Poeti Joefiani
Universitas Padjadjaran

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

ANALISA PSIKOMETRI TENTANG KETEGUHAN MORAL SEBAGAI BAGIAN DARI KONSTRUK MORAL MAHASISWA PRIA DAN WANITA USIA 17-23 TAHUN DI UNIVERSITAS PADJADJARAN Poeti Joefiani
Indonesian Journal of Applied Sciences Vol 3, No 3 (2013)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4950.14 KB) | DOI: 10.24198/ijas.v3i3.15050

Abstract

AbstrakBerdasarkan Lickona (1991), konsep moral merupakan interelasi antara pengetahuan, perasaan, dan tindakan moral. Poeti Joefiani (2013) menemukan keteguhan moral merupakan bagian dari konstruk moral. Nathan dkk (2011) dan Fumagalli (2010) mengungkapkan hubungan antara jenis kelamin dan moral. Oleh karena itu, pada studi ini peneliti bermaksud menganalisa reliabilitas dan validitas model konstruk moral berdasarkan jenis kelamin mahasiswa. Pengumpulan data, dilakukan dengan cross-sectional design. Subjek penelitian mahasiswa berusia 17-23 tahun di UNPAD, terdiri dari 1.200 wanita dan 362 pria yang dijaring berdasarkan multistage cluster sampling. Variabel moral meliputi pengetahuan, perasaan, keteguhan, dan tindakan moral diukur menggunakan self-report questionnaire tiga skenario masalah moral. Analisis statistik menggunakan multigroup confirmatory factor analysis (MGCFA). Hasil menunjukkan secara umum tidak terdapat perbedaan struktur moral antara pria dan wanita. Reliabilitas dan validitas menunjukkan kesamaan antar pria dan wanita.Kata kunci : pengetahuan moral, perasaan moral, keteguhan moral, tindakan moralAbstractAccording to Lickona (1991), moral is formed by the interrelation of knowledge, feelings and action. Poeti Joefiani (2013) has found that moral firmness is part of the moral constructs. Nathan et al., (2011) and Fumagalli (2010) has revealed relationship between gender and moral. Therefore, in this study researcher intended to analyze the reliability and validity of moral construct models based on gender. The research design of this study was a cross-sectional design. The respondents were 17-23 year- old students from Padjadjaran University, consisted of 1.200 females and 363 males. Sampling technique was a multistage cluster sampling. The research variables were moral knowledge, moral feeling, moral firmness, and moral action which measured by using three moral-related scenarios in social context. Statistical analysis used multigroup confirmatory factor analysis (MGCFA). In general, results shows that there is no significant difference in moral structure between male and female students. Reliability and validity shows similarities between male and female.Keywords: Moral knowledge, moral feeling, moral firmness, moral action
Subjective well being children with ADHD Iriani Indri Hapsari; Aulia Iskandarsyah; Poeti Joefiani; Juke R Siregar
Jurnal Konseling dan Pendidikan Vol 9, No 2 (2021): JKP
Publisher : Indonesian Institute for Counseling, Education and Therapy (IICET)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29210/157500

Abstract

Identifying how subjective well-being is based on the perceptions of children with ADHD itself and to find out what aspects show children with ADHD are feeling their well-being and what aspects show children with ADHD have not developed their well-being its important to be known. The child's voice is important and is the most accurate data in showing what the child feels themselves include about their subjective wellbeing. Case study qualitative research methods by interview with a sample of 44 children comprising 3 females, 41 males (age 8-12). Data analysis was using thematic analysis with NVIVO 12. The results indicate that children with ADHD in general, in their lives, are already having their well-being and some are not. In general the factors that make children with ADHD feel their well-being or not, include about capable do something, when get what they want, and have positive/ negative relationships with the people around them. It is important to pay attention to the subjective well-being children with ADHD, it is hoped that teachers, parents, and government can further optimize their respective roles and collaborate with each other to jointly pay attention to children's well-being with various strategies and policies.
Perancangan dan Uji Coba Pelatihan Moral Sebagai Upaya Pencegahan Merokok pada Remaja Prahastia Kurnia Putri; Poeti Joefiani; Esti Wungu
Biopsikososial: Jurnal Ilmiah Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Mercubuana Jakarta Vol 2, No 1 (2018): Vol. 2 No. 1 April 2018
Publisher : Universitas Mercu Buana Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22441/biopsikososial.v2i1.7220

Abstract

Merokok berbahaya bagi remaja karena organ tubuh remaja masih berkembang sehingga lebih rentan terpapar nikotin serta lebih beresiko menjadi pencandu dibandingkan perokok di usia dewasa. Namun kenyataannya setiap tahun terjadi peningkatan perokok remaja di Indonesia. Karenaperilaku merokok pada remaja menyangkut kerugian pada diri sendiri dan juga orang lain, maka merokok merupakan salah satu masalah sosial menyangkut moral yang harus menjadi perhatian.Pelatihan ini terdiri dari 6 sesi yang menstimulasi aspek pengetahuan, perasaan dan keteguhan moral akan membentuk tindakan moral ketika remaja dihadapkan pada situasi yang menyangkut merokok atau tidak. Pelatihan tersebut antara lain: 1) Mengenal Aku, (2) Video Bahaya Rokok, (3) Memunculkan Pertimbangan Finansial (4) Menghayati Video Anak Merokok, (5) Alasan Merokok, (6) Bertindak dalam Situasi Kritis : Self Assertive dan Roleplay. Rancangan penelitian merupakan quasi experiment dengan one-group pretest-postest design. Sampel dalam penelitian ini adalah 14 remaja yang duduk di bangku SMP, usia 12-14 tahun, beresiko menjadi perokok dan belum menjadi perokok regular (occasional smoker). Uji coba dilakukan dengan durasi 2 jam selama 2 hari berturutturut.Hasil pre-test dan post-test diuji beda dengan T-Test Wilcoxon dan analisa deskriptif. Data menunjukkan hasil two-tailed significancy = 0.59 (dengan alfa > 0.05), yang menunjukkan tidak ada peningkatan yang signifikan setelah pelatihan. Berdasarkan analisa deskriptif, 50% menunjukkan peningkatan moral setelah pelatihan. 64% peserta mengalami peningkatan pada pengetahuan dan keteguhan moral, 36% peserta yang mengalami peningkatan perasaan moral, dan 50% peserta menunjukkan peningkatan pada tindakan moral. Kata kunci : Moral, Preventif Merokok, Program Pelatihan, Remaja Pendahuluan