This Author published in this journals
All Journal Farmaka
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Kultur Sel IKA KHUMAIROH; Irma M. Puspitasari
Farmaka Vol 14, No 2 (2016): Suplemen
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (348.622 KB) | DOI: 10.24198/jf.v14i2.10810

Abstract

Penelitian menggunakan kultur sel saat ini banyak dilakukan. Kultur sel merupakan proses penghilangan atau perpindahan sel dari manusia, hewan, atau tanaman ke dalam medium terkontrol yang sesuai untuk menumbuhkan sel tersebut. Kultur sel biasanya digunakan untuk pengujian yang tidak mudah dilakukan secara in vivo. Oleh karena itu, pada artikel ini akan dijelaskan mengenai definisi kultur sel, keuntungan kultur sel, keterbatasan kultur sel, perbedaan finite cell line dan continous cell line, kondisi pada saat kultur sel, morfologi sel pada kultur sel, serta aplikasi kultur sel. Metode yang digunakan adalah penelusuran pustaka dari mesin pencari Google dan PubMed Electronic Database. Dari hasil penelusuran pustaka ini, diperoleh hasil mengenai definisi kultur sel, keuntungan kultur sel, kerugian kultur sel, perbedaan finite cell line dan continous cell line, kondisi pada saat kultur sel, morfologi sel pada kultur sel meliputi sel fibroblast, sel epitel, dan sel limfoblast, serta aplikasi atau penerapan kultur sel dalam penelitian.Kata Kunci : kultur sel, cell line, in vitro.
Teknik Pembuatan Kultur Sel Primer, Immortal Cell Line dan Stem Cell leni rahmawati; Irma M. Puspitasari
Farmaka Vol 14, No 2 (2016): Suplemen
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (356.937 KB) | DOI: 10.24198/jf.v14i2.10833

Abstract

Dalam dunia medis, sel yang berasal dari jaringan atau organ tertentu dapat digunakan sebagai sarana untuk penelitian ataupun diagnosis suatu penyakit, misalnya pada penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri. Sel primer, immortal cell line dan stem cell merupakan jenis sel yang paling banyak digunakan. Teknik pembuatan sel-sel tersebut penting dipelajari untuk memudahkan para peneliti lain melakukan penelitian mendalam secara in vitro mengenai berbagai macam penyakit yang sulit diidentifikasi. Metode yang digunakan dalam artikel ini yaitu dengan cara penelusuran pustaka dari berbagai jurnal melalui Pubmed Electronic Database dan mesin pencari Google. Dari hasil penelusuran pustaka ini diperoleh beberapa cara pembuatan sel yaitu pembuatan sel primer lambung, immortal cell keratinosit dan mesenchymal stem cell.Kata kunci: Sel Primer, Immortal Cell dan Stem Cell.
KADAR ASPROSIN, HS-CRP DAN INDEKS HOMA-IR PADA PRIA DEWASA DENGAN OBESITAS Fanny F. Simanjuntak; Irma M. Puspitasari; Erizal Sugiono
Farmaka Vol 18, No 4 (2020): Farmaka (Suplemen)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v18i4.42477

Abstract

Asprosin merupakan hormon yang dikaitkan dengan obesitas dan sindrom metabolik berdasarkan perannya sebagai hormon oreksigenik dan glikogenik. Asprosin diketahui menyebabkan resistensi insulin melalui jalur inflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kadar asprosin hs-CRP dan indeks HOMA-IR pada pria dewasa dengan obesitas. Penelitian observasional dengan pendekatan studi potong lintang ini melibatkan 58 pria di kota Jakarta, Bekasi, Bandung, Solo dan Surabaya selama bulan Januari sampai Mei 2020. Subjek terbagi menjadi tiga kelompok berdasarkan indeks masa tubuh yaitu normal (18.5 – 22.9), pre-obesitas (23-24.9), obesitas (≥ 25). Pemeriksaan asprosin dilakukan menggunakan metode ELISA. Pada penelitian ini kadar asprosin tidak berbeda secara signifikan antara  kelompok normal dengan kelompok obesitas  (p = 0.067), kadar asprosin pada kelompok pre-obesitas lebih rendah secara signifikan dibandingkan kelompok normal (p = 0.000), dan kadar asprosin pada kelompok obesitas lebih tinggi secara signifikan dibandingkan kelompok pre-obesitas (p = 0.004). Kadar hs-CRP tidak berbeda signifikan antara kelompok normal dengan pre-obesitas (p = 0.064) dan kelompok pre-obesitas dengan obesitas (p = 0.619), dan kadar  hs-CRP pada kelompok obesitas lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan kelompok normal (p = 0.026). Indeks HOMA-IR meningkat secara signifikan seiring dengan meningkatnya indeks masa tubuh (normal-pre-obesitas (p = 0.010); normal-obesitas (p = 0.000); pre-obesitas-obesitas (p = 0.030)). Dapat disimpulkan bahwa kadar asprosin lebih rendah pada kelompok pre-obesitas dan obesitas, kadar hs-CRP lebih tinggi secara signifikan pada kelompok obesitas dibandingkan kelompok normal dan indeks HOMA-IR meningkat seiring dengan peningkatan indeks masa tubuh.