Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

PELATIHAN REGULASI EMOSI ANAK USIA PRASEKOLAH (3-4 TAHUN) Putri, Christopora Intan Himawan; Primana, Linda
Jurnal Pendidikan Anak Vol 6, No 2 (2017): Jurnal Pendidikan Anak
Publisher : Fakultas Ilmu Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (273.005 KB) | DOI: 10.21831/jpa.v6i2.17706

Abstract

Regulasi emosi berpengaruh pada interaksi sosial serta keberlangsungan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Pada anak usia prasekolah kemampuan regulasi emosi sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya, yakni lingkungan rumah dan sekolah. Pelatihan Regulasi Emosi Anak Usia Prasekolah (3-4 tahun) merupakan intervensi yang dilakukan di sekolah dan di rumah dengan melibatkan peranan dari pihak guru dan orangtua. Partisipan (n=9) merupakan anak usia prasekolah (3-4 tahun) yang diberikan intervensi berupa emotion course  dan  shared book reading. Emotion course  merupakan salah satu sesi yang di adaptasi dari program  Emotion-based Preventive Intervention yang  mengajarkan anak untuk belajar dan mempraktikkan akan pengenalan, penamaan, aktivasi, regulasi serta kegunaan  dari emosi. Shared book reading menggunakan buku cerita bergambar dengan tema emosi dasar  yang dibuat dengan memperhatikan teori perkembangan serta kekhasan anak Indonesia usia 3-4 tahun. Penelitian ini telah melalui proses kaji etik dan dinyatakan lulus. Kata kunci: Intervensi kelas, intervensi dini, emotion book, pengaturan emosi dan prasekolah
GAMBARAN PERILAKU DISREGULASI EMOSI ANAK PRASEKOLAH USIA 3-4 TAHUN Putri, Christopora Intan Himawan; Primana, Linda
Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan Vol 6, No 1 (2018)
Publisher : University of Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (600.821 KB) | DOI: 10.22219/jipt.v6i1.5113

Abstract

Abstrak. Regulasi emosi merupakan kemampuan anak dalam mengekspresikan, mengenali dan mengatur emosi agar dapat ditampilkan sesuai dengan norma sosial yang berlaku. Sebaliknya, disregulasi emosi merupakan ketidakmampuan dalam meregulasi emosi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku disregulasi emosi yang muncul pada anak prasekolah usia 3-4 tahun. Metode eksploratif kualitatif digunakan untuk melihat gambaran perilaku disregulasi emosi yang muncul pada anak usia 3-4 tahun. Hasil wawancara dengan guru, observasi perilaku disregulasi emosi anak serta data penunjang lainnya menunjukkan bahwa terdapat beberapa perilaku yang berhubungan dengan disregulasi emosi ada anak usia prasekolah usia 3-4 tahun. Perlu diadakan intervensi terkait perilaku disregulasi emosi anak usia prasekolah untuk mencegah perilaku agresif di masa mendatang.Kata kunci: disregulasi emosi, regulasi emosi, prasekolahAbstract. Emotional regulation is the ability of children to express, recognize and manage emotions to be displayed in accordance with prevailing social norms. Conversely, emotional dysregulation is an inability to regulate emotions. This study aims to determine the behavior of emotional dysregulation that appears in preschool children aged 3-4 years. Qualitative explorative method is used to see the description of emotional dysregulation behavior that appears in children aged 3-4 years. The results of interviews with teachers, observation of emotional dysregulation behavior of children and other supporting data indicate that there are some behaviors associated with emotional dysregulation there are preschool children aged 3-4 years. Interventions regarding the behavior of emotional dysregulation of preschool-aged children need to be organized to prevent aggressive behavior in the futureKeywords: disregulation emotion, regulation emotional, preschool
Efikasi diri sebagai mediator antara strength-based parenting dan academic buoyancy pada masa pandemi COVID-19 Chairina, Anindita; Primana, Linda
Persona:Jurnal Psikologi Indonesia Vol 10 No 2 (2021): Desember
Publisher : Faculty of Psychology Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (741.513 KB) | DOI: 10.30996/persona.v10i2.5508

