Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Trickle Down Efeck dan Perubahan Wajah Masjid di Yogyakarta Pajar Hatma Indra Jaya
INFERENSI: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 12, No 1 (2018)
Publisher : State Institute of Islamic Studies (IAIN) Salatiga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18326/infsl3.v12i1.1-24

Abstract

In the last ten years, mosques in Yogyakarta are seen to be changing. This article aims at illustrating the changes and explaining the possible causes of the changes. In order to get the answers to such objectives, the researcher randomly searched for mosques in Yogyakarta that had innovative programs. Data showed that Jogokaryan mosque becomes the inspiration for the changes of mosques in Yogyakarta. The development of Jogokaryan mosque has become a “trickle down effect” that affects the revitalization of mosques in Yogyakarta. The concept to always make zero financial balance has raised awareness of the fact that so far infaq has not been spent optimally, while infaq should be used to accommodate the needs of those who make use of mosques. In fact, the spirit of making zero balance has encouraged the creativity of takmir (people involved in mosque management) to provide the best facilities for the worshippers. As a result, mosques in Yogyakarta are becoming more innovative in providing services for worshippers, both related to any services that are directly associated with prayer and related to services for those who are economically poor
Media sosial, komunikasi pembangunan, dan munculnya kelompok-kelompok berdaya Pajar Hatma Indra Jaya
Jurnal Kajian Komunikasi Vol 8, No 2 (2020): December 2020
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (396.034 KB) | DOI: 10.24198/jkk.v8i2.16469

Abstract

Setiap tahun pemerintah telah mengeluarkan banyak dana untuk program pemberdayaan masyarakat, namun hasilnya belum banyak memunculkan kelompok-kelompok berdaya, apalagi menurunkan angka kemiskinan. Meskipun demikian di Yogyakarta ada beberapa komunitas yang muncul, tumbuh, dan berkembang dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat. Salah satu komunitas berdaya tersebut adalah kelompok Mina Julantoro di Kecamatan Gedungkiwo yang mampu mengelola selokan kotor menjadi destinasi wisata. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu bagaimana proses munculnya kegiatan pemberdayaan masyarakat di kelompok tersebut. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, data dikumpulkan  melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa proses muncul dan berkembangnya pemberdayaan di kelompok Mina Julantoro terjadi karena proses peniruan dari video tentang keberhasilan program pengelolaan selokan di Singosaren Bantul yang viral dan menyebar secara cepat di media sosial. Keberhasilan program selokan bersih di Dusun Singosaren Bantul memengaruhi munculnya kegiatan serupa di tempat lain. Media sosial menjadi saluran komunikasi pembangunan dalam penyebaran gagasan positif sehingga memunculkan gerakan masyarakat untuk melakukan peniruan. Proses pemberdayaan melalui media sosial dimulai dengan pendokumentasian dalam bentuk video yang kemudian dikomunikasikan ke masyarakat luas dengan cara diunggah di YouTube dan diviralkan di grup WhatsApp. Tayangan tersebut membuat masyarakat tertarik untuk melihat, berkunjung, belajar, dan meniru. Ketika masyarakat telah mempunyai semangat dan gagasan pembangunan dari media sosial maka penyuluh pembangunan tinggal berperan sebagai enabler (pemungkin) untuk menjadi broker dan menjalankan peran teknis.
MODEL SUAKA IKAN UNTUK PENGELOLAAN SUNGAI DI JAWA: STUDI DI SUNGAI WINONGO YOGYAKARTA Pajar Hatma Indra Jaya; Moh. Abu Suhud
Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan Vol 11, No 2 (2021): Desmber 2021
Publisher : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/jksekp.v11i2.9996

