Nur Arfiyah Febriani
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) At-Taqwa Rawa Lumbu Bekasi

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Ra’yu Sebagai Sumber Hukum Islam Febriani, Nur Arfiyah
Jurnal Al-Adalah Vol 10, No 4 (2012): Volume X, No. 4 Juli Tahun 2012
Publisher : Fakultas Syariah IAIN Raden Intan Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ra’yu  adalah salah satu cara umat  Islam untuk menetapkan suatu hukum dari permasalahan-permasalahan kontemporer yang belum didapati dalam Alquran dan Hadis. Manusia memiliki akal yang mampu berfikir secara komprehensif dengan tetap berpegang teguh pada Alquran dan Hadis sebagai bukti keabsahan hasil ra’yu. Namun perlu digarisbawahi bahwa akal dan ra’yu memiliki perbedaan dalam pengertiannya. Akal adalah subjek (alat/pelaku yang melakukan pemikiran), sedangkan ra’yu adalah, suatu hasil/obyek dari proses pemikiran yang bertujuan untuk mencari kebenaran/solusi dari suatu hukum yang tidak ada di dalam Alquran dan hadis.
Ekoteologi berwawasan Gender dalam al-Quran Febriani, Nur Arfiyah
PALASTREN Jurnal Studi Gender Vol 10, No 1 (2017): PALASTREN
Publisher : STAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/palastren.v10i1.2463

Abstract

Ekoteologi adalah bentuk teologi konstruktif yang membahas interrelasi antara agama dan alam, terutama dalam menatap masalah-masalah lingkungan. Secara umum, ekoteologi berangkat dari suatu premis bahwa ia ada karena adanya hubungan antara pandangan dunia keagamaan manusia dan degradasi lingkungan.Ekoteologi sangat penting dalam merekonstruksi paradigma antroposentris. Interkoneksi antara manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan sesama manusia, manusia dengan lingkungan dan manusia dengan Tuhan yang harmonis dalam konsep ekoteologi, diharapkan dapat membangun kesadaran spiritual manusia yang menurut Nasr semakin memudar dalam masyarakat modern dan menjadi sumber segala permasalahan yang terjadi. Di sisi lain, peran laki-laki dan perempuan yang komplementer dan kooperatif dalam relasi gender termasuk dalam upaya konservasi lingkungan, adalah suatu yang niscaya dalam al-Quran. Al-Quran menyanggah stereotipe karakter bagi keduanya berdasarkan jenis kelamin. Artinya, stereotipe yang ada adalah doktrin dari pandangan masyarakat yang telah melekat dan teraktualisasi serta membentuk pola relasi gender yang inharmonis
WAWASAN GENDER DALAM EKOLOGI ALAM DAN MANUSIA PERSPEKTIF AL QURAN Febriani, Nur Arfiyah
ULUL ALBAB Jurnal Studi Islam Vol 16, No 2 (2015): Tafsir and Hadith
Publisher : Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (425.318 KB) | DOI: 10.18860/ua.v16i2.3177

Abstract

Quranic perspectives on gender-oriented ecology propose eco humanist theocentric theory. This is based on the Quranic description regarding the interconnection and harmonious interaction between a human and him/her self, a human with another human, a human with the universe, and a human with God, regardless male or female. This study employs tafsir maudu’i (thematic), historical-critical-contextual methods, and qualitative approach. The result shows three representations of gender identity, namely biology paired features, various terms referring to men and women interactions, and the balance of femininity and masculinity within every human being. It indicates the possible equal quality of intellectual, emotion and roles in their social life. In addition, the Quran illustrates that both masculine and feminine characteristics have positive and negative sides. This, in fact, has been a debatable notion in the academic world related to men and women stereotyping, which has influenced their social role divisions. While in natural ecology, gender identity is found in three representations, namely biology paired features, pairing in terms of feminine and masculine characteristics/qualities, and pronouns/damir referring to the male and female.
MASJID DALAM PELESTARIAN SENI BANGUNAN ISLAM DI MESIR Febriani, Nur Arfiyah
IBDA` : Jurnal Kajian Islam dan Budaya Vol 12 No 1 (2014): IBDA': Jurnal Kajian Islam dan Budaya
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Institut Agama Islam Negeri Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (173.38 KB) | DOI: 10.24090/ibda.v12i1.436