Abstract

Abstract To overcome adversities during Pembelajaran Jarak Jauh or long-distance learning, students need to develop academic buoyancy, described as ‘the ability to deal with daily academic setbacks and challenges. Parents’ role during PJJ is important since students spend more time at home. This study aims to investigates the relationship between strength-based parenting and academic buoyancy through academic self-efficacy, social self-efficacy, and emotional self-efficacy. 238 high school students in Indonesia participated in this study. Strength-Based Parenting Scale (α=0,941), Self-Efficacy Questionnaire for Children [α=0,790 (akademik), α=0,774 (sosial), α=0,817 (emosional)], and Academic Buoyancy Scale (α=0,564) were used to measure the variables. The results showed that academic self-efficacy and emotional self-efficacy serve as unique mediators in the relationship between SBP and academic buoyancy. Meanwhile, the role of social self-efficacy as a mediator is not significant. When parents identify and cultivate their children’s strengths, children will believe in their ability to carry out academic tasks and deal with negative emotions, which in turn help them overcome setbacks and challenges during PJJ. Keywords: Academic buoyancy; academic self-efficacy; emotional self-efficacy; social self-efficacy; strength-based parenting Abstrak Dalam menghadapi tantangan selama proses Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dalam masa Pandemi Covid-19, peserta didik perlu mengembangkan academic buoyancy, yaitu kemampuan untuk mengatasi kemunduran dan tantangan akademis sehari-hari. Peran orang tua selama pandemi menjadi penting karena peserta didik lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah strength-based parenting, sebuah pendekatan pengasuhan yang menekankan pada identifikasi dan pengembangan kekuatan anak, dapat memprediksi academic buoyancy melalui efikasi diri akademik, efikasi diri sosial, dan efikasi diri emosional. Penelitian melibatkan 238 peserta didik tingkat SMA di Indonesia melalui teknik convenience sampling. Alat ukur yang digunakan adalah Strength-Based Parenting Scale (α=0,941), Self-Efficacy Questionnaire for Children [α=0,790 (akademik), α=0,774 (sosial), α=0,817 (emosional)], dan Academic Buoyancy Scale (α=0,564). Hasil penelitian menunjukkan bahwa efikasi diri akademik dan efikasi diri emosional masing-masing memediasi hubungan antara SBP dan academic buoyancy secara signifikan. Efikasi diri sosial tidak ditemukan memiliki peran mediasi. Ketika orang tua mengenali dan mengembangkan kekuatan yang peserta didik miliki, maka peserta didik akan yakin dengan kemampuannya untuk melakukan tugas akademis dan dapat mengatasi emosi negatifnya. Dengan demikian, peserta didik lebih mudah mengatasi kemunduran dan tantangan akademis yang dialami selama PJJ. Kata kunci: Academic buoyancy; efikasi diri akademik; efikasi diri emosional; efikasi diri sosial; strength-based parenting
Gambaran Perilaku Disregulasi Emosi Anak Prasekolah Usia 3-4 Tahun Christopora Intan Himawan Putri; Linda Primana
Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan Vol. 6 No. 1 (2018): Januari
Publisher : University of Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (600.821 KB) | DOI: 10.22219/jipt.v6i1.5113

Abstract

Abstrak. Regulasi emosi merupakan kemampuan anak dalam mengekspresikan, mengenali dan mengatur emosi agar dapat ditampilkan sesuai dengan norma sosial yang berlaku. Sebaliknya, disregulasi emosi merupakan ketidakmampuan dalam meregulasi emosi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku disregulasi emosi yang muncul pada anak prasekolah usia 3-4 tahun. Metode eksploratif kualitatif digunakan untuk melihat gambaran perilaku disregulasi emosi yang muncul pada anak usia 3-4 tahun. Hasil wawancara dengan guru, observasi perilaku disregulasi emosi anak serta data penunjang lainnya menunjukkan bahwa terdapat beberapa perilaku yang berhubungan dengan disregulasi emosi ada anak usia prasekolah usia 3-4 tahun. Perlu diadakan intervensi terkait perilaku disregulasi emosi anak usia prasekolah untuk mencegah perilaku agresif di masa mendatang.Kata kunci: disregulasi emosi, regulasi emosi, prasekolahAbstract. Emotional regulation is the ability of children to express, recognize and manage emotions to be displayed in accordance with prevailing social norms. Conversely, emotional dysregulation is an inability to regulate emotions. This study aims to determine the behavior of emotional dysregulation that appears in preschool children aged 3-4 years. Qualitative explorative method is used to see the description of emotional dysregulation behavior that appears in children aged 3-4 years. The results of interviews with teachers, observation of emotional dysregulation behavior of children and other supporting data indicate that there are some behaviors associated with emotional dysregulation there are preschool children aged 3-4 years. Interventions regarding the behavior of emotional dysregulation of preschool-aged children need to be organized to prevent aggressive behavior in the futureKeywords: disregulation emotion, regulation emotional, preschool
MASIHKAH KETERLIBATAN ORANGTUA BERKONTRIBUSI DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN KARIER MAHASISWA TINGKAT AKHIR? Annida Anastiani; Linda Primana
Inquiry: Jurnal Ilmiah Psikologi Vol 10 No 1 (2019)
Publisher : Universitas Paramadina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (211.386 KB)

