Adetiya Rachman
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Effect of Sodium Metabisulphite Soaking and Types of Starter on Physicochemical Character of Modified Breadfruit Flour Dian Histifarina; Adetiya Rachman
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 13, No 1 (2016): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v13n1.2016.21-27

Abstract

Breadfruit flour is largely determined by the treatment during processing. Breadfruit contains quite high phenolic substances, so it can turn brown when it contacts with air. Moreover, the flour from alternatives food sources including breadfruit generally has more inferior in functional quality compare to wheat flour. Chemical modification with sodium metabisulphite and biological modification by fermentation can be done to improve the quality of breadfruit flour. The research objective was to determine the effect of concentration of sodium metabisulphite and types of starters on the characteristics of modified breadfruit flour. The research started from April 2013 to September 2013 at the Laboratory of Mechanization and Agricultural Technology (MTHP) Assessment Institute for Agricultural Technology (AIAT) West Java and Processing Laboratory of Pasundan University Bandung, using Factorial Completely Randomized Design 2 factors (3 types of starter and 2 soaking treatment), repeated 3 times. The parameters observed were physical properties (yield and whiteness), chemical properties (moisture content, ash content, and protein content), and functional properties (amylography). The results showed that the modified breadfruit flour produced has a yield ranging from 7.22 to 30.64% and moisture contents of 2.57 to 7.05%; Fermentation treatment with Bimo-CF starter and sodium metabisulphite produced the best physicochemical properties of breadfruit flour (moisture content 4.47%, ash content 2.28%, protein content 3.91%, and whiteness 77.13%). PENGARUH PERENDAMAN NATRIUM METABISULFIT DAN JENIS STARTER TERHADAP KARAKTER FISIKOKIMIA TEPUNG SUKUN TERMODIFIKASIPengolahan sukun menjadi tepung sukun sangat ditentukan oleh tahapan proses pengolahannya. Sukun mengandung zat fenolik cukup tinggi, sehingga apabila sudah kontak dengan udara dapat berubah menjadi coklat. Selain itu, tepung dari bahan pangan alternatif termasuk sukun umumnya memiliki mutu fungsional dibawah tepung terigu. Modifikasi proses pengolahan secara kimia dengan sodium metabisulfit (SMS) maupun secara biologis melalui fermentasi dapat dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu tepung sukun. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahan perendam dan jenis starter terhadap karakteristik tepung sukun termodifikasi. Rancangan yang digunakan adalah RALF (Rancangan Acak Lengkap Faktorial) dengan 2 faktor (jenis starter 3 taraf dan perendaman 3 taraf), diulang 3 kali. Parameter yang diamati meliputi sifat fisik (rendemen dan derajat putih), sifat kimia (kadar air, kadar abu, dan kadar protein), dan sifat fungsional (amilograf). Hasil penelitian menunjukkan bahwa tepung sukun termodifikasi yang dihasilkan memiliki rendemen berkisar antar 7,22 – 30,64% pada kadar air 2,57-7,05%; Perlakuan perendaman dalam sodium metabisulfit (SMS) dan fermentasi dengan starter bimo-CF menghasilkan sifat fisiko kimia tepung sukun terbaik (kadar air 4,47%, kadar abu 2,28% kadar protein 3,91 dan derajat putih 77,13%).
Proses Pemekatan Jus Jeruk Siam (Citrus nobilis L. Var Microcarpa) dengan Reverse Osmosis Erliza Noor; Adetiya Rachman; nFN Setyadjit; Dondy A Setyabudi
Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian Vol 6, No 1 (2009): Jurnal Penelitian Pascapanen Pertanian
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jpasca.v6n1.2009.21-26

