Rifki Febriansah
Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

MCF-7 Resistant Doxorubicin are Characterized by Lamelapodia, Strong Adhesion on Substrate and P-gp Overexpression Putri, Dyaningtyas Dewi P.; Sarmoko, .; Febriansah, Rifki; Puspitasari, Endah; Ismiyati, Nur; Fitriasari, Aditya
Indonesian Journal of Cancer Chemoprevention Vol 2, No 3 (2011)
Publisher : Indonesian Research Gateway

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4.399 KB)

Abstract

The  prognosis  of  breast  cancer  patients  is  closely  associated  with  the  response  of tumor  cells  to  chemotherapy  agent.  Doxorubicin  is  one  of  the  primary  chemotherapeutic agents  used  for  the  treatment  of  breast  cancer.  Resistance  to  chemotherapy  is  believed  to cause  treatment  failure  in  cancer  patients.  Furthermore,  long  time  exposure  to chemotherapeutic  agent  induces  cancer  cells  resistance.  MCF-7  sensitive  cells  used  as chemoresistance  model  have  overexpression  P-gp  (P-glycoprotein).  Chemoresistance  was established by treating MCF-7 cells with 0.5 µg/ml doxorubicin-contained medium for a week. 50% inhibiting concentration (IC50) doxorubicin on MCF-7 cells/DOX were determined using MTT assay. Western blot assay and immunocytochemistry assay was performed to determine the expression of P-gp. Morphological of MCF-7 cell/DOX was changing to become larger and have  lamellapodia.  IC50  value  of  doxorubicin  was  700  nM  on  MCF-7/DOX  and  400  nM  on sensitive MCF-7 cells. The MCF-7/DOX sensitivity to doxorubicin was decreased, shown by 1.5  fold  higher  IC50  of  doxorubicin  on  MCF-7/DOX  compared  to  MCF-7  sensitive  cells. Treatment doxorubicin to sensitive MCF-7 cells leads to the increasing P-gp expression. The P-gp  level  expression  has  strong  correlation  with  the  low  sensitivity  of  MCF-7/DOX  to doxorubicin.Key words: doxorubicin, resistance cells, sensitive MCF-7 cell
Antioxidant Activity from the Combination of Ethanolic Extract of Tea Leaves (Camellia sinensis) and Soursop Leaves (Annona muricata l.) and Optimation of the Effervescent Granule Production Masitha, Fatma Sari; Febriansah, Rifki
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 19, No 2: July 2019
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mm.190230

Abstract

Soursop Leaves (Annona muricata L.) and Tea Leaves (Camellia sinensis) are plants that contain flavonoids which are considered to act as antioxidants and can become chemopreventive agents. This study aims to identify the potential of Soursop Leaves and Tea Leaves as chemopreventive agents. The first stage of this research was to determine the presence of flavonoids in both of ethanolic extract using TLC method. The second stage is to examine the antioxidant activity of the combination of ethanolic extract of soursop leaves and tea leaves against free radical DPPH (1,1-diphenyl-2-pikrihidrazil). Docking molecular test of acetogenin and catechin compounds at HER-2 and ER-α receptors which are biomarkers of breast cancer. Furthermore, the optimization of effervescent granule production using moist granulation method is carried out. The result shows that ethanolic extract of soursop leaves and tea leaves contains flavonoid shown with Rf value of 0.66 and 0.68, and the comparison of Rf 0.66. The combination of both ethanolic extract has very strong antioxidant activity with IC50 value 26,90 μg/mL. The result of molecular docking of acetogenin and catechin compounds at HER-2 receptors shows respective docking score of -6.3 kcal/mol and -6.7 kcal/mol while ER-α receptors shows a docking score of -6.5 kcal/mol and -7.6 kcal/mol. In addition, the most optimal effervescent granule production is formula four with physical test result such as moisture content of 1.07% with a dissolve time of 45.5 seconds and acidity of 6.18. The result shows that ethanolic extract of soursop leaf (Annona muricata L.) and Tea Leaves (Camellia sinensis) have potential activity as chemopreventive agents and can be formulated into effervescent granule production.
Kajian secara In Vitro Ekstrak Etanolik Buah Morinda citrifolia L. sebagai Agen Khemopreventif Kanker Payudara yang Potensial Febriansah, Rifki; Bintang, Desy; Hardika, Dwi Susilo; Prabaningrum, Dita; Hadi, Dzilqi Bustanul; Oktafiyani, Nur
Mutiara Medika: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Vol 12, No 3 (2012)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/mmjkk.v12i3.1038