Abstract

Pengambilan keputusan karier merupakan tugas perkembangan yang penting bagi mahasiswa yang berada pada tingkat akhir. Akan tetapi, tidak jarang mereka mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas tersebut. Meski sudah memasuki tahap perkembangan menuju dewasa, keterlibatan orang tua diperkirakan masih berkontribusi terhadap pengambilan keputusan karier mahasiswa tingkat akhir. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara parental career-related behavior dan career decision-making difficulties pada mahasiswa tingkat akhir. Jumlah partisipan dalam penelitian ini adalah 413. Penelitian ini menggunakan Instrumen Parental Career-Related Behavior (Dietrich & Kracke, 2009) dan Career Decision-Making Difficulties Questionnaire (Gati & Saka, 2001). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kontribusi parental career-related behavior terhadap career decision-making difficulties pada mahasiswa tingkat akhir sebesar 8%. Artinya, kesulitan pengambilan keputusan karier pada mahasiswa tingkat akhir sebagian kecil ditentukan oleh perilaku orang tua dalam memberikan bimbingan dan pertimbangan karier kepada anaknya. Selanjutnya diantara tiga bentuk perilaku orang tua, ditemukan bahwa orang tua dengan interference dan lack of engagement parental career-related behavior memiliki kontribusi paling besar terhadap career decision-making difficulties pada mahasiswa tingkat akhir, yaitu 18%.Kata kunci : career, career decision-making difficulties, parental career-related behavior, mahasiswa tingkat akhir
KONTRIBUSI ENJOYMENT (RASA SENANG) DAN PRIDE (RASA BANGGA) SELAMA BELAJAR DI KELAS TERHADAP SELF-ESTEEM PADA PESERTA DIDIK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Anggun Vrismaya; Linda Primana
Inquiry: Jurnal Ilmiah Psikologi Vol 12 No 01 (2021)
Publisher : Universitas Paramadina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51353/inquiry.v12i01.360

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kontribusi enjoyment (rasa senang) dan pride (rasa bangga) saat belajar di kelas terhadap self-esteem siswa Sekolah Menengah Pertama. Partisipan penelitian ini adalah siswa di salah satu Sekolah Menengah Pertama Negeri, Kota Depok (n=334). Penelitian ini merupakan model penelitian kuantitatif dan noneksperimental. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah AEQ (Achievement Emotions Questionnaire) untuk mengukur enjoyment dan pride saat belajar di kelas serta RSES (Rosenberg Self-Esteem Scale) untuk mengukur self-esteem. Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa enjoyment dan pride secara bersama-sama memiliki kontribusi yang signifikan terhadap self-esteem (p = 0,00). Lebih lanjut lagi enjoyment memiliki kontribusi sebesar 14% terhadap self-esteem dan pride memiliki kontribusi sebesar 2% terhadap self-esteem siswa Sekolah Menengah Pertama. Temuan penelitian ini memberikan dapat menjadi referensi bagi perancangan program intervensi untuk meningkatkan self-esteem melalui penanaman pride siswa.
Nilai Kerja (Work Values) dan Adaptabilitas Karier Peserta Didik Kelas IX di Depok, Jawa Barat Linda Primana; Amanda Kristanti Permadi
Jurnal Online Psikogenesis Vol 6, No 2 (2018): Desember
Publisher : Lembaga Penelitian Universitas YARSI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24854/jps.v6i2.694

Abstract

Berdasarkan Kurikulum 2013, peserta didik SMA diberikan kesempatan untuk memilih peminatannya di kelas X. Dengan demikian sebelum peserta didik lulus SMP, mereka diharapkan sudah memiliki wawasan tentang nilai-nilai dari suatu pekerjaan (work values) sebagai dasar pertimbangannya dalam merencanakan karier masa depannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran work values terhadap adaptabilitas karier peserta didik kelas IX. Work values diukur dengan menggunakan The Work Values Scale (Ye, 2015) dan adaptabilitas karier diukur dengan menggunakan alat ukur Career Adapt-Abilities Scale (CAAS) (Savickas Porfeli, 2012). Partisipan penelitian ini adalah 569 peserta didik kelas IX SMP di Depok, Jawa Barat. Hasil olah data statistik Pearson Correlation menunjukkan  terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara work values dan adaptabilitas karier. Work values memberikan kontribusi sebesar 21% (R2) terhadap variasi adaptabilitas karier. Penelitian ini memberikan masukan tentang pentingnya wawasan peserta didik mengenai work values atau nilai suatu pekerjaan dimulai sejak mereka berada di SMP, agar mereka dapat dengan percaya diri menentukan pilihan peminatannya di SMA.
PERILAKU TIDAK PATUH ANAK USIA BATITA: STUDI DESKRIPTIF PADA KELUARGA MISKIN Devi Oktari Harvens; Linda Primana; Rini Hildayana
PSIKOVIDYA Vol 24 No 1 (2020)
Publisher : Fakultas Psikologi Universitas Wisnuwardhana Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37303/psikovidya.v24i1.138