Abstract

Jus jeruk hasil pemekatan dengan mikrofiltrasi masih mengandung total padatan terlarut yang rendah yaitu 6,8 oBrix. Tingkat kepekatan jus ini masih perlu ditingkatkan untuk mendapatkan konsentrat jus dengan cara mengurangi kandungan air dalam jus. Pada penelitian ini proses pemekatan dilakukan menggunakan Reverse Osmosis Bertekanan Rendah (Low Pressure Reverse Osmosis, LPRO) berbentuk lilitan spiral (spiral wound) berbahan poliamida dan luas permukaan 0,59 m2. Tingkat pemekatan, kualitas jus, dan fluksi diamati pada berbagai variasi laju alir umpan (0,01; 0,015; 0,02; dan 0,03 m/det) dan tekanan trans-membran (TMP) 4, 6, dan 8 Bar. Pada laju alir umpan dan tekanan trans-membran masing-masing 0,03 m/det dan 8 Bar diperoleh tingkat pemekatan tertinggi mencapai 76% menghasilkan konsentrat jus sebesar 11,8 oBrix, dan fluksi 0,73 L m-2 jam-1. Tingkat pemekatan dengan LPRO ini cukup baik sebagai tahap awal proses pemekatan dengan reverse osmosis (RO). Concentration Of Citrus Siam (Citrus Nobilis) Juice By Reverse OsmosisConcentration of citrus juice with microfiltration still contains total soluble solids that is 6.S "Brix. Level concentration of this juice still require to be improved to get juice concentrate by lessening water content in juice. In this research. concentration process used low pressure reverse osmosis (LPRO) in form of circumference of spiral (spiral of wound) poliamide material and surface 0.59 m'. Level of concentration, juice quality, and flux perceived at variation rate of flow (0.01, 0.015, 0.02, and 0.03 m/sec) and pressure of trans-membrane (TMP) 4,6, and 8 Bar. At rate of flow and pressure of trans-membrane{0.03 m/sec and S Bar respectively, it was obtained a high level concentration 76% of equal LO II.S "Brix, and flux 0.73 1 h-1 m-2. This level of concentration with LPRO is adequate as early stage of concentration process of reverse osmosis (RO).
TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEPUNG DARI BERBAGAI JENIS PISANG MENGGUNAKAN CARA PENGERINGAN MATAHARI DAN MESIN PENGERING Histifarina D; Adetiya Rachman; Didit Rahadian; Sukmaya Sukmaya
Agrin Vol 16, No 2 (2012): Agrin
Publisher : Jenderal Soedirman University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20884/1.agrin.2012.16.2.134

Abstract

Pisang merupakan buah yang mudah rusak, karena termasuk buah klimakterik, sehingga perlupengawetan lebih lanjut. Salah satunya diolah menjadi tepung pisang. Pengolahan pisang menjadi tepung agarmempunyai masa simpan lebih lama, lebih mudah dalam pengemasan dan pengangkutan, lebih praktis untukdiversifikasi produk olahan, mampu memberikan nilai tambah buah pisang, dan mampu menciptakan peluangusaha pengembangan agroindustri pedesaan. Tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan jenis pisang yangtepat yang dapat menghasilkan tepung pisang dengan menggunakan pengering konvensional dan nonkonvensional. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pascapanen BPTP Jawa Barat dari bulan Mei hinggaSeptember 2010. Metodologi pendekatan yang dilakukan yaitu metode eksperimen menggunakan RancanganAcak Lengkap Faktorial dengan 2 perlakuan (2 cara pengeringan dan 4 jenis pisang) dan diulang 2 kali. Datayang diamati meliputi sifat fisik (rendemen dan derajat putih), sifat kimia tepung pisang (kadar air, kadar abu,kada gula reduksi, kadar karbohidrat, kadar lemak dan kadar vitamin C). dan uji organoleptik (aroma dan warna)serta analisis finansial. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa jenis pisang nangka dapat menghasilkan rendementertinggi yaitu sebesar 27,48% dengan karakteristik kimia 9,2%- 11,05%; kadar KH = 50,25-51,23%; kandungangula total 1,3-1,46% dan vit C 80,85-97,35 mg/100 gram.Kata kunci : pisang, tepung, sifat kimia, sifat organoleptik, kelayakan finansialABSTRACTBananas were easily damaged because it was included on climacteric fruit, so it needs furtherpreservation. One of the preservation was processed into banana flour. Processing bananas into flour gave alonger shelf life, easier in the packaging and transportation, more practical for the diversification of processedproducts, provide added value and to create opportunities for rural agro-industry development efforts. Theobjectives of this research were to get the right type of banana that can produce banana flour using conventionaldrying and non conventional Research conducted at the Laboratory of Postharvest West Java BPTP from May toSeptember 2010. Methodology approach taken was based on experiment using completely randomized factorialdesign with 2 treatments (2 types of drying and 4 types of bananas) and 2 repeated samples. The observed dataincluded the physical properties (yield and whiteness), the chemical properties of banana flour (moisturecontent, ash content, reducing sugar, carbohydrate content, fat content and levels of vitamin C), organoleptictest (smell and color) and financial analysis. The research indicated that the type of nangka banana couldproduced the highest yield of 27.48% with the chemical characteristics of 9.2% - 11.05%; levels of KH = 50.25to 51.23%, total sugar content from 1.3 to 1.46% and 80.85 to 97.35 mg/100 g of vitamin C.Key words : banana, flour, chemical properties, organoleptic properties, financial feasibility