Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

PENGOLAHAN DATA CITRA SATELIT MTSAT MENGGUNAKAN APLIKASI SATAID (SATTELITE ANIMATIONS AND INTERACTIVE DIAGNOSIS) Fadholi, Akhmad
Jurnal Informatika dan Komputasi STMIK Indonesia Jakarta Vol 7, No 1 (2013): Jurnal Informatika dan Komputasi STMIK Indonesia Jakarta
Publisher : Jurnal Informatika dan Komputasi STMIK Indonesia Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Multi-functional Transport Satellites (MTSAT) is a weather satellite that was launched by the Japan Meteorology Agency (JMA) which produce satellite imagery. JMA develops an application to process the MTSAT satellite data, it is called Satellite Animation and Interactive Diagnosis or SATAID. It’s used to display satellite imagery and find some weather parameters value in satellite imagery by using Numerical weather Prediction (NWP) data. Processing MTSAT satellite data consist of two technics, they are displaying satellite data as cloud identification or nephanalysis and utilization NWP to analys weather parameters. These are the most frequently methods used in processing MTSAT satellite data.
SISTEM POLA TANAM DI WILAYAH PRIANGAN BERDASAKAN KLASIFIKASI IKLIM OLDEMAN Fadholi, Akhmad; Supriatin, Dina
Jurnal Pendidikan Geografi Gea Vol 12, No 2 (2012)
Publisher : Indonesia University of Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/gea.v12i2.1788

Abstract

Wilayah Priangan merupakan bagian dari Pulau Jawa yang merupakan distributor pangan terbesar di Indonesia. Priangan memiliki tanah yang sangat subur karena di wilayahnya banyak terdapat deretan pegunungan dan sungai yang mengalir. Dengan kondisi topografi yang kompleks ini perlu dilakukan penelitian mengenai kondisi iklimnya untuk menentukan sistem pola tanam di wilayah tersebut. Unsur iklim yang dianalisa adalah unsur curah hujan yang sangat berperan langsung terhadap pertumbuhan tanaman dibanding unsur-unsur iklim lainnya. Hal ini tampak nyata terutama pada daerah persawahan tadah hujan, sehingga diperlukan upaya yang sistematis dan praktis untuk memahami perilaku iklim. Sistem klasifikasi Oldeman sangat berguna dalam klasifikasi lahan pertanian tanaman pangan di Indonesia dengan menggunakan unsur curah hujan. Kriterianya didasarkan pada perhitungan bulan basah (BB) dan bulan kering (BK) berturut-turut yang batasannya memperhatikan peluang hujan, hujan efektif dan kebutuhan air untuk tanaman. Dengan klasifikasi iklim Oldeman ini dapat ditentukan sistem pola tanam di suatu wilayah. Berdasarkan klasifikasi iklim Oldeman, sebagian besar wilayah Priangan bertipe iklim B1, B2, C1, C2 dan C3. Tipe iklim paling basah di wilayah Priangan adalah tipe B1, yang cocok ditanami padi sawah umur pendek 3 (tiga) kali panen atau padi sawah umur pendek 2 (dua) kali panen dan palawija 1 (satu) kali panen. Sedangkan tipe iklim paling kering di wilayah Priangan adalah tipe C3, yang cocok ditanami padi sawah umur pendek 1 (satu) kali panen dan palawija 2 (dua) kali panen khusus yang kedua jatuh pada musim kemarau. Kata kunci: curah hujan, iklim, klasifikasi iklim oldeman, sistem pola tanam.
ANALISIS DATA ANGIN PERMUKAAN DI BANDARA PANGKALPINANG MENGGUNAKAN METODE WINDROSE Fadholi, Akhmad
Jurnal Geografi Vol 10, No 2 (2013): July 2013
Publisher : Jurnal Geografi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

