Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search
Journal : Jurnal Penelitian Hasil Hutan

SIFAT FISIS DAN MEKANIS BEBERAPA JENIS KAYU DARI JAWA BARAT Nurwati Hadjib; Abdurachman Abdurachman
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 16, No 5 (1999): Buletin Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1999.16.5.287-292

Abstract

Penelitian sifat fisis dan mekanis tujuh jenis kayu yang berasal dari kebun percobaan Bogor. telah dilakukan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hulan dan Sosial Ekonomi Kehutanan Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kayumanis mempunyai berat jenis tertinggi. sedangkan terendah terdapat pada surian bawang. Bila dilihat dari nilai penyusutan tangensialnya, maka ketujuh jenis kayu yang diteliti tergolong mempunyai penyusutan sedang sampai tinggi, kecuali perupuk yang tergolong rendah, sehingga dalam pengeringannya perlu diperlakukan hati-hati. Kayu manis tergolong kelas kuat II. sedangkan enam jenis kayu lainnya tergolong kelas kuat III-II. Dari data yang ada. maka ke tujuh kayu yang diteliti dapat digunakan sebagai bahan konstruksi ringan, mebel dan kusen.
LAJU SERANGAN PHOLADIDAE DAN TEREDINIDAE PADA BEBERAPA JENIS KAYU Mohammad Muslich; Ginuk Sumarni; Nurwati Hadjib
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 5, No 7 (1988): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.1988.5.7.400-403

Abstract

The Mollusca  wood  borers,  normally  found  in Indonesian  sea waters, are divided  into  two  types,  i.e. Pholadidae  and Teredinidae.   Both  types  have different  characteristic  nature  of  infestation to  wood. This paper  deals with  a study on the borer  infestation   to  seven  tropical  commercial   wood  species.The  study   was  conducted at  Rambut Island  seashore  (on Java Sea)  using wood  samples  measuring  2.5 cm  by 5.0 cm by  80.0 cm.  The samples  were  randomly arranged at a raft  and  observed  after  8,  7 and  12 months.The  result  reveal  that  after 12  months most   of  the  samples  were  completely    attacked   by  the  Pholadidae  and Teredinidae.  However moderate  borer infestation was shown by  Eusideroxylon   zwageri, which  means that  this species  is relatively   resistant  to  marine  borers  infestation. Meanwhile,  the  infestation   rates  of  Pholadidae  and  Teredinidae   are significantly   different, and  they  have different characteristic
KEKUATAN DAN KEKAKUAN BALOK LAMINA DARI DUA JENIS KAYU KURANG DIKENAL Abdurachman Abdurachman; Nurwati Hadjib
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 23, No 2 (2005): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2005.23.2.87-100

Abstract

Balok lamina 3 dan 5 lapis berukuran 5cm x 5cm x 120cm yang dibuat dari kayu kaya (Khaya senegalensis (Desr.) A. Juss) dan kayu bipa (Pterygota alata (Roxb.) R. Br.) dengan perekat phenol formadehida (PF) telah diuji sifat fisik dan mekaniknya di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan Bogor. Susunan pelaminasinya didasarkan pada nilai kekakuan (E) dari bilah penyusunnya.Hasil Penelitian menunjukkan bahwa kerapatan balok lamina 3 lapis besar dari balok lamina 5 lapis rnaupun kayu solidnya. Rata-rata MOE, MOR dan MCS kayu kaya lebih besar dari kayu bipa. Balok lamina 3 lapis maupun 5 lapis setara dengan kelas kuat III-II.
SIFAT FISIS DAN MEKANIS KAYU JATI SUPER DAN JATI LOKAL DARI BEBERAPA DAERAH PENANAMAN Nurwati Hadjib; Mohammad Muslich; Ginuk Sumarni
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 24, No 4 (2006): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2006.24.4.359-369

Abstract

Penelitian sifat fisis dan mekanis kayu jati (Tectona grandis L.f.) jenis lokal dan super dari daerah Binjai, Maros, Parung, Panajam, Kutai, Lampung, Bengkulu dan Palembang bertujuan untuk melihat perbedaan karakteristik sifat fisis dan mekanis kayunya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata berat jenis (BJ) kayu jati super lebih tinggi daripada kayu jati lokal, sedangkan BJ tertinggi pada kayu jati super adalah dari Binjai dan terendah dari Maros. Jenis jati lokal dan super berpengaruh nyata terhadap berat jenis basah kayu tersebut, sedangkan lokasi penanaman jati tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap berat jenis. Kayu yang terkuat adalah jati lokal dari Palembang, diikuti berturut-turut kayu jati super dari Lampung, jati lokal dari Kutai, jati super dari Bengkulu, jati super dari Kutai, jati lokal dari Binjai, jati super dari Parung, jati super dari Binjai, jati supr dari Palembang, jati lokal dari Lampung, jati lokal dari Sulawesi dan yang terendah jati super dari Sulawesi. Perbedaan BJ tersebut berpengaruh nyata pada kekakuan dan keteguhan tekan sejajar serat, sedangkan lokasi tanaman berpengaruh nyata terhadap kekakuan dan kekuatan patahnya. Kayu jati yang diteliti tergolong kelas kuat III-IV.
HUBUNGAN SIFAT DASAR DAN SIFAT PENGERINGAN LIMA JENIS KAYU ANDALAN JAWA BARAT Efrida Basri; Nurwati Hadjib
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 22, No 3 (2004): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2004.22.3.155-166

