Mutia Erti Dwiastuti
Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Ketahanan Aksesi Jeruk Seedles Terhadap Tiga Strain Virus Tristeza Jeruk (Resistance Seedles Accession to Three Strain of Citrus Tristeza Virus) Mutia Erti Dwiastuti; Sri Widyaningsih
Jurnal Hortikultura Vol 26, No 2 (2016): Desember 2016
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v26n2.2016.p235-244

Abstract

Citrus tristeza virus (CTV) merupakan salah satu penyakit yang merugikan secara ekonomi pada jeruk. Penyakit ini telah menyebar merata di pertanaman jeruk seluruh Indonesia. Tiap varietas jeruk mempunyai ketahanan yang berbeda-beda terhadap penyakit ini. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat ketahanan kandidat jeruk seedless hasil mutasi dengan radiasi sinar Gamma terhadap tiga strain penyakit CTV. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Terpadu dan Rumah Kasa Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) selama 1 tahun. Tahapan yang dilakukan adalah seleksi dan perbanyakan strain CTV, pengujian ketahanan sembilan kandidat mutan dan dua tanaman berasal dari induk, yaitu MT-49, MT-50, MT-52, MT-54, MT-89, MT-92 (mutasi dari tetua K SoE), MT-68 (mutasi dari tetua K Garut), KS 001(hasil silangan), KS 002 (tetua Tai Ayam), MT P2A6 (mutasi dari tetua pamelo Nambangan1), dan MT P1A4 (mutasi dari tetua Pamelo Nambangan 2). Pengamatan dilakukan terhadap masa inkubasi, intensitas penyakit berdasarkan gejala visual dan uji serologi Elisa. Tingkat ketahanan didasarkan pada gejala visual dan hasil pengujian dengan Elisa. Hasil penelitian menunjukkan gejala vein clearing, vein cupping, vein crocking, dan stem pitting ditemukan pada areal pertanaman jeruk. Masa inkubasi CTV pada kandidat mutan dengan inokulasi masing-masing strain bervariasi antara 3–5 minggu. Intensitas penyakit yang timbul akibat inokulasi masing-masing strain bervariasi, demikian juga tingkat ketahanan tanaman. Aksesi varietas yang resisten terhadap strain CTV parah (severe strain) adalah MT P2A6 dan MT P1A4, aksesi toleran terhadap strain CTV parah adalah MT 49, MT 52, MT 54, MT 68, MT 92, KS 002, dan aksesi yang peka terhadap strain CTV parah adalah MT 50, MT 89, dan KS 001.KeywordsJeruk; Seedless; Strain; Mutan; Citrus tristeza virusAbstractCitrus tristeza virus (CTV) is one of the economically harmful diseases on citrus. The disease has been spread evenly throughout Indonesia citrus crop. Each citrus varieties have different resistance to this disease. The purpose of this study was to determine the candidate’s level of resistance mutations result seedless oranges against three strains of CTV disease. Research conducted at Laboratory and Screen House, Indonesian Citrus and Subtropical Fruit Research (BALITJESTRO), Tlekung, Batu for 1 year. Stages are carried out exploration, collection, and propagation of strains, resistance testing both nine candidate’s mutation MT-49, MT-50, MT-52, MT-54, MT-89, MT-92 (mutant from K SoE), MT-68 (mutant from K Garut), MT P2A6 (mutant from pamelo Nambangan1), MT P1A4 (mutant from Pamelo Nambangan2) and two types of plant derived from the parent KS 001, KS 002 (elder Tai ayam). Observations made on incubation period, intensity of the disease based on visual symptoms and tested with Elisa. The level of resistance is based on visual symptoms and results of testing with Elisa. The results showed that symptoms of vein clearing, vein cupping, vein crocking, and stem pitting found on citrus planting area. The incubation period of CTV on mutant candidates by inoculation of each strain varied between 3–5 weeks.The intensity of the disease caused by the inoculation of each strain varies, so does the level of plant resistance. Accessions resistant to severe CTV strains (severe strain) is MT MT P2A6 and P1A4, accessions tolerant to severe CTV strains are MT 49, MT 52, MT 54, MT 68, MT 92, 002, and KS-sensitive accession severe CTV strains are MT 50, MT 89, KS 001
Perkembangan Penyakit Diplodia pada Tiga Isolat Botryodiplodia theobromae Path dan Peran Toksin Dalam Menekan Penyakit pada Jeruk (Citrus spp.)/Diplodia Disease Development and Toxin of Three Isolates Botryodiplodia theobromae Path. on Citrus (Citrus spp) Mutia Erti Dwiastuti; Gusti Ngurah Ketut Budiarta; Loekas Soesanto
Jurnal Hortikultura Vol 27, No 2 (2017): Desember 2017
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v27n2.2017.p231-240