In flight operation, there are three popular term which are take off, cruising andlanding. Within flight safety, landing is the most crusial phase, one ofmeteorology factor which has intensive effect is runway surface wind. A researchabout wind data analysis is used for determining existence pattern. In DepatiAmir Airport, Pangkalpinang conducted a research of wind data analysis to showrunway surface wind pattern in order to reduce flight accident potential. Theresearch’s result which analyzed used wind rose method and data range between2000 to 2012, showed that the dominant surface wind of Depati Amir Airportalmost during a year flew from 135 to 1650 (South-East) with 1 - 4 knotacceleration. Although, in November until April various wind is high. Beside that,from the morning to afternoon, the dominant surface wind flew from East andfrom afternoon to night the surface wind flew from South-East.
PERBANDINGAN PROFIL VERTIKAL DIVERGENSI DAN VORTISITAS MODEL WRF DENGAN LUARAN SATAID KEJADIAN HUJAN LEBAT BATAM TANGGAL 30 – 31 JANUARI 2013 Fadholi, Akhmad
Jurnal Fisika FLUX Vol 11, No 1 (2014): Jurnal Fisika FLUX Edisi Februari 2014
Publisher : Lambung Mangkurat University Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20527/flux.v11i1.2616

Abstract

Abstrak: Divergensi dan vortisitas merupakan dua parameter yang erat kaitannya dengan proses dinamis atmosfer khususnya dalam proses pembentukan awan. Analisis terkait dua parameter tersebut mengalami perkembangan dengan munculnya model numerik yang dapat digunakan untuk menampilkan kedua parameter tersebut. Di Indonesia, Weather Research Forecasting (WRF) dan Satellite Animations and Interactive Diagnosis (SATAID) merupakan cara yang sering digunakan untuk menampilkan divergensi dan vortisitas, khususnya dalam analisis kondisi cuaca buruk seperti hujan lebat. Dalam kasus hujan lebat yang terjadi di Batam pada tanggal 30-31 Januari 2011, penulis mencoba membandingkan nilai divergensi dan vortisitas dari hasil olahan WRF dan SATAID. Hasil menunjukkan beberapa perbedaan yang signifikan. Perbedaan tersebut antara lain nilai divergensi dan vortisitas yang WRF yang jauh lebih tinggi dibandingkan SATAID dan pola pergerakan nilai divergensi dan vortisitas secara temporal untuk tiap lapisan isobarik sehingga menyebabkan korelasi yang rendah dan nilai RMSE yang besar antara WRF dan SATAID.Kata kunci: divergensi, vortisitas, WRF, SATAID.
ANALYSIS OF THE EXTREME RAINFALL FREQUENCY IN BANGKA BELITUNG ISLANDS BASED ON CLIMATE HAZARDS GROUP INFRA-RED PRECIPITATION WITH STATIONS (CHIRPS) DATA Fadholi, Akhmad
Jurnal Pendidikan Geografi Gea Vol 18, No 1 (2018)
Publisher : Indonesia University of Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/gea.v18i1.9504

Abstract

This study aimed to know the distribution of extreme rainfall frequency in Babel using CHIRPS data for 36 years from 1981-2016. The determination of extreme threshold value uses four methods, those are BMKG heavy rainfall threshold, Percentile-99, Quartile (Q3 + 3IQR) and Peak Over Threshold (POT). The results of frequency calculations on each grid are then mapped with Inverse Distance Weight (IDW) method in the ArcGIS application. However, there are five areas with different patterns of consistency. Northern Bangka especially in West Bangka regency is indicated as consistent high frequency area, consistent low frequency region is east coast of Bangka, while non-consistent area is west coast of Central Bangka to South Bangka regency. Two patterns in Belitung consistently show high frequency in the west and low in the east. The findings of these patterns are similar to the three zones of the season (ZOM) in Bangka established by BMKG. It can be a consideration to make ZOM in Belitung.
Pemanfaatan Suhu Udara dan Kelembaban Udara dalam Persamaan Regresi untuk Simulasi Prediksi Total Hujan Bulanan di Pangkalpinang Fadholi, Akhmad
CAUCHY Vol 3, No 1 (2013): CAUCHY
Publisher : Mathematics Department, Maulana Malik Ibrahim State Islamic University of Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (961.044 KB) | DOI: 10.18860/ca.v3i1.2565