Abstract

Salah satu efek ibadah adalah kebudayaan, dan kebudayaan tidak terlepas dari ibadah. Demikian dengan masjid dan seni. Dari masjid, lahir berbagai macam budaya yang melahirkan seni yang menyenangkan dan bermanfaat bagi kehidupan setiap orang yang bertandang kepadanya. Masjid, dalam sejarah pendiriannya dan proses yang dilalui mengalami kemajuan yang pesat, baik dari struktur bangunan dan fungsi yang semakin dikembangkan. Berangkat dari tempat yang menjadi pusat kegiatan masyarakat Mesir ini, memungkinkan masjid menjadi fasilitator dinamika seni dan budaya, politik, ekonomi dan pendidikan masyarakat setempat, yang pada akhirnya melahirkan sebuah universitas Islam tertua, ternama dan terbesar di dunia, al-Azhar.
PERSPEKTIF AL-QURAN DAN INJIL TENTANG KECERDASAN NATURALIS Febriani, Nur Arfiyah
Jurnal Bimas Islam Vol 10 No 2 (2017): Jurnal Bimas Islam 2017
Publisher : Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (485.775 KB) | DOI: 10.37302/jbi.v10i2.20

Abstract

Naturalist intelligence carried by Holy Quran and Injil synergizes human spiritual dimention for the God as the center. With the faith to the God and His teaching the human hope to be able to reconstruct the anthropocentric paradigm and finally it can influence the interaction pattern in harmony with the environment (Max Weber, 197). Naturalist intelligence can be understood in the meaning, the people ability in understanding and loving the environment by taking care its sustainability as the responsibility and worship for the God (read Allah SWT in Holy Quran), as the individual creatures, social, and spiritual (Febriani, 2013). Kecerdasan naturalis yang diusung kitab al-Quran dan Injil mensinergikan dimensi spiritual manusia kepada Tuhan sebagai centernya. Dengan ketaatan pada Tuhan dan ajaran-ajaran-Nya manusia diharapkan dapat merekonstruksi paradigma antroposentris yang pada akhirnya dapat mempengaruhi pola interaksi yang harmonis dengan lingkungan (Max Weber, 1978). Kecerdasan naturalis dapat dipahami dalam arti, kemampuan seseorang dalam memahami dan mencintai lingkungan dengan senantiasa menjaga kelestariannya sebagai bentuk tanggung jawab dan ibadah kepada Tuhan (baca: Allah SWT dalam al-Quran), baik sebagai makhluk individu, sosial dan spiritual (Febriani, 2013).
EKOSUFISME BERWAWASAN GENDER DALAM AL-QUR’AN Febriani, Nur Arfiyah
Musawa Jurnal Studi Gender dan Islam Vol. 16 No. 1 (2017)
Publisher : Sunan Kalijaga State Islamic University & The Asia Foundation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/musawa.2017.161.127-152

Abstract

Environmental damage is increasingly a problem of the world. Environmental organizations in the world such as Green Peace, WWF and IPCC in 2014 showed that the damage on the earth, the sea and the air has reached a very worrisome stage. Scientists with a variety of expertise have been trying to offer solutions on this problem, including religious studies scholars who have also tried to build a paradigm based on the scripture. In a profoundly Sufi scientific tradition, the idea of eco-sufism in reconstructing the anthropocentric paradigm is interesting because it touches the deepest dimensions of humanity to build consciousness in the conservative action for the sake of the God. The writer also tries to unite gender relations with eco-sufism, as an effort to build an integral and holistic paradigm of society. This is because, without an integrated and holistic paradigm for all the people in the world, environmental conservation efforts will be only limited to small groups of humans among 2 (two) billion citizens of the world. [Kerusakan lingkungan terus menjadi permasalahan yang begitu mengkhawatirkan masyarakat dunia. Organisasi lingkungan di dunia seperti Green Peace, WWF dan IPCC pada tahun 2014 menunjukkan bahwa kerusakan di bumi, laut dan udara sudah sampai tahap yang sangat mengkhawatikan. Saintis dengan berbagai keahlian mencoba menawarkan solusi atas berbagai persoalan ini, termasuk para ahli agama yang mencoba masuk dalam tatanan membangun paradigma masyarakat sesuai arahan kitab suci. Dalam tradisi ilmiah sufi yang kental dengan nuansa spiritual, gagasan tentang eko-sufisme dalam merekonstruksi paradigma antroposentris adalah hal menarik kare- na menyentuh dimensi terdalam manusia untuk membangun kesadaran beraksi dalam konservasi demi rida Ilahi. Penulis juga mencoba untuk menyatukan relasi gender dengan ekosufisme, sebagai tawaran dalam upaya memba- ngun paradigma masyarakat yang integral dan holistik. Ini karena, sehebat apapun upaya yang dilakukan, tanpa membangun paradigma yang terintegrasi dan holistik bagi segenap masyarakat dunia, upaya konservasi lingkun- gan hanya akan dilakukan segelintir kelompok manusia di antara 2 Milyar warganya.]