Abstract

Kanker payudara merupakan kanker terbanyak di Indonesia yang menyebabkan kematian sampai 4,3 juta orang per tahun. Sampai saat ini pengobatan yang biasa dijalani oleh penderita kanker payudara adalah dengan melakukan kemoterapi, tetapi karena efek sampingnya yang relatif besar, banyak pengobatan alternatif mulai dikembangkan. Pengobatan menggunakan bahan herbal menjadi populer untuk menggantikan pengobatan kimiawi tidak hanya karena memiliki efek yang serupa, tetapi juga karena keamanannya. Salah satu agen khemopreventif dari bahan alam adalah menggunakan buah mengkudu (Morinda citrifolia L.). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek ekstrak etanolik buah mengkudu dalam menghambat pertumbuhan sel kanker payudara melalui uji sitotoksik dan uji apoptosis. Sebanyak 300 gram serbuk mengkudu diekstraksi dengan 2 Liter etanol kemudian diujikan terhadap sel kanker payudara MCF-7. Uji sitotoksik dilakukan dengan metode MTT untuk mendapatkan nilai IC50. Uji Induksi Apoptosis dilakukan dengan metode double staining menggunakan reagen etidium bromida-akridin oranye. Hasil penelitian menunjukkan nilai IC50 adalah sebesar 1117 ¼g/ml dan dari hasil pengamatan uji apoptosis menunjukkan adanya kenaikan apoptosis sel dengan peningkatan dosis pemberian ekstrak etanolik. Disimpulkan bahwa ekstrak etanolik buah mengkudu berpotensi sebagai agen kemopreventif melalui mekanisme induksi apoptosis pada sel MCF-7. The incidence of breast cancer is the biggest one that causing a huge number of deadly in Indonesia until 4,3 million per years. Until this time, the common medication to threat the cancer by chemotherapy still popular, but because of the negative effect, many alternative herbal medicine was developed faster not only because the safety but also the effectivity to treat. One of the natural substance which can be used as chemopreventive agent is fruits Morinda citrifolia L. The purpose of the research is to know the effects of noni’s extract  as chemopreventive agent for breast cancer by inhibitory cell proliferation and the ability for apoptotic induction. Three hundred grams noni’s flour extracted with 2 liters 70 % ethanol then tested to MCF-7 breast cancer cell lines. Cytotoxic test was done by MTT assay method to get IC50 value. Apoptotic assay was analyzed by double staining method used ethidium bromide-acrydine orange reagent. The result showed that IC50 value of noni’s extract was 1117 mg/ml and the result of apoptotic assay showed that in higher concentration of ethanolic extract could increased apoptotic induction. The conclusion of the research is noni’s etanolic extract having potency as chemopreventive agent by increased apoptotic induction of MCF-7 cell lines.
Pemberdayaan Kelompok Tanaman Obat Keluarga Menuju Keluarga Sehat Di Desa Sumberadi, Mlati, Sleman Febriansah, Rifki
Berdikari: Jurnal Inovasi dan Penerapan Ipteks Vol 5, No 2 (2017): August
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/bdr.5221