Abstract

Simulasi prediksi curah hujan bulanan (RR) dengan menggunakan prediktor suhu udara (T) dan kelembapan udara (RH) telah dicoba dilakukan di Stasiun Meteorologi Depati Amir Pangkalpinang. Evaluasi dilakukan dengan membandingkan dan menghitung besarnya penyimpangan prediksi total hujan bulanan terhadap total hujan aktualnya. Simulasi prediksi total hujan bulanan ini digunakan dua metode regresi, yaitu regresi linier sederhana dan regresi linier berganda. Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa simulasi prediksi total hujan bulanan tahun 2011 di daerah studi didapatkan rerata RMSE = 14.8 mm/bulan menggunakan prediktor suhu udara, RMSE = 14.5 mm/bulan menggunakan prediktor kelembapan udara, dan RMSE = 14.9 mm/bulan menggunakan prediktor suhu udara dan kelembapan udara sekaligus
UJI PERUBAHAN RATA-RATA SUHU UDARA DAN CURAH HUJAN DI KOTA PANGKALPINANG Fadholi, Akhmad
Jurnal Matematika Sains dan Teknologi Vol 14 No 1 (2013)
Publisher : LPPM Universitas Terbuka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Climate change is an accumulation of some climate elements change in the long term. In everyday life, enabling environmental changes caused climate change. These changes can be seen from the changes in the climate elements, such as temperature and rainfall these elements are influence on people's activities. However, the changes need to be analyzed and tested. Climate change (temperature and precipitation) in Pangkalpinang was identified from changes in the average of a period, through hypothesis testing. The analysis showed that in 2000-2011 upward trend for the average daily temperature was 0,0292 OC/year, upward trend for the minimum air temperature was 0,0365 OC/year, while the maximum temperatures have tended to fall at a rate of decrease of 0,01095 OC/years. Total annual rainfall in Pangkalpinang during 1981-2011 ranged from 1505,9 mm to 3444,3 mm. The average amount of annual rainfall in Pangkalpinang is 2450,5 mm/year. Test results change in average rainfall showed no change on average. Perubahan iklim merupakan akumulasi dari perubahan beberapa usur iklim dalam jangka waktu yang lama. Dalam kehidupan sehari-hari, perubahan lingkungan memungkinkan memicu perubahan iklim. Perubahan ini dapat terlihat dari perubahan unsur-unsur iklim tersebut, antara lain suhu udara dan curah hujan. Unsur-unsur ini sangat berpengaruh dalam aktivitas penduduk. Namun, perubahan yang terjadi perlu dianalisis dan diuji dengan hipotesis ada tidaknya perubahan dan tingkat signifikansinya. Perubahan iklim (suhu udara dan curah hujan) di Pangkalpinang diidentifikasi dari perubahan rata-rata suatu periode, melalui uji hipotesis dan taraf signifikansinya. Hasil analisis menunjukkan bahwa dalam periode tahun 2000-2011 kecenderungan naik untuk suhu rata-rata harian sebesar 0,0292 OC/tahun, kecenderungan naik untuk suhu udara minimum sebesar 0,0365 OC/tahun, sedangkan suhu udara maksimum mempunyai kecenderungan turun dengan laju penurunan sebesar 0,01095 OC/tahun. Jumlah curah hujan tahunan di Pangkalpinang selama tahun 1981-2011 berkisar antara 1505,9 mm hingga 3444,3 mm. Rata-rata jumlah curah hujan tahunan di Pangkalpinang adalah 2450,5 mm/tahun. Hasil uji perubahan rata-rata hujan menunjukkan tidak terjadi perubahan rata-rata.
ANALISIS DATA ANGIN PERMUKAAN DI BANDARA PANGKALPINANG MENGGUNAKAN METODE WINDROSE Fadholi, Akhmad
Jurnal Geografi : Media Informasi Pengembangan dan Profesi Kegeografian Vol 10, No 2 (2013): July 2013
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/jg.v10i2.8056

