Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

IMPLEMENTASI PERTANIAN CERDAS IKLIM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS TEBU DI INDONESIA / Implementation of Climate-Smart Agriculture to Boost Sugarcane Productivity in Indonesia Rivandi Pranandita Putra; Nindya Arini; Muhammad Rasyid Ridla Ranomahera
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 40, No 2 (2021): December 2021
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jp3.v40n2.2021.p89-102

Abstract

Sugar is one of Indonesia’s strategic commodities, but its production fluctuates over time and is still unable to comply with the national sugar demand. This condition may even get worst with climate change. Although climate-smart agriculture is a promising thing, it is basically a genuine concept for many farmers in Indonesia, including sugarcane growers. The paper briefly reviews and argues agronomic practices as a climate-smart agriculture approach adapted by sugarcane growers in Indonesia to increase its production under the changing climate. Some agronomic practices can be adopted by the Indonesian sugarcane growers as climate-smart agriculture, i.e., efficient irrigation, improved drainage of sugarcane plantations, the use of suitable sugarcane cultivars, green cane harvesting-trash blanketing, the amendment of soil organic matter, crop diversification, precision agriculture, and integrated pest management. From the Indonesian government’s side, research should be propped as there is limited information about the effectiveness of each aforementioned agronomic intervention to alleviating the adverse effect of climate change and to improving sugarcane growth. Practically, to ensure the success of climate-smart agriculture implementation in the Indonesian sugar industry, multistakeholders, i.e., sugarcane growers, researchers, civil society, and policymakers, should be involved, and the government needs to link these stakeholders.Keywords: Sugarcane, productivity, climate-smart agriculture, agronomic management, precision agriculture AbstrakGula merupakan salah satu komoditas strategis Indonesia, namun produksinya mengalami fluktuasi dan belum dapat memenuhi kebutuhan gula nasional. Kondisi ini diperburuk oleh perubahan iklim. Pertanian cerdas iklim memberikan peluang besar bagi tanaman tebu untuk dapat beradaptasi dan memitigasi dampak perubahan iklim. Meskipun pertanian cerdas iklim menjanjikan, namun merupakan hal baru bagi banyak petani di Indonesia, termasuk petani tebu. Tulisan ini menelaah dan mengemukakan praktek agronomi sebagai pendekatan pertanian cerdas iklim yang dapat diterapkan petani tebu di Indonesia dengan tujuan meningkatkan produksi tebu di bawah kondisi perubahan iklim. Terdapat beberapa praktik agronomis sebagai bagian dari pertanian cerdas iklim yang dapat diadopsi petani tebu di Indonesia, seperti efisiensi irigasi, perbaikan sistem drainase, pemilihan kultivar tebu yang sesuai, pemanfaatan residu serasah tebu, peningkatan bahan organik tanah, diversifikasi tanaman, pertanian presisi, dan pengelolaan hama terpadu. Dari perspektif pemerintah Indonesia, penelitian harus didukung karena terbatasnya informasi efektivitas masing-masing intervensi agronomi tersebut untuk mengurangi dampak buruk perubahan iklim dan untuk meningkatkan pertumbuhan tebu. Secara praktis, untuk memastikan keberhasilan penerapan pertanian cerdas iklim pada industri gula Indonesia, multi-stakeholder yang terdiri atas petani tebu, peneliti, masyarakat sipil, dan pembuat kebijakan harus saling terlibat dan pemerintah perlu menghubungkan para pemangku kepentingan ini.Kata kunci: Tebu, produktivitas, pertanian cerdas iklim, manajemen agronomis, pertanian presisi
Tindakan Pengembalian Residu Panen Tebu untuk Meningkatkan Kualitas Tanah dan Produktivitas Tebu (Saccharum officinarum L.) Rivandi Pranandita Putra; Muhammad Rasyid Ridla Ranomahera; Nindya Arini; Whisnu Febry Afrianto
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol.13 No. 1 (2021) April 2021
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/btsm.v13n1.2021.48-66