Abstract

This study was intended to investigate the relation between basic properties and drying properties of five priority wood species, i.e. pulai kongo (Alstonia congensis Engl.), kibawang (Azadirachta excelsa Jack.), salamander (Grevillea robusta A.Gunn), mahoni (Swietenia macrophy/la King), and suren (foona sureni Merr.)from West Java. The air drying methods used were 29 - 35°C temperatures and high temperature drying (JOrJ'C). The basic properties included basic density, shrinkage, modulus of rupture (MOR), compression parallel to grain (Cl/), wood strength and anatomical structures. The drying properties included drying duration and wood quality. The maximum-minimum temperature and humidityfor each species were based on defects resulted in high temperature drying.The results showed that the drying properties were significantly affected by basic density and wood anatomical structure. Following the drying qualities and basic properties, the optimal drying schedules for pulai kongo and mahoni wood at 70 - 95°C temperature and 29 - 75% humidity; kibawang wood at 65 - 88°C temperature and 29 - 78% humidity; suren wood at 65 - 9rJ'C temperature and 29 - 78% humidity; and salamander wood at 58 - 83°C temperature and 27 - 82% humidity. These drying schedules, however, still need further trial prior to their implementation in the factory-scale operation. Based on basic density, strength class, and decorative value, kibawang, salamander, mahoni and suren wood were suitable forfancy furniture.
KETEGUHAN LENTUR STATIS SAMBUNGAN JARI PADA BEBERAPA JENIS KAYU HUTAN TANAMAN Osly Rachman; Nurwati Hadjib
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 26, No 4 (2008): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2008.26.4.252-360

Abstract

Penelitian kayu sambung jari pada kayu gmelina, mangium, manii, karet dan sengon dari hutan tanaman menunjukkan bahwa kerapatan kayu sangat mempengaruhi keteguhan rekat lentur statik serta efisiensi sambungan papan sambung jari. MOE dan MOR meningkat dengan kenaikan kerapatan kayu dan mencapai maksimum pada kerapatan 0,456. Efisiensi sambungan jari mencapai maksimum pada kerapatan 0,380, yaitu 86%. Walaupun hanya sengon yang dapat mencapai maksimum, namun semua kayu yang diteliti memenuhi standar untuk efisiensi sambungan. Kayu sengon dan karet dapat dimanfaatkan untuk keperluan non struktural, sedangkan gmelina, mangium dan manii dapat dimanfaatkan untuk konstruksi. Kerapatan kayu dapat menjadi penduga terbaik keteguhan rekat (R2=0,72). Keteguhan rekat dapat digunakan sebagai penduga terbaik efisiensi sambungan (R2=0,85). Nilai MOR dapat diduga dari nilai MOE-nya, karena 79,4% dari nilai MOR kayu sambung jari yang diteliti dipengaruhi oleh nilai MOE-nya.
SIFAT FISIS-MEKANIS KAYU DAMAR MATA KUCING BEKAS SADAPAN DAN KEMUNGKINAN PEMANFAATANNYA UNTUK KAYU KONSTRUKSI Nurwati Hadjib; Abdurachman Abdurachman
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol 23, No 3 (2005): Jurnal Penelitian Hasil Hutan
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jphh.2005.23.3.177-185

Abstract

Penelitian sifat fisis dan mekanis kayu damar mata kucing bekas sadapan bertujuan untuk memanfaatkan kayu bekas sadapan yang sudah tidak produktif lagi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata berat jenis (BJ) kering udara kayu bekas sadapan adalah sebesar 0,521, sedangkan kayu yang tidak disadap 0,522. Rata-rara keteguhan lentur maksimum (MOR) kayu bekas sadapan adalah 409,590 kg/cm3, modulus elastisitas (MOE) sebesar 62.820 kg/cm3, sedangkan MOR dan MOE kayu tidak disadap masing-masing sebesar 537,693 kg/cm3 dan 106.869 kg/cm3. Kayu damar mata kucing baik yang disadap maupun tidak disadap tergolong kelas kuat III, dimana kayu tersebut hanya sesuai untuk digunakan sebagai bahan konstruksi ringan, mebel, peti kemas, kerajinan, venir plywood, dan papan partikel.