Abstract

In flight operation, there are three popular term which are take off, cruising andlanding. Within flight safety, landing is the most crusial phase, one ofmeteorology factor which has intensive effect is runway surface wind. A researchabout wind data analysis is used for determining existence pattern. In DepatiAmir Airport, Pangkalpinang conducted a research of wind data analysis to showrunway surface wind pattern in order to reduce flight accident potential. Theresearch’s result which analyzed used wind rose method and data range between2000 to 2012, showed that the dominant surface wind of Depati Amir Airportalmost during a year flew from 135 to 1650 (South-East) with 1 - 4 knotacceleration. Although, in November until April various wind is high. Beside that,from the morning to afternoon, the dominant surface wind flew from East andfrom afternoon to night the surface wind flew from South-East.
STUDY PENGARUH SUHU DAN TEKANAN UDARA TERHADAP OPERASI PENERBANGAN DI BANDARA H.A.S. HANANJOEDDIN BULUH TUMBANG BELITUNG PERIODE 1980-2010 Fadholi, Akhmad
Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA) Vol 3, No 1 (2013)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/jpfa.v3n1.p1-10

Abstract

Dalam operasi penerbangan ada tiga tingkat (fase) yang sangat penting dan berhubungan dengan meteorology yaitu lepas landas (take off), penerbangan, dan mendarat (landing). Dalam hal ini sejumlah unsur meteorologi dapat berpengaruh terhadap kemampuan pesawat terbang pada saat-saat kritis. Diantara unsur yang dapat menunjang kelancaran ketiga fase di atas adalah suhu dan tekanan udara, dimana unsur cuaca tersebut harus dimengerti dan diperhitungkan yang selanjutnya akan menentukan kerapatan udaranya dan selanjutnya akan menentukan daya angkat pesawat terbang. Menggunakan metode regresi linier sederhana trend suhu maksimum tahun 1980-2010 di Bandara Hananjoeddin Belitung cenderung naik 1,17o dan tekanan udara cenderung turun 0,47oC. Menggunakan rumus density height didapatkan nilai terendah tahun 1988 sebesar 1878,39 feet dan tertinggi tahun 2006 sebesar 2118,22 feet. Hasil penelitian ini dipandang perlu untuk mengetahui mengenai pengaruh unsur cuaca khususnya bagi dunia penerbangan sehingga ICAO (International Civil Aviation Organization) membuat satuan standar yang diperuntukkan bagi pelayanan dan keselamatan penerbangan.
STUDY PENGARUH SUHU DAN TEKANAN UDARA TERHADAP OPERASI PENERBANGAN DI BANDARA H.A.S. HANANJOEDDIN BULUH TUMBANG BELITUNG PERIODE 1980-2010 Fadholi, Akhmad
Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA) Vol 3, No 1 (2013)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/jpfa.v3n1.p1-10

Abstract

Dalam operasi penerbangan ada tiga tingkat (fase) yang sangat penting dan berhubungan dengan meteorology yaitu lepas landas (take off), penerbangan, dan mendarat (landing). Dalam hal ini sejumlah unsur meteorologi dapat berpengaruh terhadap kemampuan pesawat terbang pada saat-saat kritis. Diantara unsur yang dapat menunjang kelancaran ketiga fase di atas adalah suhu dan tekanan udara, dimana unsur cuaca tersebut harus dimengerti dan diperhitungkan yang selanjutnya akan menentukan kerapatan udaranya dan selanjutnya akan menentukan daya angkat pesawat terbang. Menggunakan metode regresi linier sederhana trend suhu maksimum tahun 1980-2010 di Bandara Hananjoeddin Belitung cenderung naik 1,17o dan tekanan udara cenderung turun 0,47oC. Menggunakan rumus density height didapatkan nilai terendah tahun 1988 sebesar 1878,39 feet dan tertinggi tahun 2006 sebesar 2118,22 feet. Hasil penelitian ini dipandang perlu untuk mengetahui mengenai pengaruh unsur cuaca khususnya bagi dunia penerbangan sehingga ICAO (International Civil Aviation Organization) membuat satuan standar yang diperuntukkan bagi pelayanan dan keselamatan penerbangan.