.54 - 60

Abstract

Sapstain fungi are the common fungi attacking fresh cut rattan which cause serious  economic deterioration.  The pattern of  sapstain  infestation on  fresh cut rattan and its prevention  were   studied in  rattan  processing industries at Cirebon.The material used consisted of fresh cut rattan  of semambu (Calamus scipionum  Burr) and seel (Daemonorop sp), measuring 30 cm long. Five pesticides were tested on rattan for sapstain protection. The staining percentage was inspected fomightly for two  months, whereas  the pattern of  fungal attack was inspected weekly  for one month. The  data were completely randomised design analysed and  tested by Dunnet  procedure at level 1% and 5%. The degree of staining  defect was transformed  into  arcsin √%.The result showed that semambu and seel were susceptible to sapstain. The initial  infestation starts  when  the rattan is freshly cut,  indicating  by the staining on  the cutting  surface. The  fungi  mycelia penetrate through parenchym-cell and tenninate in the nodes.  The rate of penetration  fungi  mycelium  is approximately  6 cm per week.The TCMTB/MTC, Thiobendazol + IF 1000 and MBT pesticides were found  effective   to prevent sapstain on fresh cut rattan.    
KOLEKSI, ISOLASI DAN SELEKSI FUNGI PELAPUK DI AREAL RUTAN TANAMAN INDUSTRI PULP MANGIUM DAN EKALIPTUS Djarwanto Djarwanto; Sihati Suprapti; Dominicus Martono
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 26, No 4 (2008): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (8427.433 KB) | DOI: 10.20886/jphh.2008.26.4.361-374

Abstract

Hutan tanaman industri (HTI) pulp menghasilkan limbah pembalakan berupa kayu, ranting, daun/ serasah dan kulit kayu. Fungi pelapuk merupakan mikroorganisme saprofit secara alami kosmopolitan, sehingga dapat ditemukan di areal HTI. Oleh karena itu, dalam rangka mempercepat proses perombakan limbah HTI tersebut dan menghasilkan nilai tambah, maka perlu dicari fungi yang mendekomposisi limbah tersebut. Untuk mendapatkan fungi pelapuk tersebut dilakukan koleksi, isolasi, pemeliharaan dan seleksi. Adapun tujuannya untuk mendapatkan informasi teknik koleksi, isolasi, pemeliharaan, dan seleksi, fungi pelapuk yang tumbuh secara alarni di areal HTI pulp. Hasil koleksi ditemukan 62 jenis fungi berdasarkan tubuh buah. Beberapa jenis fungi yang sering ditemukan yaitu Pycnoporus sanguineus, Dacryopinax spathularia, Schizophyllum commune, Polyporus sp., Trametes sp. Sedangkan isolasi miselium, tubuh buah yang tumbuh pada dahan/ ranting dan serasah mangium dan ekaliptus didapatkan 31 isolat. Hasil seleksi menggunakan uji aktivitas ensim secara kualitatif didapatkan 19 isolat digolongkan dalam kelompok fungi pelapuk putih dan 12 isolat kemungkinan termasuk kelompok fungi pelapuk cokelat.
LAJU INTENSITAS SERANGAN JAMUR. PEWARNA PADA KAYU TUSAM (PINUS MERKUSII JUNGH. ET DE VR.) Dominicus Martono
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 6, No 6 (1989): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4161.593 KB) | DOI: 10.20886/jphh.1989.6.6.384-388

Abstract

The intensity of sapstain infestation on tusam logs (Pinus merkusii Jungh. et de Vr.) was studied in a field of Suka- bumi Forest District, West Java. The material used consisted of one meter long fresh logs taken from newly felled trees. The tested logs were tried at the filed for three months using four storage levels.Surface staining and the loss of water content were weekly observed for one .month, while the rate of staining penetration was observed for three months after the treatment.The result showed that the degree of staining defect was significantly defferent within the period of inspection, but that was not among the log sections. The rate of staining penetration is approximately 5 cm per week.
DICHLOFLUANID SEBAGAI PESTISIDA UNTUK PROTEKSI PAPAN RAMIN TERHADAP JAMUR BIRU Abdurahim Martawijaya; Dominicus Martono
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 1, No 3 (1984): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1984.1.3.39-43

