Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

E-LKS BERBASIS RUANG BELAJAR MODEL FLIPPED LERNING MATERI SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA KELAS XI MAN 10 JOMBANG Dwi Cahyanto; Ospa Pea Yuanita Meishanti
EDUSCOPE: Jurnal Pendidikan, Pembelajaran, dan Teknologi Vol 7 No 1 (2021): Volume 07 No. 01 Juli 2021
Publisher : LPPM Universitas KH.A.Wahab Hasbullah Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32764/eduscope.v7i1.1787

Abstract

ABSTRACT The Covid-19 pandemic has made the lack of readiness of teaching staff for online learning, many obstacles faced by educators, lack of means of delivering material and worksheets, so here researchers conduct research on flipped learning-based e-LKS, so that they can be accessed whenever and wherever students are. The purpose of this research is to develop an e-LKS product based on Flipped Learning. The development method used is to use a research and development model, then validate the Respiratory System e-LKS product to media experts, the results are 88% that the media is very feasible to be developed and used as another reference. Keywords: e-LKS; study room; flipped learning. ABSTRAK Pandemi covid-19 telah membuat kurangnya kesiapan dari tenaga pengajar terhadap adanya pembelajaran daring banyak sekali permasalahan yang dihadapi oleh pendidik, kurangnya sarana penyampaian materi maupun Lembar Kerja Peserta Didik maka disini peneliti melakukan penelitian mengenai e-LKS yang berbasis ruang belajar flipped learning, sehingga dapat diakses kapan pun dan dimana pun peserta didik berada. Tujuan penelitian ini mengembangkan produk e-LKS berbasis ruang belajar Flipped Learning. Adapun metode pengembangan yang dilakukan yaitu menggunakan model penelitian dan pengembangan (Research and Development), kemudian validasi produk e-LKS Sistem Pernapasan kepada ahli media, diperoleh hasil 94% bahwa media sangat layak dikembangkan dan dipergunakan sebagai referensi lain. Kata Kunci: e-LKS, ruang belajar, flipped learning
Analisa Penggunaan Solar Cell Pada Rumah Tinggal Untuk Keperluan Penerangan dan Beban Kecil saiful karim; dwi cahyanto
EEICT (Electric, Electronic, Instrumentation, Control, Telecommunication) Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31602/eeict.v2i1.2261

Abstract

ABSTRAK  Sejak beberapa tahun terakhir, seiring dengan pertumbuhan penduduk, kawasan pemukiman, industri dan ekonomi, Kalimantan Selatan mengalami krisis energi listrik. Krisis ini menyebabkan seringnya terjadi pemadaman listrik di seluruh daerah di kawasan ini. Setiap tahun, dengan alasan perawatan mesin, PT PLN Kalimantan Selatan dan Tengah (Kalselteng) juga harus mengambil langkah pemadaman bergilir, selama kurang lebih 1 hingga 2 bulan. Artinya, kawasan Kalselteng harus mengalami pemadaman listrik setiap 2 atau 3 hari sekali selama waktu tersebut. Biasanya, pola yang digunakan adalah 2 hari nyala 1 hari padam. “Kemudian juga jika masyarakat berhemat dengan mengurangi minimal dua lampu saat jam 17- 22.00 Wita, sehingga beban puncak turun, maka waktu pemadaman akan lebih pendek”. Berdasarkan permasalahan tersebut, energi surya dipilih sebagai energi alternatif untuk menghasilkan energi listrik. Agar energi surya dapat digunakan terus menerus baik pada malam hari maupun siang hari, maka energi listrik yang dihasilkan disimpan terlebih dahulu ke baterai yang dikontrol oleh regulator. Keluaran regulator langsung dihubungkan dengan inverter dari arus DC ke AC. Jadi pada waktu aliran dari PLN mengalami pemadaman, maka lampu penerangan yang ada di rumah tidak akan padam, disamping itu khusus lampu penerangan dan beban rendah/kecil disuplai menggunakan pembangkit dari sel surya, jadi akan mengurangi pembelian token/strum listrik dan lebih efisien. Biaya untuk pemakaian energi listrik setiap hari, dan dalam 1 tahun rata-rata terdiri dari 365 hari, maka biaya listrik yang digunakan dalam kurun waktu 1 tahun adalah sebesar Rp. 1.955,356,- x 365 hari = Rp. 703.928,16. Dengan biaya pengadaan perangkat solar cell untuk keperluan rumah tinggal yang sesuai dengan beban yang ada yaitu sebesar Rp. 5.100.000,-, maka biaya tersebut akan kembali modal (break even pint)  Kata Kunci : Effisiensi, Panel surya, dan Pemadaman
Analisa Potensi Keunggulan Kompetitif Re-farming Frekuensi 900 MHz Dwi Cahyanto; Hamzah Hilal
InComTech : Jurnal Telekomunikasi dan Komputer Vol 4, No 1 (2013)
Publisher : Department of Electrical Engineering

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/incomtech.v4i1.1125

Abstract

PT. Indosat adalah perusahaan penyedia layanan telekomunikasi dan informasi terkemuka di Indonesia yang menyediakan layanan seluler prabayar dan pascabayar. Indosat juga menyediakan jasa telekomunikasi tetap atau fixed voice termasuk IBD, jasa tetap nirkabel, dan jasa telepon tetap. Sebagai tambahan Indosat merupakan pelopor dalam memperkenalkan layanan jaringan nirkabel yang menggunakan teknologi kecepatan 3,5G HSDPA di Indonesia. Pada tahun 2009 Indosat memperoleh lisensi tambahan frekuensi 3G (second carrier) dari Kementrian Komunikasi dan Informatika, dengan modal ini Indosat menargetkan pangsa pasar yang luas. Sekarang ini merupakan Era Data dan semakin meninggalkan era terdahulu yaitu Era Suara, operator telekomunikassi berlomba-lomba untuk merebut pangsa pasar khususnya Layanan Data. Masyarakat pada umumnya banyak menggunakan layanan data facebook, twitter, streamming maupun video call. Dengan kebutuhan layanan data ini diperlukan suatu inovasi agar semua kebutuhan pelanggan dapat terpenuhi. Keterbatasan frekuensi yang ada menjadi hambatan semua operator untuk meningkatkan jumlah pelanggannya maupun meningkatkan layanan jaringan. Di sisi lain penggunaan frekuensi 900MHz sudah mulai ditinggalkan oleh pelanggannya, dikarenakan layanannya sudah tidak diminati oleh pengguna seluler yang cenderung beralih kelayanan data. Dari permasalahan tersebut maka solusinya yaitu dilakukan re-farming frekuensi yang sudah mulai ditinggalkan oleh pelanggannya yaitu frekuensi 900MHz. Dengan menggunakan analisis Porter 5 Forces ternyata didapatkan bahwa Indosat memiliki potensi keunggulan kompetitif yang tinggi pasca re-farming frekuensi. Hasil analisis ini selanjutnya dapat digunakan oleh Indosat dalam penyusunan strategi bersaing sehingga Indosat dapat merebut pasar pada layanan data.