Abstract

Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan stretegis di Indonesia. Penanaman tebu secara monokultur yang sering dilakukan selama bertahun-tahun di suatu wilayah yang sama di Indonesia menyebabkan penurunan kualitas fisik, kimia, maupun biologi tanah. Hal tersebut berdampak pada penurunan produktivitas tebu. Implementasi metode green cane harvesting-trash blanketing dapat membantu mempertahankan, bahkan meningkatkan kualitas tanah. Green cane-trash blanketing dilakukan dengan cara memanen tebu secara manual tanpa membakar residu (green cane harvesting), kemudian residu tersebut dicacah dan dikembalikan ke lahan tebu. Cacahan residu tebu akan terdekomposisi dan menjadi sumber bahan organik di lahan tersebut. Implementasi metode green cane-trash blanketing di perkebunan tebu juga memberikan berbagai manfaat lainnya, antara lain meningkatkan populasi makro- dan mikrofauna tanah, menurunkan tingkat pertumbuhan gulma, dan mengurangi evaporanspirasi tanah atau menjaga kadar air tanah. Beberapa studi juga melaporkan peningkatan hasil dan produktivitas tebu pada lahan yang menerapkan metode green cane-trash blanketing. Dalam prakteknya, green cane-trash blanketing dapat dilakukan secara manual atau mekanis, baik pada tanaman baru maupun keprasan. Prosesnya dimulai dari pemanenan tebu secara manual atau tanpa pembakaran, pencacahan serasah tebu, aplikasi di atas lahan, penambahan (bio)aktivator, dan inkorporasi serasah dengan tanah. Green cane-trash blanketing perlu diterapkan oleh petani tebu dan pabrik gula untuk meningkatkan kualitas tanah, yang pada akhirnya berimbas pada peningkatan hasil dan produktivitas tebu.
Tindakan Pengembalian Residu Panen Tebu untuk Meningkatkan Kualitas Tanah dan Produktivitas Tebu (Saccharum officinarum L.) Rivandi Pranandita Putra; Muhammad Rasyid Ridla Ranomahera; Nindya Arini; Whisnu Febry Afrianto
Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri Vol.13 No. 1 (2021) April 2021
Publisher : Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/btsm.v13n1.2021.48-66

Abstract

Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan stretegis di Indonesia. Penanaman tebu secara monokultur yang sering dilakukan selama bertahun-tahun di suatu wilayah yang sama di Indonesia menyebabkan penurunan kualitas fisik, kimia, maupun biologi tanah. Hal tersebut berdampak pada penurunan produktivitas tebu. Implementasi metode green cane harvesting-trash blanketing dapat membantu mempertahankan, bahkan meningkatkan kualitas tanah. Green cane-trash blanketing dilakukan dengan cara memanen tebu secara manual tanpa membakar residu (green cane harvesting), kemudian residu tersebut dicacah dan dikembalikan ke lahan tebu. Cacahan residu tebu akan terdekomposisi dan menjadi sumber bahan organik di lahan tersebut. Implementasi metode green cane-trash blanketing di perkebunan tebu juga memberikan berbagai manfaat lainnya, antara lain meningkatkan populasi makro- dan mikrofauna tanah, menurunkan tingkat pertumbuhan gulma, dan mengurangi evaporanspirasi tanah atau menjaga kadar air tanah. Beberapa studi juga melaporkan peningkatan hasil dan produktivitas tebu pada lahan yang menerapkan metode green cane-trash blanketing. Dalam prakteknya, green cane-trash blanketing dapat dilakukan secara manual atau mekanis, baik pada tanaman baru maupun keprasan. Prosesnya dimulai dari pemanenan tebu secara manual atau tanpa pembakaran, pencacahan serasah tebu, aplikasi di atas lahan, penambahan (bio)aktivator, dan inkorporasi serasah dengan tanah. Green cane-trash blanketing perlu diterapkan oleh petani tebu dan pabrik gula untuk meningkatkan kualitas tanah, yang pada akhirnya berimbas pada peningkatan hasil dan produktivitas tebu.
IMPLEMENTASI PERTANIAN CERDAS IKLIM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS TEBU DI INDONESIA / Implementation of Climate-Smart Agriculture to Boost Sugarcane Productivity in Indonesia Rivandi Pranandita Putra; Nindya Arini; Muhammad Rasyid Ridla Ranomahera
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 40, No 2 (2021): December 2021
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jp3.v40n2.2021.p89-102