Abstract

Perilaku tidak patuh seringkali ditampilkan anak di usia batita dan dapat menjadi prediktor masalah perilaku pada anak. Perilaku tidak patuh merupakan suatu perilaku yang sengaja ditunjukkan oleh anak untuk tidak melakukan tindakan yang diminta oleh orangtua atau figur otoritatif lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku tidak patuh anak pada keluarga miskin. Perilaku tidak patuh, yakni mengabaikan, menolak, atau menunjukkan kemarahan, dilihat berdasarkan respon anak terhadap permintaan ibu dalam konteks merapikan mainan. Pendekatan kuantitatif dan kualitatif digunakan untuk menggambarkan perilaku tidak patuh pada anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku tidak patuh yang umum ditampilkan anak adalah mengabaikan permintaan ibu.
SELF EFFICACY SEBAGAI MEDIATOR PADA HUBUNGAN GAYA IDENTITAS DENGAN ACADEMIC BUOYANCY Fifih Nurafifah; Gagan Hartana; Linda Primana
Psympathic : Jurnal Ilmiah Psikologi Vol 5, No 1 (2012): PSYMPATHIC
Publisher : Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/psy.v5i1.2141

Abstract

Student anxiety facing national exam describes that they have academic buoyancy.  Research from Jakubowski & Dembo (2004), Hejazi, Shahraray, Farsinejad, & As-gari (2009) shows that identity model correlate with self efficacy. Besides, Martin & Marsh (2002, 2008), Martin, Colmar & Davey (2010), concluded from their research that self efficacy correlate with academic buoyancy. Therefore, based on those two researches and mediated model from Baron and Kenny (1986), self efficacy assumed be able to have a role as mediator in identity model and academic buoyancy correlation. This research involved 200 students grade XII from five schools in Bandung. Instruments used are identity model self efficacy, and academic buoyancy questionnaire. Data was analised using path analysis. Result shows that self efficacy has a role as mediator in correlation of informational identity model, normative identity model and academic buoyancy. In addtion, diffuse / avoidant identity model correlated with academic buoyancy without mediated by self efficacy. Commitment is also found correlated with academic buoyancy without mediated by self efficacy.
Efikasi Diri Kesehatan Mental sebagai Mediator antara Dukungan Suami dengan Kelekatan Ibu-Janin Sulistami Prihandini; Linda Primana
INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental Vol 5 No 2 (2020): INSAN Jurnal Psikologi dan Kesehatan Mental
Publisher : Airlangga University Press, Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/jpkm.V5I22020.112-124

Abstract

Dukungan sosial khususnya dukungan suami berkontribusi positif terhadap kelekatan ibu-janin (maternal fetal attachment (MFA)), namun hubungan tersebut masih inkonsisten. Kehamilan merupakan proses alamiah yang dapat menjadi sumber stres bagi calon ibu. Efikasi diri kesehatan mental (mental health self-efficacy (MHSE)) terbukti menurunkan depresi dan kecemasan, tidak terkecuali pada ibu hamil. Oleh karena itu, penelitian ini hendak melihat hubungan antara dukungan suami dan efikasi diri kesehatan mental terhadap kelekatan ibu-janin sekaligus melihat peran mediasi efikasi diri kesehatan mental atas hubungan dukungan suami dan kelekatan ibu-janin. Penelitian dilakukan dengan menggunakan kuisioner terhadap 281 ibu hamil di wilayah Jakarta, Depok, Bogor, Tangerang, Bekasi (Jadebotabek), khususnya wilayah Depok. Hasil analisis regresi sederhana menunjukkan adanya kontribusi yang signifikan dari dukungan suami dan efikasi diri kesehatan mental terhadap kelekatan ibu-janin. Hal ini berarti meningkatnya dukungan suami dan efikasi diri kesehatan mental dapat meningkatkan kelekatan ibu-janin. Hasil analisis model mediasi menggunakan menunjukkan bahwa efikasi diri kesehatan mental tidak memiliki peran sebagai mediator dalam hubungan antara dukungan suami dan kelekatan ibu-janin. Pada penelitian efikasi diri kesehatan mental hanya berperan sebagai variabel bebas yang berkontribusi terhadap kelekatan ibu-janin.