Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

POTENSI AIR TANAH BERDASARKAN NERACA AIR PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI CIKAO BAGIAN HULU, PURWAKARTA, JAWA BARAT Yudhi Listiawan; Mochamad Ridfan Trisnadiansyah; Muhammad Fadhil Hurruzia; Nurfitriani Nurfitriani; Mochamad Nursiyam Barkah
Bulletin of Scientific Contribution: GEOLOGY Vol 18, No 3 (2020): Bulletin of Scientific Contribution : GEOLOGY
Publisher : Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/bsc geology.v18i3.30896

Abstract

DAS Cikao Bagian Hulu meliputi Kecamatan Jatiluhur, Pasawahan, Pondoksalam, Bojong dan Darangdan secara administratif berada di Kabupaten Purwakarta. Setiap tahunnya di wilayah pada DAS ini meningkat jumlah penduduknya. Hal ini berbanding lurus dengan perubahan kondisi tata guna lahan yang menimbulkan permasalahan air pada musim kemarau maupun pada musim hujan, padahal daerah ini merupakan kawasan resapan air bagian utara Gunung Burangrang. Metode penelitian menggunakan metode neraca air Thornthwaite dengan modifikasi dari Todd untuk perhitungan debit run off. Parameter yang digunakan adalah data iklim yaitu curah hujan dan suhu, data tutupan lahan dan data kemiringan lereng. Rata-rata curah hujan 2009-2013 sebesar 3,141.068 mm/tahun. Nilai evapotranspitrasi sebesar 1,759.938 mm/tahun. Nilai debit run off di DAS Bagian Barat sebesar 29,285,386.16 m3/tahun, sedangkan di DAS Bagian Timur sebesar 18,399,878.27 m3/tahun. Kebutuhan air tanah pada DAS Bagian Barat sebesar 2,131,706.06 m3/tahun sedangkan pada DAS Bagian Timur sebesar 1,173,951.52 m3/tahun. Dari hasil perhitungan antara debit infiltrasi dan kebutuhan air, didapatkan bahwa cadangan air tanah pada DAS Bagian Barat sebesar 29,320,434.35 m3/tahun dan DAS Cikao Bagian Timur sebesar 30,218,614.12 m3/tahun. Kekritisan air tanah pada DAS Cikao tergolong kedalam kategori belum kritis terlihat masih banyaknya nilai cadangan air tanah. Namun seiring waktu berjalan, perubahan tata guna lahan dan meningkatnya pertumbuhan penduduk akan mempengaruhi ketersediaan air tanah sehingga perlu dilakukan pencegahan agar kondisi ini tidak memburuk nantinya. Perubahan tata guna lahan yang tidak mementingkan aspek lingkungan akan merusak daerah resapan dan mempengaruhi sumber air. Kebutuhan air tanah yang bertambah perlu diimbangin dengan ketersediaan air tanah yang terjaga.