Abstract

Sugar is one of Indonesia’s strategic commodities, but its production fluctuates over time and is still unable to comply with the national sugar demand. This condition may even get worst with climate change. Although climate-smart agriculture is a promising thing, it is basically a genuine concept for many farmers in Indonesia, including sugarcane growers. The paper briefly reviews and argues agronomic practices as a climate-smart agriculture approach adapted by sugarcane growers in Indonesia to increase its production under the changing climate. Some agronomic practices can be adopted by the Indonesian sugarcane growers as climate-smart agriculture, i.e., efficient irrigation, improved drainage of sugarcane plantations, the use of suitable sugarcane cultivars, green cane harvesting-trash blanketing, the amendment of soil organic matter, crop diversification, precision agriculture, and integrated pest management. From the Indonesian government’s side, research should be propped as there is limited information about the effectiveness of each aforementioned agronomic intervention to alleviating the adverse effect of climate change and to improving sugarcane growth. Practically, to ensure the success of climate-smart agriculture implementation in the Indonesian sugar industry, multistakeholders, i.e., sugarcane growers, researchers, civil society, and policymakers, should be involved, and the government needs to link these stakeholders.Keywords: Sugarcane, productivity, climate-smart agriculture, agronomic management, precision agriculture AbstrakGula merupakan salah satu komoditas strategis Indonesia, namun produksinya mengalami fluktuasi dan belum dapat memenuhi kebutuhan gula nasional. Kondisi ini diperburuk oleh perubahan iklim. Pertanian cerdas iklim memberikan peluang besar bagi tanaman tebu untuk dapat beradaptasi dan memitigasi dampak perubahan iklim. Meskipun pertanian cerdas iklim menjanjikan, namun merupakan hal baru bagi banyak petani di Indonesia, termasuk petani tebu. Tulisan ini menelaah dan mengemukakan praktek agronomi sebagai pendekatan pertanian cerdas iklim yang dapat diterapkan petani tebu di Indonesia dengan tujuan meningkatkan produksi tebu di bawah kondisi perubahan iklim. Terdapat beberapa praktik agronomis sebagai bagian dari pertanian cerdas iklim yang dapat diadopsi petani tebu di Indonesia, seperti efisiensi irigasi, perbaikan sistem drainase, pemilihan kultivar tebu yang sesuai, pemanfaatan residu serasah tebu, peningkatan bahan organik tanah, diversifikasi tanaman, pertanian presisi, dan pengelolaan hama terpadu. Dari perspektif pemerintah Indonesia, penelitian harus didukung karena terbatasnya informasi efektivitas masing-masing intervensi agronomi tersebut untuk mengurangi dampak buruk perubahan iklim dan untuk meningkatkan pertumbuhan tebu. Secara praktis, untuk memastikan keberhasilan penerapan pertanian cerdas iklim pada industri gula Indonesia, multi-stakeholder yang terdiri atas petani tebu, peneliti, masyarakat sipil, dan pembuat kebijakan harus saling terlibat dan pemerintah perlu menghubungkan para pemangku kepentingan ini.Kata kunci: Tebu, produktivitas, pertanian cerdas iklim, manajemen agronomis, pertanian presisi
Aplikasi Pupuk Nano Cair Pada Fase Pertumbuhan Vegetatif Tebu Arinta Rury Puspitasari; Diana Ariyani; Rivandi Pranandita Putra
Indonesian Sugar Research Journal Vol 3, No 2 (2023): Indonesian Sugar Research Journal
Publisher : Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54256/isrj.v3i2.112

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh pupuk nano cair terhadap pertumbuhan vegetatif tebu hingga umur enam bulan setelah tanam (BST), dimana fase ini akan menentukan pertumbuhan pada fase selanjutnya. Pupuk nano cair yang digunakan mengandung 3,5% nitrogen, 3,5% fosfor, dan 3,5% kalium. Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan P3GI Jatiroto, Lumajang, Jawa Timur, Indonesia menggunakan rancangan acak kelompok (randomized block design) dengan perlakuan berikut: 1) kontrol (0% pupuk anorganik/PA + 0% pupuk nano cair/PNC), 2) standar (100% PA + 0% PNC), 3) kombinasi 1 (100% PA + 100% PNC), 4) kombinasi 2 (75% PA+ 100% PNC), 5) kombinasi 3 (50% PA + 100% PNC), dan 6) kombinasi 4 (25% PA + 100% PNC). Hasil percobaan menunjukkan tidak ada beda nyata antar perlakuan pada daya perkecambahan benih tebu, diameter batang, dan persentase serangan penyakit pokkahbung, mosaik, dan luka api. Pengurangan pupuk anorganik hingga 50% yang dikombinasikan dengan 100% pupuk nano cair menghasilkan tebu dengan tinggi batang dan jumlah batang per meter yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan yang diberi 100% pupuk anorganik. Hasil analisis serapan hara menunjukkan kondisi serapan hara N, P2O5, dan K2O berada pada kriteria hara yang rendah, kecuali serapan P2O5 dengan kriteria normal sampai dengan tinggi.