Abstract

Pengujian efikasi dua macam  formulasi  Dichlofluanid  (DCFN)  komersial  terhadap  jamur  biru pada papan  ramin, masing-masing  dengan  kandungan   bahan  aktif  50  persen  dan 80 persen (DCFN 50 dan DCFN 80), baik sebagai larutan tunggal maupun  dikombinasikan   dengan garam Diazeniumdioxv (DD), Borax (B) dan BHC,  dibandingkan  dengan campuran NaPCP + B  +  BHC,  memberi  hasil sebagai berikut   :DCFN   50  dan  DCFN   80  sebagai  larutan   tunggal  menunjukkan  efikasi  yang  nyata   lebih baik  daripada campuran NaPCP + B + BHC, baik  dalam  hal pewarnaan  permukaan   maupun  pewarnaan  intern.DCFN 50  (tunggal)  menunjukkan efikasi yang  nyata  lebih  baik  daripada DCFN  80  (tunggal) dan dalam hal ini larutan 1.5 %  DCFN  50  memberi   hasil  yang  efektif    dengan   nilai  rata-rata pewarnaan   permukaan   dan  pewarnaan  intern kurang   dari  satu  persen.Borax  sebagai  larutan  tunggal  maupun  dicampur  dengan  BHC  tidak  dapat  mencegah  serangan jamur biru pada papan ramin, tetapi  efikasi DCFN  meningkat  secara nyata  jika  dikombinasikan  dengan  campuran  B + BHC,  terutama  pada DCFN  50.  Pada  kombinasi   1,5 % DCFN  50  + 1.5 % B  +  1,0 % BHC  diperoleh  papan  ramin  yang praktis  bebas dari pewarnaan  permukaan  dan pewarnaan intern  dengan  tingkat  serangan  kurang  dari satu  persen jauh  lebih  baik dari campuran  NaPCP + B + BHC. Efikasi  DCFN  80  juga  dapat  meningkat secara nyata  jika  dikombinasikan dengan  campuran  B + BHC  dan  memberi hasil  yang  nyata lebih baik  daripada  campuran   NaPCP  + B  + BHC. tetapi  masih  menunjukkan  tingkat  pewarnaan yang  nyata  di atas satu persen.Garam DD secara tunggal (0,1 - 1,5 %) memberi hasil yang nyata lebih  baik dari campuran  NaPCP + B + BHC,  tetapi tidak  sebaik  DCFN  50  atau  hombinasi  DCFN  50  +  B  + BHC.  Dalam hal ini penambahan   campuran  B  +  BHC  tidak meningkatkan efikasi  DD.Untuk  mencapai  hasil efektif   dengan  tingkat  pewarnaan  di  bawah satu persen,  dapat  digunakan  konsentrasi  DCFN 50 yang  lebih  rendah  dari  1,5 % tetapi  tidak  kurang dari 1,2 %, jika  dicampur  dengan  garam DD,  dalam  hal ini dengan kombinasi   1,2  % DCFN  50 + 0,4 % DD. Konsentrasi DCFN 50  dapat  dikurangi  lagi meniadi  0,8   % jika  ditambah dengan  campuran  DD+ B + BHC,  dalam hal ini berupa kombinasi 0,8 % DCFN 50 + 0,2  % DD+  1,5  % B + 1,0 % BHC.Dengan  menaikkan lagi konsentrasi   DCFN 50  dan  DD pada  kombinasi  DCFN  50  +  DD + B + BHC  menjadi  1,2 % DCFN  50 + 0,4% DD + 1,5%  B + 1,0 % BHC diperoleh  papan  ramin yang  bebas sama sekali dari pewarnaan  permukaan dan pewarnaan  intern. 
RESPONS KUMBANG AMBROSIA TERHADAP PERLAKUAN DENG AN PESTISIDA Paimin Sukartana; Abdurahim Martawijaya; Dominicus Martono
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 6, No 1 (1989): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1989.6.1.12-17

Abstract

A  case study   on  the  behavioral  responses  of  ambrosia  beetles  to some  pesticidal  formulations   was carried out  at  a logging area in West Kalimantan  in 1981.    Each  pesticide  formulation   was sprayed  to debarked  logs of fresh1%  felled  ramin trees  (Gonystylus bancanus Kurz.}.   The  tested   logs  were,  then,  allowed  for  the  beetle  infestations for  four  weeks,   and inspections  were conducted   weekly  to count  the beetle  tunnels. A  lower  intensity   of  the  beetle   infestation   on  the  treated  logs  than  those  on  the  controls   was  considered  as an inhibitory   response.  in contrast,   a  higher  intensity   of  the  infestation   on  the  treated  logs  was  indicatively   caused  by  a stimulatory    response. These following  conclusions  are drawn  from  this  study:                            1. A  highly  inhibitory   response  on  the  ambrosia  beetle  attacks  was shown  by  treatments   with  pesticide   containing  50% cypermethrin   or  50%  fenithrotion.2. Ramin   logs  treated  with  pesticide   containing   either  30%   TCMTB  or  a  mixture   of  90%  thiourea  + 10%  quarternary ammonium  +  0.1 % diazenium   dioxy   seemed   to  be  highly  stimulating   to  the  beetles.   The  stimulating   effect   of  the second  formulation   initially  decreased  and  lost afterwards  if  the diazenium   dioxy   component  was increased by 0.1   to 0.2%.   A  doubtful    record  was shown   if  the  TCMTB  was mixed   with  2%   borax.3. The pesticide  containing  5%  Cu-8-oxyquinolinolate   and 80% dichlofluanid   were also unaffected to the beetle  responses