Abstract

Penyakit diplodia (Botryodiplodia theobromae) pada tanaman jeruk menyebar cukup luas di sentra jeruk Indonesia. Serangan parah penyakit dapat menyebabkan kematian apabila tidak dikendalikan. Tujuan penelitian adalah mengetahui patogenisitas dan peran toksin dari tiga isolat B. theobromae asal Pasuruan dan Magetan pada jeruk siam, pamelo, dan manis. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Rumah Kasa Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika pada bulan November 2015 – Mei 2016. Penelitian terdiri atas dua percobaan, yaitu uji patogenisitas pada tanaman dan uji toksin kasar pada skala laboratorium. Uji patogenisitas menggunakan rancangan acak kelompok dengan sembilan kombinasi perlakuan terdiri atas tiga jenis isolat, yaitu Mg52A.1, dan Mg39.2 (asal Magetan), Ps8b (asal Pasuruan), serta tiga jenis tanaman jeruk (pamelo, siam, manis). Parameter pengamatan terdiri atas masa inkubasi, jumlah sampel nekrosis, dan luas gejala. Perlakuan pengujian toksin terdiri atas kontrol tanpa toksin, toksin kasar isolat Mg52A.1, toksin kasar isolat Mg39.2, dan toksin kasar isolat Ps8b. Aplikasi toksin dilakukan pada daun tiga varietas jeruk dengan rancangan acak lengkap, tiap perlakuan diulang tiga kali dan masing masing terdiri atas dua daun asal tanaman yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masa inkubasi isolat Mg39.2 lebih cepat dibandingkan dengan isolat Mg52A.1 dan Ps8b. Ketiga isolat patogen B. theobromae asal Pasuruan dan Magetan memiliki patogenisitas yang sama dalam menimbulkan gejala penyakit pada jeruk pamelo, siam, dan manis, sedangkan toksin hanya berperan dalam mempercepat masa inkubasi.KeywordsJeruk; Patogenisitas; Botryodiplodia theobromae; Toksin kasarAbstractDiplodia disease (Botryodiplodia theobromae) spread quite widely in Indonesia citrus center. Severe attacks of disease can cause death if it not controlled. The purpose of this study was determine the pathogenicity and the effect of toxins from three isolates of B. theobromae origin Pasuruan and Magetan on tangerine, pummelo, and sweet orange varieties. The study was conducted at Indonesian Citrus and Subtropical Research Institute during November 2015 – May 2016. This observation consisted of two experiments that pathogenicity test in screenhouse and crude toxin of patogen test in laboratory. Pathogenicity test used randomized block design arranged as factorial. The first factor was three isolates: Mg52A.1, Mg39.2 (from Magetan), Ps8b (from Pasuruan) and the second factor were kind of citrus (pummelo, tangerine , and sweet orange). The observation parameter consist of the incubation period, the number of necrotic samples and visual symptom. Crude toxin test treatment consists of a control test toxin without toxins, crude toxin Mg52A.1, crude toxin Mg39.2 toxin, crude toxin Ps8b. Application toxin carried out on the three leaf varieties of oranges. Each treatment was repeated three times and each consists of two leaves of different varieties. The results showed that the incubation period Mg39.2 isolates faster than two other isolates. Infection with different isolates and treatment of different citrus varieties shows that it did not different significantly in causing disease symptom of diplodia. Similarly result on crude toxin treatment with three isolates on three varieties showed that it were not different necrotic symptom. Thus the three isolates of pathogens B.theobromae origin from Pasuruan and Magetan have the same pathogenicity in causing disease symptoms in citrus pummelo, tangerine, and sweet orange. Toxin only play a role in accelerating the incubation period.
Potensi Trichoderma spp. sebagai Agens Pengendali Fusarium spp. Penyebab Penyakit Layu pada Tanaman Stroberi Mutia Erti Dwiastuti; Melisa N Fajri; Yunimar Yunimar
Jurnal Hortikultura Vol 25, No 4 (2015): Desember 2015
Publisher : Indonesian Center for Horticulture Research and Development

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jhort.v25n4.2015.p331-339

Abstract

Layu yang disebabkan oleh Fusarium spp. merupakan salah satu penyakit penting tanaman stroberi (Fragaria x ananassa Dutch.) di daerah subtropika, yang dapat menggagalkan panen. Penelitian bertujuan untuk mempelajari potensi Trichoderma spp. dalam mengendalikan Fusarium spp. Isolat Trichoderma spp. diisolasi dari rizosfer tanaman stroberi dan Fusarium spp. diisolasi dari tanaman stroberi yang mengalami layu fusarium. Isolat cendawan dimurnikan, dikarakterisasi, dan dibandingkan dengan isolat cendawan acuan. Uji antagonis dilakukan secara in vitro dan in vivo. Uji in vitro dilakukan dengan metode dual culture dan slide culture. Uji in vivo dilakukan di rumah kasa menggunakan dua varietas stroberi, yaitu Santung serta California. Hasil penelitian  in vitro memperoleh dua jenis isolat cendawan antagonis, yaitu Trichoderma sp.1 dan Trichoderma sp.2, dan dua jenis cendawan patogen Fusarium, yaitu Fusarium sp.1 dan Fusarium sp.2. Isolat Trichoderma sp.1 memiliki kemampuan antagonisme lebih tinggi dibandingkan dengan isolat Trichoderma sp.2. Isolat Trichoderma sp.1 mampu menghambat pertumbuhan Fusarium sp.1 dan Fusarium sp.2 secara berturut- turut, yaitu 49,7% dan 49,6%. Isolat Trichoderma sp.2 mampu menghambat pertumbuhan Fusarium sp.1 dan Fusarium sp.2 lebih rendah, yaitu sebesar 45,8% dan 43,4%. Mekanisme antagonis yang terjadi antara cendawan antagonis dan patogen pada uji in vitro, yaitu pembelitan dan intervensi hifa. Hasil pada uji in vivo pada perlakuan I sebelum Fusarium menunjukkan keefektifan pengendalian paling baik (41,72%) dibanding perlakuan lain. Varietas Santung lebih tahan terhadap serangan patogen dibandingkan varietas California. Implikasi dari hasil penelitian ini adalah, agens hayati Trichoderma spp. lebih optimal digunakan sebagai pencegahan (preventif) tanpa menunggu tanaman terinfeksi penyakit layu fusarium.