Abstract

Laju penurunan spesies dan populasi ikan di sungai-sungai di Jawa terus terjadi sehingga perlu sebuah model yang tepat untuk menghentikan fenomena tersebut. Salah satu konsep yang dapat dipertimbangkan adalah model suaka ikan. Model ini telah diperkenalkan oleh pemerintah sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004, namun tidak banyak sungai di Jawa yang mempraktikkan suaka ikan. Meskipun demikian ada sejumlah pihak yang mencoba mempraktikkan model ini di Sungai Winongo. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis faktor-faktor penting yang mendukung praktik suaka ikan di Sungai Winongo. Penelitian ini dilakukan berdasar pendekatan kualitatif deskriptif dengan menggunakan empat metode pengumpulan data, yakni: (i) observasi yang bersifat partisipatori, (ii) wawancara, (iii) dokumentasi dan reviu literatur, dan (iv) Focus Group Discussion (FGD). Hasil menunjukkan bahwa pelibatan masyarakat dalam suakaikan merupakan faktor penting mutlak; hal ini terutama karena masyarakat merupakan pemangku kepentingan utama, yang mampu menjaga sungai selama 24 jam, Namun, partisipasi masyarakat dalam program suaka ikan murni konservasi sulit terjadi karena tidak ada keuntungan yang didapat. Penelitian merekomendasikan dilakukannya modifikasi model suaka ikan. Kerangka model suaka ikan harus mengakomodasikan dua aspek sekaligus, yakni aspek konservasi dan aspek kepentingan ekonomi masyarakat. Kedua aspek tersebut dapat terakomodir dalam suaka ikan yang diterapkan dengan sistem zonasi. Modifikasi suaka ikan dari murni konservasi ke model zonasi ini bisa menjadi alternatif model kebijakan pengelolaan sungai di Jawa. Title: Fish Sanctuary Model For River Management In Java: Study In Winongo River YogyakartaThe decline of species and population fish in Java rivers continually occurs. There is a need for a breakthrough related to the river management model to discontinue the phenomenon. One of the concepts to discontinue the decreasing rate is through fish asylum. The government has introduced this model since the enactment of Law Number 31 of 2004, but not many rivers in Java have practiced the fish asylum. However, there is a group of people attempting to practice the fisheries reserve in Winongo River. This research aims to describe and analyze some of important factors that enable the fisheries reserve in Winongo River. This research was conducted using a qualitative descriptive method using four data collection methods, namely participatory observation, interviews, documentation-literature, and Focus Group Discussion (FGD). This research found that the community’s involvement in fisheries reserves is needed since the community becomes the only stakeholders that can maintain the river.However, the community participation in fisheries reserve program using pure conservation seemed hard to be realized considering no profit obtained by the community. Therefore, a modification of the fisheries reserve model is needed to be done. Fisheries reserve needs to concern with the conservational aspect and the economic interest of the community. Both principles can be accommodated in the zone Fisheries reserve model. The modification of fisheries reserve from the pure conservation to zone model can be an alternative for the policy model in river management in Java.
Peran Pendamping dalam Meningkatkan Kemandirian pada Anak di Yayasan Sayap Ibu Cabang D.I. Yogyakarta Siska Hermalida; Pajar Hatma Indra Jaya
ULIL ALBAB : Jurnal Ilmiah Multidisiplin Vol. 2 No. 11: Oktober 2023
Publisher : CV. Ulil Albab Corp

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56799/jim.v2i11.2304

Abstract

A companion (social worker) is someone whose job is to provide services, guidance and guidance so that children not only increase their knowledge but also their independence. This research aims to determine (a) the role of companions in increasing independence in children at the Sayap Ibu Foundation, D.I. Branch. Yogyakarta; and (b) supporting and inhibiting factors in increasing independence in children at the Sayap Ibu Foundation, D.I. Branch. Yogyakarta. The method used in this research uses a qualitative approach and descriptive research type. The subjects of this research consisted of companions (social workers). Data collection techniques consisted of observation, interviews and documentation. Data analysis techniques consist of data reduction, data collection, data presentation, and drawing conclusions. The research results show that the role of companions in increasing children's independence can be realized well, such as; implementing writing activities, calistung, making creative batik, splattered batik, painting and sewing. From making creative batik and cipra batik, the products can be marketed. The children also seemed enthusiastic about carrying out various programmed activities themselves without involving other people, so that the role of companions was one of the influences.