Abstract

Pengembangan tanaman berkhasiat obat telah mengalami percepatan hingga pada penemuan obat maupun teknologi baru. Teknologi terapan harus dapat diimplementasikan agar mendatangkan manfaat luas hingga lapisan terbawah melalui kelompok-kelompok masyarakat. Kelompok tani dan masyarakat pedesaan memiliki peran vital dalam pembangunan masyarakat, tidak hanya dalam kemandirian pangan, namun juga dapat diarahkan pada kemandirian kesehatan melalui pengembangan tanaman obat keluarga. Kelompok Tanaman Obat Keluarga (TOGA) di Dusun Warak Kidul dan Dusun Gabahan VI adalah kelompok tani rintisan di Desa Sumberadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, wilayah yang dekat dengan perkotaan namun kondisi masyarakatnya masih membutuhkan pembinaan. TOGA identik dengan jamu yang berasal dari tanaman obat yang berasa pahit, tidak memiliki nilai estetika dan tidak enak dikonsumsi, sehingga pengembangannya masih terbatas karena kurang diminati. Masyarakat belum menyadari bahwa sayuran dan bumbu dapur juga merupakan herbal berpotensi obat, sehingga dapat dikategorikan sebagai TOGA. Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan warga masyarakat khususnya anggota kelompok TOGA dalam pemanfaatan dan pengolahan tanaman obat menjadi bentuk sediaan yang lebih ekonomis. Kegiatan pengabdian masyarakat dimulai dengan pembentukan kelompok TOGA yang beranggotakan para ibu rumah tangga di dusun tersebut. Selanjutnya dilakukan penyuluhan tentang khasiat tanaman obat, pembuatan kebun TOGA yang benar, proses pembuatan obat herbal yang tepat dan pembentukan pos herbal desa sebagai fasilitator dan pendamping para anggotanya. Dari kegiatan pengabdian masyarakat ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat meningkat terkait pemanfaatan tanaman obat dan dapat meningkatkan taraf perekonomian khususnya para anggota kelompok TOGA di Desa Sumberadi. Kata Kunci : Desa Sumberadi, kebun TOGA, penyuluhan, sediaan obat herbal, pos herbal desa
Pemberdayaan Kelompok Tanaman Obat Keluarga Menuju Keluarga Sehat Di Desa Sumberadi, Mlati, Sleman Febriansah, Rifki
Berdikari: Jurnal Inovasi dan Penerapan Ipteks Vol 5, No 2 (2017): August
Publisher : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18196/bdr.5221

Abstract

Pengembangan tanaman berkhasiat obat telah mengalami percepatan hingga pada penemuan obat maupun teknologi baru. Teknologi terapan harus dapat diimplementasikan agar mendatangkan manfaat luas hingga lapisan terbawah melalui kelompok-kelompok masyarakat. Kelompok tani dan masyarakat pedesaan memiliki peran vital dalam pembangunan masyarakat, tidak hanya dalam kemandirian pangan, namun juga dapat diarahkan pada kemandirian kesehatan melalui pengembangan tanaman obat keluarga. Kelompok Tanaman Obat Keluarga (TOGA) di Dusun Warak Kidul dan Dusun Gabahan VI adalah kelompok tani rintisan di Desa Sumberadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, wilayah yang dekat dengan perkotaan namun kondisi masyarakatnya masih membutuhkan pembinaan. TOGA identik dengan jamu yang berasal dari tanaman obat yang berasa pahit, tidak memiliki nilai estetika dan tidak enak dikonsumsi, sehingga pengembangannya masih terbatas karena kurang diminati. Masyarakat belum menyadari bahwa sayuran dan bumbu dapur juga merupakan herbal berpotensi obat, sehingga dapat dikategorikan sebagai TOGA. Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan warga masyarakat khususnya anggota kelompok TOGA dalam pemanfaatan dan pengolahan tanaman obat menjadi bentuk sediaan yang lebih ekonomis. Kegiatan pengabdian masyarakat dimulai dengan pembentukan kelompok TOGA yang beranggotakan para ibu rumah tangga di dusun tersebut. Selanjutnya dilakukan penyuluhan tentang khasiat tanaman obat, pembuatan kebun TOGA yang benar, proses pembuatan obat herbal yang tepat dan pembentukan pos herbal desa sebagai fasilitator dan pendamping para anggotanya. Dari kegiatan pengabdian masyarakat ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat meningkat terkait pemanfaatan tanaman obat dan dapat meningkatkan taraf perekonomian khususnya para anggota kelompok TOGA di Desa Sumberadi. Kata Kunci : Desa Sumberadi, kebun TOGA, penyuluhan, sediaan obat herbal, pos herbal desa